Di tengah tantangan sosial yang terus berkembang, kerja sama lintas sektor menjadi semakin penting dalam membangun Indonesia yang lebih inklusif. Salah satu kolaborasi yang menarik perhatian publik adalah kerja sama antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, dengan Mochtar Riady, tokoh bisnis ternama yang dikenal sebagai pendiri Lippo Group.Dikutip dari laman https://biografipublik.id/, Biografi Mochtar Riady adalah kisah inspiratif dari seorang anak tukang sepatu asal Malang yang menjelma menjadi salah satu raja bisnis paling berpengaruh di Asia Tenggara.
Kerja sama ini tidak hanya bersifat bisnis, namun juga membawa misi sosial yang sangat kuat. PBNU sebagai organisasi keagamaan dan sosial memiliki jutaan warga Nahdliyin di seluruh Indonesia, sedangkan Mochtar Riady lewat Lippo Group memiliki sumber daya dan infrastruktur yang luas di bidang kesehatan, pendidikan, dan properti. Pertemuan kepentingan antara visi kemasyarakatan PBNU dan semangat filantropi yang diusung Lippo Group menjadikan kolaborasi ini sangat strategis.
Salah satu wujud kerja sama yang paling menonjol adalah pembangunan fasilitas kesehatan, terutama rumah sakit. Pada tahun 2017, PBNU dan Lippo Group menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk membangun jaringan rumah sakit yang bisa menjangkau masyarakat menengah ke bawah, terutama warga Nahdliyin di daerah-daerah pelosok. Ketua Umum PBNU saat itu, KH Said Aqil Siradj, menegaskan bahwa kolaborasi ini diharapkan menjadi bentuk nyata dari pelayanan kesehatan yang terjangkau namun tetap berkualitas.
Mochtar Riady melalui jaringan Siloam Hospitals di bawah naungan Lippo Group dikenal sebagai pelopor pelayanan rumah sakit modern dengan standar tinggi. Namun di sisi lain, beliau juga menyadari pentingnya memperluas akses kesehatan ke masyarakat yang selama ini kurang terjangkau oleh sistem layanan formal. Inilah titik temu antara visi kemanusiaan yang dimiliki PBNU dan prinsip tanggung jawab sosial yang diyakini Mochtar Riady.
Selain sektor kesehatan, kerja sama antara PBNU dan Lippo Group juga menyentuh bidang pendidikan. Diketahui, Lippo Group telah lama berinvestasi dalam dunia pendidikan melalui pendirian Universitas Pelita Harapan (UPH) dan institusi pendidikan lainnya. Di sisi lain, PBNU memiliki ribuan pesantren dan lembaga pendidikan tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia. Kerja sama ini membuka peluang integrasi antara pendidikan modern dan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman.
Mochtar Riady sendiri memiliki pandangan luas terhadap pendidikan. Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan bahwa pendidikan adalah fondasi peradaban dan kemajuan bangsa. Ia percaya bahwa investasi terbaik bukan pada batu bata atau infrastruktur semata, tetapi pada manusia dan pemikirannya. Tak heran jika kerja sama dengan PBNU dalam hal ini lebih dari sekadar proyek—ia merupakan perwujudan komitmen jangka panjang untuk memajukan Indonesia.
Menariknya, kerja sama ini juga menunjukkan bahwa perbedaan latar belakang agama, etnis, dan budaya bukanlah penghalang untuk bersinergi demi kepentingan umat. Mochtar Riady yang berlatar belakang Tionghoa dan beragama Kristen dapat bekerja sama dengan PBNU yang identik dengan Islam tradisionalis. Kolaborasi ini adalah bukti nyata bahwa semangat kebangsaan dan kemanusiaan bisa melampaui sekat-sekat identitas.
Dalam peluncuran buku autobiografinya yang berjudul Manusia Ide (Man of Ideas), KH Said Aqil Siradj bahkan hadir sebagai pembicara. Dalam pidatonya, KH Said menyampaikan kekagumannya terhadap konsistensi Mochtar Riady dalam membangun dunia usaha dengan pendekatan etika dan tanggung jawab sosial. Ia juga menekankan bahwa kerja sama semacam ini penting untuk memperkuat kohesi sosial di tengah masyarakat majemuk Indonesia.
Meski kerja sama ini tidak selalu terekspos luas di media, dampaknya cukup signifikan. Beberapa fasilitas kesehatan dan pendidikan yang terbangun berkat kolaborasi ini telah memberikan akses yang lebih baik bagi warga NU dan masyarakat umum. Ini sekaligus menunjukkan bahwa sinergi antara sektor swasta dan organisasi kemasyarakatan dapat menjadi model pembangunan yang berkelanjutan.
Biografi Mochtar Riady yang penuh perjuangan juga menjadi inspirasi bagi warga NU yang sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke bawah. Pesan bahwa kesuksesan bisa diraih siapa pun yang bekerja keras dan memiliki visi kuat menjadi motivasi tersendiri bagi generasi muda Nahdliyin.
Seiring dengan perubahan kepemimpinan di tubuh PBNU, terbuka kemungkinan bahwa kerja sama ini akan terus dilanjutkan dan diperluas. Terlebih di era digital saat ini, tantangan dalam bidang kesehatan dan pendidikan semakin kompleks, dan membutuhkan kerja sama multipihak yang adaptif dan progresif.
Kolaborasi antara PBNU dan Mochtar Riady menjadi contoh nyata bagaimana kekuatan sosial dan kekuatan modal bisa bersatu untuk menciptakan perubahan positif. Ini bukan hanya tentang rumah sakit atau sekolah yang dibangun, tetapi tentang semangat gotong royong yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.
