Khuzaimah hidup di ibukota Damaskus sebagai tamu VIP khalifah. Dalam pada itu beberapa laporan negatif tentang Ikrimah sampai ke telinga khalifah. Khalifah akhirnya memutuskan untuk memecat Ikrimah dari jabatan gubernur Jazirah dan menawarkan jabatan tersebut kepada Khuzaimah.
Khuzaimah menerima tawaran dan ia pun diangkat sebagai gubernur wilayah Jazirah. Ia berangkat ke Jazirah dengan membawa serta rombongan besar. Ketika mereka tiba di dekat perbatasan kota Jazirah, Ikrimah disertai para amir dan bangsawan menyambut kedatangan Khuzaimah dan rombongannya dengan sambutan hangat.
Tetapi permasalahan muncul pcida saat serah terima jabatan. Khuzaimah mendapatkan bahwa semua administrasi keuangan beres kecuali uang sejumlah empat ribu dinar raib dari Baitul Mal. Ikrimah mengakui bahwa dialah yang membelanjakan uang tersebut, tetapi ia tidak menjelaskan untuk keperluan apa. Khuzaimah menuntut agar Ikrimah mengembalikan uang tersebut, tetapi Ikrimah menyatakan tidak mampu.
Akhirnya, Khuzaimah pun terpaksa melaporkan masalah itu kepada khalifah. Khalifah memerintahkannya agar memenjarakan Ikrimah atas kesalahan tersebut. Khuzaimah melaksanakan perintah itu. Ikrimah dengan rela menerima hukuman dan ia dijebloskan ke penjara bersama dengan istri dan budak wanitanya.
Khuzaimah memerintah propinsi Jazirah dengan penghargaan besar ditengah-tengah kemegahan dan kesenangan, sedangkan Ikrimah harus merana di penjara. Kesehatannya semakin lama semakin memburuk dan akhirnya jiwanya terancam.
Sang istri tidak kuat lagi untuk tetap bertahan. Tanpa sepengetahuan suaminya, ia memanggil budak perempuannya dan mengirimkannya kepada Khuzaimah. Ia berpesan kepada budaknya agar langsung menemui sang gubernur dan menceritakan keadaan si “Pembela kaum papa.”
Si budak perempuan itu ternyata cerdas, pintar, dan pemberani melebihi kapasitas umur dan status sosialnya. Ia pergi istana gubernur dan mencari jalan untuk bertemu dengannya. Saat ia berhasil menghadap. Ia membungkuk memberi hormat dan menyampaikan bahwa pesannya hanya boleh didengar oleh sang gubernur seorang.
Sang gubernur pun meminta hadirin untuk keluar dan menanyakan si budak apa yang akan ia sampaikan. Si budak wanita itu berkata, “Apakah pantas bahwa engkau hidup bergelimang kemewahan dan kenikmatan, sedangkan sahabatan Si Pembela Kaum Papa harus merana di dalam penjara?”
Mendengar perkataan itu, Khuzaimah terperanjat hingga setengah terloncat dari kiirsinya. Ia berteriak galak, “Apa katamu? Mengapa sahabatku Si Pembela kaum papa harus mendekam dalam penjara? Siapakah dia? Di manakah dia? Ceritakan semuanya sekarang juga!”
Gadis itu menceritakan semua perihal Ikrimah. Kemudian Khuzaimah pun teringat empat ribu dinar yang ia terima sebagai hadiah pada malam itu dan empat ribu dinar yang raib dari Baitul Mal.
Ditemani oleh beberapa pembesar istana, saat itu juga Khuzaimah bergegas menuju ke penjara, masuk ke sel dimana Ikrimah duduk sedih dan putus asa. Khuzaimah bersujud di kaki Ikrimah dan berkata, “Maafkan aku, sobat! Maafkan aku wahai Pembela kaum papa! Aku telah menjerumuskanmu di sini, di tengah-tengah penderitaan ini, tanpa aku tahu siapa sebenarnya dirimu.”
Ikrimah merasa malu dan berkata, “Apa yang engkau maksud dengan omong kosong ini? Siapakah Si Pembela Kaum Papa yang engkau maksud?” Mendengar ucapan Ikrimah, gadis itu maju dan menceritakan apa yang telah ia perbuat. Ikrimah mengangkat bahu Khuzaimah dan memeluknya. “Saudaraku, engkau tidak bersalah sama sekali. Semua ini adalah keberuntungan roda nasib yang aneh.”
Saat itu juga, pakaian mewah segera disiapkan untuk Ikrimah dan ia dibawa ke istana bersama dengan istri dan budak perempuannya dengan iring-iringan besar. Di istananya, Khuzaimah mengerahkan segala kemampuannya guna mengembalikan kesehatan Ikrimah. Tidak pernah kedua sahabat itu hidup dengan kegembiraan seperti itu. Akhirnya Ikrimah pun kembali pulih kesehatannya.
Khuzaimah dan Ikrimah pergi ke Damaskus. Sesampainya di ibukota, Khuzaimah melaporkan kedatangannya kepada khalifah. Kedatangannya yang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu itu membuat hati khalifah menjadi penasaran, karena ia menyangka bahwa terjadi masalah serius di Jazirah. Oleh karena itu khalifah menyuruh sang gubernur untuk segera menghadap.
“Aku berharap tidak ada masalah di Jazirah,” kata khalifah membuka percakapan.
“Tidak, Tuan. Tidak ada masalah,” jawab Khuzaimah, “Semua berjalan mulus.”
“Lalu mengapa engkau mendadak datang ke mari?”
“Anda pernah bilang ingin bertemu dengan Si Pembela kaum papa?”
“Apakah kamu ada informasi tentang dirinya?”
“Ya, benar. Saya menemukannya dan aku membawanya ke ibukota.”
“Bawa dia sekarang juga, Aku sangat penasaran untuk melihat lelaki misterius itu?”
Khuzaimah keluar dan dalam dua puluh menit kemudian ia kembali menggandeng Ikrimah. Khalifah terkesiap melihat mantan gubernurnya adalah orang yang selama ini ingin ia temui. Atas permintaan khalifah, Ikrimah menceritakan semua yang telah terjadi.
Khalifah memeluk Ikrimah dan menyuruhnya duduk berdampingan dengannya. “Aku sangat bangga terhadap pejabat yang berjiwa besar seperti dirimu. Uang yang kamu ambil dari Baitul Mal kamu gunakan untuk tujuan yang mulia.”
Kemudian, khalifah memakaikan pakaian kebesaran pada Ikrimah dan menjadikannya sebagai hadiah tak ternilai. Kemudian ia menoleh kepada Khuzaimah, “Untuk selanjutnya, aku serahkan Ikrimah ke tanganmu.” “Aku memohon kepada tuan agar mengizinkan aku untuk mengundurkan diri dan mengembalikan jabatan gubernur kepada Ikrimah,” jawab Khuzaimah.
Khalifah menerima permohonan Khuzaimah. Ia mengirimkan Ikrimah kembali ke Jazirah sebagai gubernur propinsi itu. Sikap Khuzaimah juga membuat gembira sang khalifah. Oleh karenanya, khalifah memberinya hadiah sepuluh ribu dinar emas dan mengangkatnya menjadi gubernur Armenia. Wallahu a’lam bisshawaab.