“Semua orang itu jenius, tapi jika kamu menilai seekor ikan dari kemampuannya untuk memanjat pohon, maka seumur hidupnya ia percaya bahwa dirinya bodoh.” Albert Eisntein
KULIAHALISLAM.COM – Anak menjadi sebuah anugerah kehidupan yang harus diperhatikan tumbuh kembangnya. Salah satu cara merawat tumbuh kembang anak adalah dengan mengenali kecerdasan yang dimiliki anak dan memaksimalkan potensinya.
Sebagai orang tua, sebagai kakak maupun sebagai orang lain yang memiliki kedekatan dengan anak, tentu menjadi kewajiban kita untuk selalu mengawasi perumbuhan dan perkembangannya.
Penelitian yang dilakukan di Baylor College of Medicine, menemukan bahwa seorang anak yang jarang memperoleh rangsangan (dalam proses belajar), maka perkembangan otaknya lebih kecil 20-30% dari ukuran anak normal seusianya (Jalal, 2002).
Hasil kajian ini menegaskan betapa pentingnya perhatian orang terdekat dari si anak untuk memberikan rangsangan (menstimulus), jika tidak dilakukan maka volume otak akan mengalami penyusutan dan tentu mempengaruhi kecerdasan anak.
Tidak kalah penting, masa usia pra sekolah merupakan masa keemasan dalam perkembangan individu anak yang bahkan di usia ini anak sedang dalam posisi rewel-rewelnya (aktif).
Usia di mana anak lebih banyak belajar, di dalam penelitian lain menyebutkan bahwa kemampuan kecerdasan manusia terjadi saat anak berumur 4 tahun sebesar 50%, kemudian saat menginjak usia 8 tahun kemampuan kecerdasan manusia sebesar 80%, dan mencapai titik puncak pada usia sekitar 18 tahun.
Hal ini menjadi begitu penting untuk memperhatikan perkembangan anak di usia emas (golden age), karena empat tahun pertama kemampuan kecerdasan anak sama besarnya dengan empat belas tahun berikutnya (Gautama, 2002). Di usia ini perkembangan otak anak juga sedang mengalami tiga tahap, yakni otak primitif (action brain), otak limbik (feeling brain), dan juga otak berpikir (thought brain atau neocortex).
Howard Gardner mengartikan kecerdasan sebagai potensi biopsikologi, artinya kemampuan seseorang untuk menggunakan sekumpulan bakat yang dia miliki. Tak ayal kemudian Gardner mencetuskan kecerdasan majemuk dalam bukunya The Multiple Intelligence pada tahun 1993 dan dia mengatakan bahwa kecerdasan dalam setiap manusia sudah dapat dideteksi sejak dini.
Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika, kecerdasan metematik, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalistik, dan kecerdasan eksistensial. Seperti kata Einstein bahwa semua orang cerdas dengan segala kelebihannya.
Berikut merupakan delapan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh manusia:
Kecerdasan Linguistik atau Linguistic Intelligence
Kecerdasan ini mencakup kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata secara efektif. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam memberikan rangsangan pada anak dengan mengajak berbicara, bermain huruf dan angka, membacakan sebuah cerita, bermain peran, berdiskusi, merangkai cerita, dan mendengarkan lagu-lagu anak.
Kecerdasan Matematik atau Matematical Intelligence
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk menganalisis suatu masalah secara logis dan menciptakan rumus matematika serta menyeledikinya secara alamiah.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk merangsang kecerdasan ini pada anak yakni menyelesaikan puzzle, memperkenalkan bentuk geometri, eskplorasi terhadap pemikiran anak dengan diskusi ringan, memperkaya pengalaman berintreaksi dengan alam dan juga konsep-konsep matematika.
Kecerdasan Visual Spasial atau Visual Spatial Intelligence
Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk membayangkan bentuk ruangan atau tiga dimensi dalam pikirannya. Kecerdasan ini digunakan pada saat seseorang berkendara, atau saat melakukan parkir mobil.
Kegiatan yang dapat melatih kecerdasan ini pada anak yakni menggambar, menonton film, foto atau permainan yang membutuhkan imajinasi untuk membaca peta, grafik atau diagram.
Kecerdasan Kinestetik atau Kinesthetic Intelligence
Kecerdasan kinestetik atau kecerdasan gerak tubuh mencakup kemampuan mengendalikan gerakan tubuh, keseimbangan, ketangkasan dalam bergerak, dan mengeksplorasi dunia melalui ototnya.
Kegiatan yang menunjukan kecerdasan kinsetetik menonjol yakni adanya prestasi di bidang olah raga pada anak, menikmati bekerja dengan tanah liat, melukis dengan jari dan juga menyukai bongkar pasang benda atau mainan.
Kecerdasan Musikal atau Musical Intelligence
Kecerdasan ini mencakup kemampuan mengenali dan mengingat nada, termasuk mengubah sebuah kata menjadi lagu serta memainkan alat musik dengan baik dan benar.
Cara untuk merangsang kemampuan ini pada anak dengan memperdengarkan lagu, mengajaknya bernyanyi dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal alat musik.
Kecerdasan Interpersonal atau Interpersonal Intelligence
Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan kemampuan untuk dapat memahami dan berkomunikasi terhadap orang lain, mengetahui perannya terhadap lingkungan sosial serta dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Pada umumnya, anak memiliki naluri untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya, akan tetapi orang tua juga perlu memberikan rangsangan seperti mengenalkan dia dengan lingkungan sekitarnya maupun sebaliknya, dan bisa juga memberikan dukungan untuk memiliki kepercayaan diri.
Kecerdasan Intrapersonal atau Intrapersonal Intelligence
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang mengenali diri sendiri, bagaimana lebih mengetahui dirinya, apa yang ingin dia lakukan, apa yang tidak ingin ia lakukan dan memahami situasi serta introspeksi diri.
Kegiatan yang bisa dilakukan untuk merangsang kecerdasan ini yakni memberikan waktu untuk memperbincangkan kelemahan anak, bermain peran dalam sebuah cerita, menggambar diri anak, dan juga memintanya menceritakan kegiatan yang dilalui selama satu hari.
Kecerdasan Naturalis atau Naturalist Intelligence
Kecerdasan ini memiliki daya tarik yang tinggi pada alam, hewan, tumbuhan dan juga lingkungan sekitarnya. Merangsang kecerdasan ini pada anak dapat dilakukan dengan mengajaknya bermain di alam terbuka, memberikan kesempatan melihat alam dengan berbagai media dan juga memelihara binatang atau merawat tanaman bersama.
Setelah mengetahui berbagai kecerdasan yang dimiliki anak, para orang tua perlu memiliki kesadaran bahwa tugas mendidik anak merupakan tugas utamanya dan bukan memasrahkan seratus persen pada lembaga pendidikan.
Jadi ketika anak memiliki hasil pembelajaran di bawah rata-rata pada bidang tertentu, dalam hal ini menjadi tidak layak menyalahkan pihak lembaga pendidikan apalagi anak. Walau bagaimanapun anak tetap memiliki kecerdasan yang menonjol masing-masing dan saling berkolaborasi satu kecerdasan dengan yang lain, sama seperti manusia pada umumnya dan tugas orang tua memahami hal tersebut.
Referensi
- Syarifah. (2019). Konsep Kecerdasan Majemuk Howard Gardener. Jurnal Ilmiah Sustainable, 2(2), 154-175.
- Gardner, Howard. (1973). Frames of Mind, Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for The 21st Century. New York: Basic Books.
- Ardiana, Reni. (2022). Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk dalam Pendidikan Anak Usia Dini. MURHUM: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 1-12.
- Jalal F, S. (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Penulis: Rohman Priyanto (Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Editor: Adis Setiawan