Esai

Jihad Fisik, Jihad Intelektual: Refleksi Sejarah Hari Santri dalam Menghadapi Tantangan Modern

3 Mins read

Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober bukan sekadar ritual tahunan. Momen ini adalah panggung refleksi kolektif untuk memahami transformasi makna jihad dari medan perang fisik ke arena pergulatan intelektual dan moral di era modern. Sejarah menunjukkan bahwa santri dan ulama adalah penjaga kedaulatan bangsa, baik saat diancam penjajah maupun saat diuji oleh disrupsi zaman.

Dari Resolusi Jihad ke Jihad Fisik: Fondasi Sejarah Santri

Sejarah penetapan Hari Santri tak bisa dilepaskan dari peran krusial Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 di Surabaya.

Tonggak Sejarah: Resolusi Jihad 1945

Resolusi Jihad adalah fatwa (seruan keagamaan) yang menegaskan bahwa mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari ancaman penjajah yang ingin kembali berkuasa hukumnya adalah fardhu ‘ain (kewajiban individual) bagi setiap Muslim.

Analogi Resolusi Jihad:

Bayangkan Resolusi Jihad sebagai sebuah kode darurat (emergency code) yang disiarkan di tengah masyarakat. Kode ini mengubah perang mempertahankan negara dari sekadar tugas militer menjadi kewajiban agama yang sakral. Seruan ini membakar semangat para santri dan rakyat, yang kemudian berpuncak pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945 yang heroik.

Ini adalah perwujudan nyata dari Jihad Fisik: perjuangan heroik yang diwujudkan dengan bambu runcing, darah, dan semangat Hubbul Wathan Minal Iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman). Kontribusi ini diakui negara dan menjadi dasar kuat penetapan Hari Santri (Keppres No. 22 Tahun 2015).

Transformasi Jihad: Dari Fisik ke Intelektual

Di era pascakemerdekaan dan di tengah arus globalisasi, bentuk perjuangan atau jihad bagi santri mengalami pergeseran. Jika dahulu santri berjihad di medan tempur, kini medan juangnya adalah medan ilmu, moral, dan teknologi. Inilah yang disebut Jihad Intelektual (atau Jihad Akbar).

Baca...  Sejarah, Mitos dan Pesan Moral tentang Makam Santri Desa Kenanti Tambakboyo

Jihad Intelektual: Melawan Kebodohan dan Kekeliruan

Jihad Intelektual adalah perjuangan tanpa henti untuk menuntut ilmu, menggali kebenaran, dan melawan kebodohan (jahl), kemalasan, serta kekeliruan berpikir.

Analogi Jihad Intelektual: Jika Jihad Fisik adalah menjaga pagar rumah (negara) dari serangan luar, maka Jihad Intelektual adalah memastikan isi rumah (peradaban) bersih, terawat, dan berfungsi optimal.

Perjuangan santri masa kini diwujudkan melalui:

  1. Penguasaan Ilmu: Tidak hanya kitab kuning (ilmu agama), tetapi juga ilmu pengetahuan umum (sains, teknologi, ekonomi, sosial). Santri kini harus menjadi “ulama plus”: berakhlak mulia, mendalam ilmu agamanya, sekaligus cakap di bidang profesional.
  2. Moderasi Beragama (Tawassuth): Berjuang untuk menyebarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta) dengan sikap moderat, toleran, dan berimbang. Santri menjadi garda terdepan melawan radikalisme, ekstremisme, dan pemahaman agama yang sempit.
  3. Literasi Kritis: Berjihad di ruang digital melawan hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian. Santri harus mampu menyeleksi informasi dan menjadi produsen konten positif yang menyejukkan.

Tantangan Modern dan Relevansi Jihad Santri

Tantangan yang dihadapi bangsa dan umat di era modern jauh lebih kompleks, tidak lagi berbentuk musuh kasat mata berbendera penjajah, melainkan musuh-musuh internal dan global.

Tantangan Disrupsi Digital dan Krisis Moral

Derasnya arus informasi dan teknologi digital membawa tantangan besar:

  1. Gempuran Ideologi Asing: Paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila dan budaya Indonesia mudah masuk melalui internet.
  2. Krisis Integritas dan Korupsi: Penyakit moral dan praktik korupsi adalah musuh dalam selimut yang menggerogoti fondasi bangsa.
  3. Ancaman Ekstremisme: Paham keagamaan yang kaku dan intoleran (ghuluw) dapat memecah belah persatuan.

Peran Santri sebagai Solusi

Di sinilah Jihad Intelektual dan Jihad Moral santri menjadi sangat relevan:

  • Jihad Intelektual sebagai Benteng: Santri harus menjadi “peneliti” yang mengkaji akar masalah dan menawarkan solusi berbasis ilmu dan kearifan lokal. Mereka harus mampu menyandingkan teks agama dengan konteks zaman.
  • Jihad Moral sebagai Teladan: Santri harus menjadi “penjaga moral” Nilai-nilai pesantren seperti keikhlasan, disiplin, dan tawadhu’ (rendah hati) adalah modal utama untuk melawan krisis moral dan korupsi.
Baca...  Perkumpulan Panitia Santunan Anak Yatim di Desa Jabalsari

Analogi Peran Santri Modern: Santri masa kini bukan hanya seperti prajurit di benteng pertahanan (Jihad Fisik), tetapi juga harus menjadi arsitek dan insinyur peradaban (Jihad Intelektual). Mereka merancang masa depan dengan ilmu yang kokoh dan membangun masyarakat dengan akhlak yang mulia.

Penutup: Santri Mengawal Peradaban Dunia

Refleksi Hari Santri mengajarkan kita bahwa semangat jihad adalah semangat perjuangan tanpa akhir demi kemaslahatan bersama. Dari semangat Jihad Fisik yang mempertahankan kemerdekaan, kini santri mengemban misi Jihad Intelektual untuk mengawal Indonesia menuju peradaban dunia.

Melalui pena, gagasan, dan akhlak mulia, santri terus membuktikan bahwa mereka adalah pewaris tradisi sekaligus pelaku transformasi. Mereka adalah simpul penting yang menyatukan iman, ilmu, dan cinta tanah air, memastikan Indonesia tetap menjadi negara yang berdaulat, berilmu, dan berakhlak mulia.

2555 posts

About author
Kuliah Al Islam - Mencerdaskan dan Mencerahkan
Articles
Related posts
Esai

Islam, Muhammad, dan Konservasi Alam

5 Mins read
Agama tidak turun “untuk Tuhan”. Ia diturunkan, melalui “tangan” Jibril yang kemudian dipindahtangankan ke “genggaman” Muhammad, untuk kepentingan manusia dan kepentingan alam…
Esai

Ini Dia 6 Tantangan Tahun Pertama dalam Pernikahan

2 Mins read
Media sosial belakangan ini diramaikan oleh berita perceraian pasangan muda yang usia pernikahannya baru seumur jagung. Potret kemesraan yang mereka tampilkan di…
Esai

Arah Pembangunan Daerah Kota Bima

6 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Apa yang dibanggakan kita sebagai warga masyarakat kota Bima. Memang kita melihat semarak warga menyelenggarakan kegiatan lomba sepakbola mini, mini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Jalan Tengah Dalam Beraqidah

Verified by MonsterInsights