Penulis: Ammar Abdul Matinmar Abdul Matin
Rabb semesta alam merupakan Dzat yang paling sempurna, tanpa kurang dan tanpa cela. Berbeda dengan makhluk-Nya yang banyak kekurangan dan banyak celanya. Walaupun Allah mengatur seisi alam semesta, dzahir maupun yang batin, remeh maupun yang berat, namun Allah tidak pernah sekalipun lelah.
Allah tidak pernah mengantuk apalagi tertidur. Berbeda dengan manusia yang sangat terbatas kemampuannya. Manusia membutuhkan istirahat dan tidur. Manusia dan makhluk lainnya memiliki rasa lelah.
Allah ta’ala merupakan Dzat yang tidak pernah mengantuk dan tertidur menunjukkan kesempurnaan hidup-Nya Allah dan bangunnya-Nya Allah. Selain itu, Allah adalah Yang Maha Hidup dan tidak akan pernah mati, kehidupan yang kekal abadi hanya milik Allah, sedangkan makhluk-Nya yang lain pasti suatu hari nanti akan mati.
Allah ta’ala berfirman:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٞ وَلَا نَوۡمٞۚ
“Allah tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.”
Semua Tidak Lepas Karena Allah
Serinci apapun, apa saja yang kita lakukan di dunia ini tidak pernah lepas dari pengawasan, pengaturan, dan kehendak Allah ta’ala. Bahkan ketika kita sedang merasa sendirian, merasa bahwa yang sedang kita lakukan merupakan kehendak kita sendiri, padahal sebetulnya hal tersebut tetap ada campur tangan Allah.
Sebagai permisalan ketika kita bermaksiat, itu memang atas dasar iradah (keinginan) kita, namun sebetulnya tetap ada campur tangan Allah di situ. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang diriku berada ditangan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (HR. Muslim)
Hadits tersebut menunjukkan, bahwa mustahil manusia tidak pernah bermaksiat kepada Allah. Karena itu sudah ketetapan dari Allah, pasti manusia di bumi ini pernah melakukan dosa dan kesalahan. Maka di situ tidak terlepas dari ketetapan Allah. Maka dengan mengetahui hal tersebut, seharusnya kita sering-sering meminta ampun dan bertaubat kepada Allah.
Begitu pula Allah telah mengatur segala yang ada di alam semesta ini, mulai dari pengaturan di langit hingga pengaturannya di atas muka bumi ini. Dia menciptakan dan mengaturnya.
Mengatur matahari dan bulan agar bergantian memutari bumi, mengatur turunnya hujan, mengatur rezeki hewan-hewan, mengatur rezeki manusia hingga mengatur kehidupan manusia. Maka siapa saja yang enggan mengikuti aturan dari Allah yang sudah ditetapkan-Nya dan dijelaskan-Nya lewat perantara kitab-Nya, maka kehidupannya akan rusak, kesinambungan yang baik akan terputus, berubah menjadi kesinambungan yang penuh kerusakan.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٖ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ إِذۡنِهِۦۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izinNya. Zat yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Yunus: 3)
Bahkan orang yang berbuat makar, maka ia juga akan mendapatkan makar dari Allah juga. Orang yang berusaha merusak nama Islam, membuat rencana-rencana buruk untuk Islam dan orang-orang yang memperjuangkannya, mereka juga tidak akan pernah lepas dari Allah. Tidak akan pernah lepas dari makar Allah.
وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ ٱللَّهُۖ وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ
“Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali Imran: 54)
Mungkin mereka mengira, bahwa bisa saja Allah tidak memperhatikan apa yang mereka lakukan, padahal tidak demikian, Allah Maha Hidup dan tidak pernah tidur, Dia senantiasa memperhatikan segala perbuatan yang hamba-Nya lakukan.
Menurut Syaikh DR. Shalah Shawi dalam kitabnya, Tahdzib Syarh at-Thahawiyah mengatakan, “Dua asmaul husna Allah Al-Hayyu dan Al-Qayyum merupakan asmaul husna yang paling agung.”
Maka untuk apa takut dengan segala halangan dan rintangan? Allah tidak pernah mengantuk, apalagi tidur, segala yang manusia perbuat pasti akan beroleh balasan. Segala yang kita kerjakan pasti akan beroleh balasan dari Allah. Kebaikan yang kita usahakan tiada yang sia-sia, begitu pula segala cobaan yang menimpa kepada kita, juga tidak akan menjadi sia-sia, asal kita iringi dengan kesabaran dan mengharapkan balasan dari Allah.
من يُرِدِ الله به خيرا يُصِبْ مِنه
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan mengujinya.” (HR. Bukhari)
Berarti segala musibah dan cobaan yang menimpa kita tidak semata-mata agar kita merasa sukar dan merasa sulit saja, namun di situ Allah ingin agar kita mendapatkan kebaikan darinya dan menjadi lebih baik.
Mendapatkan kebaikan dari ujian, musibah dan cobaan bisa bermacam-macam bentuknya. Bisa jadi kita akan dapatkan dengan bentuk pahala dari Allah, dihapuskan dosa-dosa, atau pun dinaikkan derajat ketika nanti di jannah-Nya kelak. Atau pun tatkala di dunia bisa saja bentuknya berupa mental menjadi lebih kuat, hati menjadi lebih lapang, dan jiwa menjadi lebih tegar.
Waktu Yang Akan Menjawabnya
Sebagai manusia yang tempatnya salah dan lupa, terkadang kita lupa bahwa kita telah melakukan beberapa kesalahan di masa sebelumnya. Sehingga hari ini kita merasa tenang-tenang saja. Padahal segala sesuatu yang kita perbuat pasti akan ada balasannya, baik di dunia atau pun di akhirat-Nya. Allah tidak akan pernah lupa dengan apa saja yang kita lakukan. Baik itu kebaikan maupun keburukan.
Hanya saja tidak semua kesalahan dibalas Allah dengan musibah ataupun ujian. Sebabnya Allah sudah mengampuninya karena telah tertutupi dengan amalan shalih, ataupun karena rahmat yang Allah berikan. Waktu yang akan menjawabnya.
Terkadang pula amal shalih nanti di akhirat hasilnya tidak sesuai bayangan yang dipikirkan. Merasa sudah totalitas secara kualitas dan kuantitas, namun ternyata sesampainya di tempat perhitungan amal bernama akhirat ternyata amalan yang seharusnya berbuah pahala, justru menjadi debu yang berterbangan.
Karena bisa jadi hama berupa riya’, ujub, atau sum’ah terkadang hinggap di hati ketika mengerjakannya, maka di situ panen pahala menjadi gagal. Na’udzubillahi min dzalik.
Waktu yang akan menjawabnya, Allah tidak pernah tidur, Allah memperhatikan segala yang dilakukan manusia. Terkadang kita sendiri lupa atas apa yang sudah kita lakukan sebelumnya, namun tidak untuk Allah.
Segala yang kita lakukan Allah selalu memperhatikan. Sehingga kadang kita terkejut dengan sesuatu yang tidak sangka, padahal sebetulnya bisa jadi itu adalah balasan dari yang sudah kita lakukan, namun juga sudah kita lupakan. Wallahu a’lam bisshawab.