Penulis: Thoha Abil Qasim*
KULIAHALISLAM.COM – Ibnu Athaillah adalah mursyid ke 3 dari Tarekat Syadziliyah. Tarekat syadziliyah merupakan tarekat yang didirikan oleh Abu Hasan Al Syadzili. Abu Hasan Al Syadzili lahir pada tahun 1196 M, dan wafat 1258 M. Artinya, Abu Hasan Al Syadzili berumur 62 tahun.
Maka dari itu, Abu Hasan Al-Syadzili segenerasi dengan Imam Muhyiddin Ibnu Arabi, yang memiliki kitab al-Futuhat al-Makkiyah. Segenerasi, karena memang Muhyiddin Ibnu Arabi, itu lahir pada tahun 1165 M dan wafat 1240 M, berarti beliau berumur 75 tahun.
Abu Hasan al-Syadzili ini juga segenerasi dengan Izzudin bin Abdissalam. Izzudin bin Abdissalam memiliki kitab yang diberi judul Qawaidul Ahkam fi Mashalihil anam. Terus Abu Hasan al-Syadzili, itu juga segenerasi dengan imam Ibnu Sholah yang memiliki kitab Adabul Mufti Wal Mustafti. Dan Abu Hasan Al Syadzili ini juga segenerasi dengan Ibnul Hajib, Ibnu Daqiqil Ied, dan lain-lain.
Oleh karena itu Abu Hasan Al-Syadzili hidup di suatu zaman di mana banyak ulama-ulama besar yang menjadi partner diskusinya. Dengan Muhyiddin Ibnu Arabi, Abu Hasan Al Syadzili, ini lahirnya sama-sama di Afrika Utara di Andalus, tapi kemudian beliau bergerak menuju Mesir. Dengan demikian Ibnu Arabi pernah tinggal di Mesir.
Nah, dari ini kita ketahui bahwa Abu Hasan Al Syadzili itu adalah sufi besar pasca Al Ghazali dan Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali lahir pada tahun 1058 M, dan wafat 1111 M, yang itu berumur 53 tahun. Al Ghazali ini lebih tua 20 tahun dari Abdul Qadir Al Jailani. Berarti Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang memiliki kitab yang berjudul Alghunyah itu, lahir di tahun 1078 M dan wafat 1166 M, jadi usianya 88 tahun.
Abu Hasan Al Syadzili merupakan sufi besar yang sangat mengidolakan Al Ghazali. Jadi sebenarnya ada dua sosok yang menjadi idola dari Abu Hasan Al Syadzili, yaitu Al Ghazali dan Abu Thalib Al Makki. Dengan begitu Abu Hasan Al Syadzili dari saking mengidolakan terhadap Al Ghazali, pernah menyatakan kepada murid-muridnya yaitu :
إذا عرض لكم إلى الله حاجة, فتوسل بالإمام الغزلي ,
Artinya: “Jadi apabila kalian memiliki hajat kepada Allah maka bertawassullah kepada imam AlGhazali.”
Dan juga beliau sangat menyukai kitabnya Al Ghazali yang berjudul Ihya’ Ulumiddin dengan ungkapannya, “Ihya Ulumuddin itu kalau dibaca akan banyak dapat ilmu pengetahuan. Sedangkan kitab yang ditulis oleh Abu Thalib Al-Makki dengan judul Qutul Qulub itu, dapat menimbulkan cahaya yang mencerahkan.”
Jadi kalau kita membaca bukunya Kiai Hasyim Asy’ari, di sana beliau juga memberikan apresiasi besar terhadap Abu Hasan Al Syadzili. Jadi Abu Hasan Al Syadzili ini, hidup di era dimana Mesir pada saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Beliau punya murid yang bernama Abul Abbas al-Mursyi, orang Mesir, beliau lahir 1219 M dan wafat 1281 M. Jadi beliau mursyid kedua setelah Abu Hasan Al Syadzili, dan punya murid yang terkenal, salah satunya Al Busyiri yang memiliki kitab Al Kawakibu Durriyyah fi Madhi Khairil Bariyyah yang dikenal dengan Shahibil Burdah.
Nah jadi murid lain dari Abbas al-Mursy ini adalah Ibnu Athaillah yang nanti menjadi mursyid ketiga, dan lahir 1260 M, wafat 1309 M dengan umur 49 tahun. Tapi sekalipun beliau umurnya pendek, beliau memiliki karya yang sangat banyak, misalnya al-Qasdul Mujarrad Fima’rifatil Ismil Mufrad.
Di dalam kitab tersebut, beliau memberi argumentasi yang rasional mengenai satunya Allah SWT. Jadi argumennya bukan melalui sufistik, tapi rasional untuk membuktikan satunya Allah. Juga punya kitab yang berjudul Anttanwi Fi Isqoti Atadbir, dan punya buku Lathaiful Minan Fimanakibi Syeh Abil abbas wa Syaikhikhi Abil Hasan al-Syadzili.
Jadi beliau menulis biografi dua tokoh Syadziliyah yang pertama yaitu Abu Hasan Al Syadzili ,dan yang kedua Abu Abbas Al Mursyi. Ada juga kitab nya yang berjudul Miftahul Falah wa Misbahul Arwah Fidzikrillah Hil Karimmil Fattah. Dari judul-kitabnya, kita bisa ketahui bahwa beliau seorang penyair, makanya beliau dalam memilih diksi itu sangat indah.
Ibnu Athaillah juga punya banyak murid yang terkenal. Misalnya Al Qarofi dengan kitabnya yang berjudul Al Furuq. Ibnu Athaillah juga punya murid yang bernama Taqiyuddin Assubki, yaitu ayah dari Tajuddin Assubki yang menulis kitab Jam’ul jawami’.
Ibnu Athaillah As Sakandari bukan hanya dikenal dengan kesufiannya yang itu menjadi pilihan terakhir beliau. Kerena sebenarnya kakeknya cenderung anti tarekat. Dari itu makanya kakeknya dari sejak kecil mempersiapkan untuk menjadi ahli di bidang fikih. Tapi setelah bertemu dengan Abbas Al Mursyi, maka disitulah beliau menjatuhkan pilihannya untuk menjadi seorang sufi.
*) Mahasantri Ma’had Aly Situbondo.