KeislamanTafsir

Haqqa Tuqatihi, Benteng Iman dan Takwa vs Rayuan Perselingkuhan

4 Mins read

Perselingkuhan yang akhir-akhir ini sangat marak terjadi dan mulai dibicarakan dari berbagai gosip ibu-ibu, media sosial, sampai berita sekalipun tak tertinggal, khususnya terkait isu perselingkuhan viral, penyebabnya mungkin tak hanya dari pihak laki-lakinya, akan tetapi bisa jadi dari pihak perempuan tak terkecuali.

Sedangkan takwa sering diartikan sebagai bentuk kepatuhan seorang hamba kepada Allah SWT. Arti takwa secara umum adalah melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa juga kerap kali dijadikan sebagai barometer kedekatan bagi seorang hamba dengan Allah SWT atau dijadikan sebagai standar keimanan seorang hamba.

Penyebab Perselingkuhan

Dari sini penulis mencoba menganalis beberapa penyebab mengapa bisa terjadi perselingkuhan salah satu diantara keduanya maka seseorang itu lemah keimanan, ketakwaan dalam menjaga pandangan maupun menjaga kemaluannya, telah hilang rasa malu serta tanggung jawabnya, hadirnya peluang dan kesempatan, merasa kesepian, terjadinya konflik dengan pasangan, mungkin kurangnya rasa menghargai antara pasangan.

Iman, Takwa VS Perselingkuhan

Allah Swt. berfirman dalam surah Ali ‘Imran [3]: 102;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.

Secara umum ayat di atas memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada Allah Swt. dengan sebenar-benarnya (Haqqa Tuqātihī). Dalam konteks kehidupan modern, khususnya dalam menjaga amanah pernikahan, tingkatan takwa ini berfungsi sebagai benteng spiritual yang paling kokoh untuk melawan godaan terbesar, yaitu perselingkuhan.

Makna “Haqqa Tuqatihī” jika kita sandingkan dengan permasalahan selingkuh maka akan bermakna sebagai Perlindungan Kesetiaan.

Jika kita lihat dan telaah, Apa sih makna takwa dengan sebenar-benarnya (Haqqa Tuqātihī) yang secara spesifik relevan dengan isu kesetiaan dan perselingkuhan?

Persetubuhan dan pengkhianatan dalam pernikahan (perselingkuhan) adalah bentuk maksiat besar dan pengkhianatan amanah. Oleh karena itu, Haqqa Tuqātihī menuntut seorang hamba untuk:

  • Menaati Allah: Termasuk menaati perintah menjaga kehormatan diri dan pernikahan (QS. An-Nur [24]: 30-31) serta menjauhi zina dan segala yang mendekatinya (QS. Al-Isra’ [17]: 32).
  • Tidak Bermaksiat: Secara totalitas, termasuk menjauhi tahapan awal dari perselingkuhan, seperti berdua-duaan dengan non-mahram atau menyimpan rahasia buruk dari pasangan.
Baca...  Sumpah Dalam Islam

Dalam bingkai rumah tangga, ketakwaan yang sejati berarti tidak memberi ruang sekecil apa pun di hati dan pikiran untuk mengkhianati janji suci yang telah diikrarkan di hadapan Allah.

Perselingkuhan sebagai Pengkhianatan Amanah dan Gagalnya Takwa

Perselingkuhan, dalam pandangan Islam, adalah puncak dari pengkhianatan (Khiyanah), dusta (Kadzib), dan penyelewengan tanggung jawab. Hal ini bertentangan secara frontal dengan perintah takwa yang diamanahkan.

Ayat dan Hadis tentang Larangan Pengkhianatan

Allah SWT secara jelas melarang segala bentuk pengkhianatan:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَخُوۡنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوۡلَ وَتَخُوۡنُوۡۤا اَمٰنٰتِكُمۡ وَاَنۡـتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al-Anfal [8]: 27).

jika pasangan suami istri ada yang melakukan perselingkuhan/berkhianat, maka sangat berpengaruh kepada keturunannya seperti kurangnya perhatian dari orang tua dan kurangnya keharmonisan dalam keluarga. Hal ini menjadi menarik dan terbaru jika diteliti dengan mengaitkan ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang perselingkuhan.

Pentingnya menjelaskan kepada masyarakat bahwa perselingkuhan dalam rumah tangga sangat membuka permasalahan yang berbahaya, karena dapat mengakibatkan perceraian dan menghilangkan makna sakīnah, mawaddah dan raḥmah.

Amanah terbesar bagi suami dan istri adalah menjaga kesucian diri dan kehormatan pasangannya. Perselingkuhan meruntuhkan amanah ini.

Nabi Muhammad Saw. juga mengingatkan tentang bahaya Khalwat (berdua-duaan) sebagai pintu gerbang menuju maksiat (termasuk perselingkuhan):

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلاَ لاَ يَخْلُوْنَ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثُهُمَا الشَّيْطَانَ. [رواه ابن حبان]

“Ingatlah, janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan melainkan setan adalah pihak ketiga mereka.” (HR. Ibnu Hibban).[1]

Baca...  Warna-warni Umat Manusia: Tafsir Tekstual Surah Al-Hujurat Ayat 13

Hadis ini adalah panduan praktis dari Haqqa Tuqātihī: menjauhi hal-hal yang memancing, karena takwa bukan hanya menjauhi dosa, tetapi juga menjauhi jalan-jalan menuju dosa.

bentuk pencegahan perselingkuhan:

  1. Jaga Jarak dan Kendalikan Diri

Cara pertama untuk menghindari perselingkuhan adalah dengan menjaga jarak aman. Poin seperti tidak boleh berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram (khalwat) adalah aturan paling dasar: jangan pernah menyendiri atau terlibat dalam situasi pribadi dengan orang lain yang bukan pasangan Anda, karena ini bisa memicu perasaan yang tidak seharusnya. Bersamaan dengan itu, kita harus menjaga pandangan dan kemaluan. Artinya, kita perlu mengendalikan mata kita dari melihat hal-hal yang mengundang nafsu dan mengendalikan diri agar tidak melakukan tindakan seksual di luar pernikahan. Terakhir, larangan berhias secara berlebihan mengajarkan kita untuk tampil wajar, tidak sengaja menarik perhatian lawan jenis lain, sehingga fokus utama tetap pada pasangan yang sah.

  1. Kuatkan Iman dan Ingat Janji

Pencegahan terbaik datang dari dalam diri, yaitu dengan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Jika kita benar-benar yakin bahwa Tuhan selalu melihat dan kita harus bertanggung jawab atas setiap perbuatan, kita akan takut untuk melakukan hal yang dilarang, termasuk selingkuh. Pondasi spiritual ini kemudian diperkuat dengan etika, yakni tidak boleh mengkhianati amanat dan janji. Pernikahan adalah janji suci dan kepercayaan terbesar yang diberikan pasangan kepada kita. Jika kita melanggar janji itu, kita tidak hanya menyakiti pasangan tetapi juga merusak kehormatan diri sendiri. Menjaga janji ini adalah bentuk kesetiaan yang harus dipegang teguh.

  1. Inti Komitmen dan Perlindungan Hubungan

Secara ringkas, semua aturan ini adalah panduan untuk melindungi hubungan pernikahan Anda. Setiap poin, mulai dari menjauhi situasi berdua-duaan, mengendalikan mata, hingga bersikap sederhana, semuanya bertujuan untuk menghilangkan peluang terjadinya godaan. Dengan menggabungkan upaya dari luar (seperti menghindari situasi berisiko) dan upaya dari dalam (seperti menguatkan keimanan dan mengingat janji), Anda membangun benteng yang kokoh di sekeliling hati dan rumah tangga Anda. Ini adalah tentang komitmen proaktif untuk setia dan memastikan tidak ada celah bagi orang ketiga untuk masuk dan merusak kebahagiaan Anda berdua.

Baca...  Relativitas Waktu dalam Alquran

Pelajaran dari Ali ‘Imran [3]: 102 – Jalan Menuju Husnul Khatimah

وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ :

WALA TAMUTUNNA ILLA WA ANTUM MUSLIMUN

Penting untuk diingat, kelanjutan ayat 102 adalah: “Dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Ayat ini adalah ayat kinayah (kiasan) yang bermakna perintah untuk senantiasa istiqamah dalam keislaman dan takwa hingga akhir hayat. Imam Ibnu ‘Athiyyah dalam kitab Al-Muharrar al-Wajiz (Juz. 2, 305) mengatakan:

“Makna dari firman Allah di atas adalah, ‘Tetaplah kamu dalam naungan Islam sampai kematian mendatangimu dan kamu dalam keadaan muslim’.”

Ketika seseorang bertakwa dengan sebenar-benarnya (Haqqa Tuqātihī), maka ia akan menjaga seluruh aspek keislamannya, termasuk kesetiaan kepada pasangan. Sebaliknya, perselingkuhan adalah tindakan yang berpotensi merusak keislaman seseorang di akhir hidupnya karena ia mati dalam keadaan mengkhianati amanah Allah dan hamba-Nya.

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (Jilid 2, 168) menjelaskan bahwa ayat Ali ‘Imran ini menjelaskan batas akhir dan puncak takwa yang sebenarnya. Semua orang beriman dianjurkan berjalan menuju puncak ini dengan mengerahkan seluruh kemampuannya (Fattaqullah Mastatho’tum – QS. At-Taghabun [64]: 16).

Pada akhirnya, menjaga kesetiaan dalam pernikahan adalah bukti paling nyata bahwa seorang hamba berusaha mencapai tingkatan Haqqa Tuqātihī, yaitu ketakwaan yang totalitas dan gigih, yang menjadi benteng pertahanan terbaik dari segala bentuk pengkhianatan.

[1] HR. Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, Juz 12, hlm.399, Hadits ke-5586.

Pros

  • +

Cons

  • -
9 posts

About author
Mahasiswa S1 Universitas PTIQ Jakarta, Ilmu Al-Qur'an danTafsir.
Articles
Related posts
KeislamanPendidikan

Mahmud Yunus Tokoh Pendidikan Indonesia

4 Mins read
Kuliahalislam.H. Mahmud Yunus (Batusangkar, Sumatera Barat, 10 Februari 1899-Jakarta, 16 Januari 1982). Ia adalah Ulama, tokoh pendidikan Islam Indonesia yang gigih memperjuangkan…
KeislamanSejarah

Mengenal Mukmim Jawi Di Arab

3 Mins read
Kuliahalislam.Mukmin Jawi adalah orang-orang Islam yang berasal dari Asia Tenggara ( Indonesia, Malaysia, Pattani ( sekarang Thailand Selatan), Filipina, Singapura dan Brunei…
KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I'tiqad : Sesat Pikir Karena Asosiasi

3 Mins read
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad : Sesat Pikir Karena Asosiasi. Kita ketahui bersama bahwa pandangan akidah Asy’ariyah mengenai soal af’alullah (tindakan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Opini

Stop Anggap Sepele! 5 Ujian Terberat yang Biasa Menerpa Keluarga.

Verified by MonsterInsights