KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Manifestasi Kelembutan

2 Mins read

Di antara akhlak Nabi yang paling menonjol adalah pribadinya yang selalu lemah lembut. Semua orang yang pernah semasa dengan beliau, menggambarkan, beliau tidak pernah berkata kasar, mengumpat, dan tidak pernah berlaku bengis. Bahkan, Nabi tidak pernah marah, kecuali terhadap perbuatan yang melanggar kehormatan agama.

Gus Ulil menegaskan bahwa di antara hikmah yang bisa kita petik dan peroleh dari perangai lemah lembutnya Nabi, pertama, bisa membuat kita menjadi pribadi yang indah. Secara garis besar, Allah SWT. mengkaruniakan dua keindahan kepada manusia, yaitu keindahan fisik dan keindahan kepribadian.

Kita tahu, manusia pada umumnya mudah terpukau oleh keindahan fisik. Namun, keindahan fisik ini akan segera kehilangan kesan bila tingkah laku dan kata-katanya kasar. Di sinilah, lemah lembut menjadi “parameter” dan “kunci utama” untuk mewujudkan pribadi yang indah.

Kedua, bisa membentuk orang-orang dan lingkungan di sekitar kita. Karena itu misalnya tak sedikit dan bahkan banyak dari para Sahabat yang memperoleh hidayah setelah menyaksikan pribadi Nabi yang lemah lembut.

Ketiga, lemah lembut adalah pelindung hati dari noda dan penyakit kalbu (hati). Penting, ketika kita berkata kasar dan mengumpat, sebenarnya kita tidak sedang merugikan orang lain. Akan tetapi, kita sedang menodai hati sendiri, mengotorinya dengan kekasaran, serta membuatnya menjadi keras.

Dari sini kita tahu, bahwa lemah lembut dalam tutur kata serta dalam tingkah laku adalah salah satu keteladanan yang paling menonjol dalam diri Nabi. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).

Baca...  Menyingkap Mukjizat Kebahasaan Alqur’an: Antara Keaslian Bahasa Arab dan Tantangan Terjemahan

Nabi juga bersabda:

إذا أحبّ الله عبدا أعطاه الرفق وما من أهل بيت يحرّمون الرفق إلا حرّموا الخير

Artinya: “Apabila Allah menyukai seorang hamba, maka Ia akan mengkaruniai sifat lemah lembut. Dan barang siapa dari keluargaku mengharamkan dan menjauhi kelemah lembutan, maka sesungguhnya dia telah menjauhi kebaikan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Syahdan, lemah lembut, kata Gus Ulil, bukan suatu indikasi ketidakberdayaan kita, melainkan tanda kemampuan mengendalikan diri. Begitu juga sebaliknya, kekasaran dan kekerasan bukanlah tanda dari kekuasaan, namun ia adalah tanda kerapuhan emosional dan kelemahan kepribadian seseorang.

Penting juga dikatakan bahwa Nabi SAW. sangat ramah kepada semua orang, termasuk perempuan. Sifat kelemahlembutan sangat dicintai oleh Allah SWT., sehingga Nabi sangat menekankan kepada umatnya untuk selalu berusaha menghiasi perilaku mereka dengan kelemahlembutan.

Nabi SAW. mengajarkan untuk memperlakukan perempuan dengan penuh kehati-hatian dan kesabaran. Dia mengibaratkan perempuan layaknya kaca yang dapat pecah jika diperlakukan dengan kasar atau kasar. Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 159 berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِ ۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS. Ali Imran [3]: 159).

Akhlak Nabi Muhammad SAW. yang harus diteladani adalah memiliki sikap lemah lembut terhadap perempuan, yang penting untuk hubungan yang baik dan harmonis. Sebaliknya, tidak adanya sikap lemah lembut ini menyebabkan banyak masalah.

Baca...  Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Klaim Kelima Akidah Asy’ariyah tentang Tindakan Tuhan

Contohnya adalah catcalling yang sering menjadi keresahan bagi perempuan, kurangnya perhatian dari pasangan, dan kasus kekerasan rumah tangga yang seolah-olah biasa dan di mana perempuan biasanya menjadi pihak yang tertindas.  Untuk itu, kita harus mengikuti contoh Nabi ketika menghadapi perempuan, dengan bersikap lemah lembut. Wallahu a’lam bisshawaab.

131 posts

About author
Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.
Articles
Related posts
KeislamanTokoh

Syekh Al-Banjari Ulama Kesultanan Banjar

4 Mins read
Kuliahalislam. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (lahir di Lok Gabang, Martapura 15 Safar 1122 H/19 Maret 1710 M dan wafat di Kalampayan, Astambul,…
EsaiKeislamanOpini

Kesalehan Digital, Sebuah Keniscayaan Zaman

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM-Kita mungkin mulai familiar dengan fenomena kesalehan digital yang semakin membumi. Istilah kesalehan digital merujuk pada kemampuan individu untuk menggunakan teknologi digital…
KeislamanTokoh

Haedar Nashir, Membaca Pemaknaan Hidup Bersama Sang Filsuf

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM-Kita semua tentu mengetahui bahwa Buya Haedar Nashir, seorang tokoh intelektual dan pemimpin spiritual yang sangat berpengaruh di Indonesia, telah meninggalkan jejak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Berita

Brili Agung Zaky Pradika, Korda SUMU Banyumas Raih Gelar “Best of the Best” Impactpreneur by LPDP 2025

Verified by MonsterInsights