KULIAHALISLAM.COM JAKARTA – Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) menggelar seminar internasional Indonesia-Malaysia Outlook dengan tema The Role of Indonesia and Malaysia for the Peace of Southeast Asia and the World Civilization sekaligus Launching Buku “Malaysia Jalan Terjal Menuju Bangsa Demokratis” karya Sudarnoto Abdul Hakim.
Acara yang didukung oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) ini digelar di Aula Ahmad Dahlan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Uhamka, Rabu (24/5).
Foto bersama narasumber Seminar Internasional Uhamka |
Kegiatan ini antara lain dihadiri oleh Assoc Prof Sudarnoto Abdul Hakim Badan Pembina Harian (BPH) Uhamka, Rektor UHAMKA Prof Gunawan Suryoputro, Anisia Kumala (Wakil Rektor I), Desvian Bandarsyah (Wakil Rektor II), Prof Nani Solihati (Wakil Rektor III) dan Muhammad Dwifajri (Wakil Rektor IV).
Selain itu, hadir juga Prof Syafiq Mughni Ketua PP Muhammadiyah, sejumlah diplomat, tokoh, akademisi dan komunitas mahasiswa internasional. Nara sumber seminar ini berasal dari Indonesia Dan Malaysia. Mereka adalah Prof M. Din Syamsuddin, Assoc Prof Sohirin Solihin, Chusnul Mar’iyah Ph.D, Dr. Nazaruddin Nasution, Sen. Mohd Yusmadi bin Moh Yusoff, Lili Yulyadi Arnakim, Ph.D, Assoc Prof Zulkifli Hasan.
Dalam sambutannya, Prof Gunawan Suryoputro Rektor Uhamka mengungkapkan bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam mewujudkan perdamaian di tingkat Asia Tenggara hingga dunia. Menurut dia, upaya-upaya perdamaian tersebut akan efektif dengan adanya media pendidikan yang dapat diimplementasikan kepada masyarakat sejak dini.
“dengan adanya seminar internasional antara Malaysia dan Indonesia ini akan mewujudkan lebih banyak upaya perdamaian untuk bisa dikembangkan,” ujarnya
Gunawan juga mengatakan, perdamaian dapat diwujudkan dengan adanya kesatuan antara ide dan gagasan serta terobosan yang membangun untuk masa depan.
“Pendidikan tentunya memiliki posisi yang penting untuk mewujudkan hal tersebut. Setiap upaya perdamaian akan lebih berpengaruh melalui media pendidikan yang lebih terstruktur,” ujar Prof Gunawan.
Tantangan Perdamaian
Ketua PP Muhammadiyah Prof Syafiq Mughni memandang saat ini dunia masih menghadapi tantangan seputar perdamaian, mulai dari perebutan kekuasaan, monopoli, ekstremisme, hingga Islamofobia. Maka dari itu, kata dia, ini menjadi momen yang penting untuk membahas permasalahan tersebut.
Ia melanjutkan, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam menjadikan Islam sebagai filosofi dan cita-cita masa depan yang dirumuskan ke dalam Islam berkemajuan.
“Tantangan kenegaraan pun menjadi tugas Umat Islam untuk memecahkan masalah ini bersama-sama. Umat Islam harus mampu menghadapi pemahaman yang salah tentang agama, serta mengimplementasikan Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin,” ujar dia.
Dia menjelaksan, seminar internasional ini merupakan ruang untuk membahas permasalahan-permasalahan dunia saat ini, mulai dari ekstremisme hingga Islamofobia.
“Umat Islam memiliki peran penting untuk meluruskan dan mengimplementasikan Islam yang rahmat bagi seluruh alam dengan tidak menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi. Hal ini pun menjadi pandangan utama kami pada Muktamar Muhammadiyah Ke-48 untuk membangun Islam Berkemajuan,” ungkapnya.
Sinergi Membangun Peradaban
Di lain pihak, Assoc Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan bahwa melalui seminar Internasional Indonesia-Malaysia Outlook ini dapat membangun situasi Asia Tenggara yang kondusif untuk membangun ekonomi dan peradaban yang kokoh. Ia juga mengatakan bahwa keamanan dan perdamaian menjadi penting beriringan dengan stabilitas ekonomi serta politik. Ini sebagai syarat terwujudnya demokrasi.
“kedua negara Indonesia Dan Malsysia harus tampil sebagai negara dan bangsa yang kuat secara ekonomi dan politik. Selain itu, peran diplomatik dua Negara melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sangat penting untuk membangun dunia aman tanpa peperangan, genosida dan menyelesaikan krisis kemanusian,” kata dia. Karena itu, menurutnya harus dibangun aliansi global di mana Indonesia dan Malaysia bisa secara maksimal memainkan peran strategis.
“Saya melihat Anwar Ibrahim adalah tokoh penting dalam sejarah perjalanan politik Malaysia. Sebagai seorang muslim sejati, intelektual, kritis dan terbuka ia memperkenalkan konsep Malaysia Madani. Ide ini sungguh penting Dan memiliki spirit sama dengan Islam Berkemajuan. Menurut saya, sebagaimana yg saya jelaskan dalam buku saya, bahwa dua gagasan ini sangat dibutuhkan untuk memperkokoh demokrasi di dua negara ini”. Tapi, kata Sudarnoto, ini tidak mudah dan menghadapi tantangan besar. Dia berharap para pembaca dapat mengenal dengan lebih baik negara tetangga kita yaitu Malaysia agar dapat menjalin sinergi dengan baik.
Sementara itu, Mohammad Fazril bin Mohd Saleh selaku Secretary General ABIM mengatakan bahwa acara ini merupakan momen yang penting untuk dikembangkan lagi di berbagai tempat dan sektor. Ia berharap adanya resolusi dan tindakan dalam melaksanakan proses peningkatan hubungan Indonesia dengan Malaysia.
“Harapan kami akan hadir sebuah resolusi yang dapat membuat hubungan Indonesia dan Malaysia semakin kompleks dalam berbagai lapisan, bukan hanya antar pemerintah tetapi juga seluruh sektor lainnya saling berhubungan termasuk ABIM untuk masyarakat,” tutur Mohammad Fazril.