Esai

Fenomena Konflik Sosial Masyarakat Bima (Sebuah Renungan Bersama)

7 Mins read

KULIAHALISLAM.COM – Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang dihuni oleh tiga etnis utama yaitu suku Sasak, Samawa, dan Mbojo. Beberapa permasalahan memicu konflik antar etnis di Nusa Tenggara Barat sehingga menyebabkan timbulnya banyak kerugian dari aspek psikologis, agama, budaya, pendidikan, ekonomi dan sosiologis.

Latar belakang konflik antar etnis desa di NTB didominasi oleh kurangnya komunikasi, adanya kepentingan, keterlibatan emosi, dan lemahnya kontrol diri sehingga masyarakat mudah terprovokasi; kemudian, bencana sosial konflik antar etnis dapat disikapi atau diantisipasi dengan pembelajaran di sekolah, terutama menggunakan media video, sehingga diketahui bagaimana konflik antar etnis itu terjadi, apa saja kerugian yang ditimbulkan, menyimpulkan dan memberikan informasi saran positif dalam mengatasi konflik antar etnis melalui diskusi kelompok, dialogis lintas tokoh agama dan masyarakat serta perluas interaksi sosialiasi antar warga desa melalui pemberdayaan.

Konflik yang terjadi di wilayah Kabupaten Bima merupakan kalkulasi dari berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang bersumber dari kenakalan remaja, relasi dominasi dan ketidakadilan hukum, serta meningkatnya isu-isu lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi alam yang tidak terkontrol. Konflik berubah menjadi kejadian alami yang dianggap masyarakat sebagai identitas untuk mempertahankan status sehingga terjadi secara berkesinambungan dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar bagi banyak pihak. Konflik yang terjadi antar desa di Kabupaten Bima melibatkan massa yang berjumlah besar, sementara masyarakat memiliki kesamaan latar belakang identitas. Penduduk kabupaten Bima berpenduduk muslim, Suku Mbojo dengan menggunakan bahasa Bima, dan menganut budaya Maja labo dahu, Nggahi Rawi Pahu dan lain sebagainya.

Konflik merupakan suatu hal yang lumrah terjadi di masyarakat. Pada umumnya konflik merupakan suatu gejala sosial yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat. Dalam sejarah indonesia pun seringkali diwarnai konflik dengan berbagai konflik, baik konflik yang terjadi antara bangsa indonesia dengan para penjajah, maupun konflik yang terjadi di antara bangsa ini.

Konflik merupakan suatu hal yang sering terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Konflik juga kerap terjadi antar berbagai individu, kelompok, dan konflik juga terjadi antar negara. Konflik dapat memiliki dampak negatif dan positif pada masyarakat. Karena itu, bahwa konflik antar individu maupun kelompok sangat sering terjadi, untuk itu penting untuk membangun rasa damai, rasa saling menghargai satu sama lain sebagai model untuk menghindari terjadinya konflik atau pertikaian di tengah-tengah masyarakat.

Konflik ini dikarenakan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada penegak hukum yang sangat lamban menangani tindak pidana yang memicu terjadinya konflik. Konflik ini juga terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kehidupan sosial. Masyarakat selalu menyelesaikan masalah dengan sangsi sosial cara main hakim sendiri.

Konflik dalam hal ini tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, akan tetapi juga sangat rentan terjadi di setiap desa-desa yang ada di indonesia, dimana masyarakatnya yang cenderung bersifat sensitif dengan adanya perbedaan suku, etnis, budaya dan agama.

Konflik timbul akibat permasalahan antar individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Kurangnya kesadaran dalam bertoleransi tersebut membuat permusuhan akan menjalar kepada masyarakat luas dan akhirnya akan menimbulkan konflik sosial.

Baca...  Human Trafficking: Kejahatan Perdagangan Manusia

Penyebab Konflik Sosial

Konflik Sosial adalah pertentangan antar gang anggota komunitas atau antar kelompok dalam masyarakat yang sifatnya menyeluruh, yang di sebabkan oleh adanya beberapa perbedaan. Diantaranya, Individu, Pola Budaya, Status Sosial, Kepentingan dan Terjadinya perubahan sosial. Serta, gejolak Konflik sosial yang terjadi berdampak meluas dan berlangsung dalam kurun waktu sangat panjang efek dominonya.

Pemicu utama konflik adalah sebab konflik dari perseorangan atau antara individu dengan individu lainnya, karena atas nama solidaritas desa, maka konflik tersebut berlanjut menjadi konflik antar kampung dan desa setempat.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyebab terjadinya konflik di Desa Kalampa antara lain (1) konsumsi minum-minuman keras. (2) kerusuhan antar warga. (3) perkelahian pemuda/remaja. (4) pencurian yang dilakukan oleh orang luar desa kalampa. (5) pembunuhan yang dilakukan warga desa sebelah kepada salah satu warga desa kalampa. (6) konflik lama yang belum terselesaikan.

Penyebab terjadinya konflik sosial adalah pertama, faktor kenakalan remaja. kedua, watak keras brutalitas masyarakat karena masing-masing setiap pribadi mempunyai karakter dan sifat bawaan. ketiga, pergeseran budaya. ke’empat, kinerja struktur pemerintah setempat yang belum maksimal. dan kelima, lambanya tindakan pihak keamanan.

Pertama; konflik sosial akibat kenakalan remaja yang menyebabkan perkelahian antara pemuda dengan menggunakan senjata-senjata tajam yang berlangsung hampir sepanjang tahun. Kedua; konflik sosial akibat balas dendam yang berlangsung lama yang memakan korban yang cukup banyak yang mengarah pada perang antar desa. Ketiga; Konflik sosial akibat persaingan ekonomi, di wilayah Kecamatan Belo sebagai sumber penghasilan bawang terbesar. Konflik sosial akibat sengketa lahan antara petani yang satu dengan yang lain yang mengarah pada perkelahian antara kelompok maupun antar desa karena kepentingan menguasai lahan, konflik sosial akibat tapal batas antara desa yang satu dengan yang lain, yang merasa bahwa wilayah itu masuk pada wilayahnya.

Dampak Konflik Sosial

Secara positif atas peristiwa ini mengharuskan peningkatan kinerja pemerintah sesuai kewenanganya karena dalam sisi negatif menghambat proses perekonomian, pendidikan, politik, dan adanya tekanan sosial secara psikologis. secara pengetahuan upaya penyelesaian konflik hanya bersifat yaitu islah. sejarah mencatat konflik social yang terjadi di Bima sudah sangat menghawatirkan karena pada setiap moment dalam kampung Desa masing-masing sudah mengalami mental down atau terkikisnya keimanannya untuk menggunakan akal sehat dalam menerima dan memberi pemikiran. Kemudian usaha para tokoh untuk memberikan konsep penyelesaiaan konflik dengan cara musyawarah mufakat dalam rangka penyatuan persepsi kemajemukan masyarakat. Pandangan sejarah bagi orang Bima masalah konflik waktu dulunya sebagaimana dicontohkan oleh para tokoh-tokoh yang diprakarsainya dari peradaban selalu diperlihatkan oleh para pejuang akan berpandangan kontra produktif terhadap konflik antar Desa danini merupakan sebuah kesalahan fatal karena muatan konflik berbentuk perang ini sangat tidak manusiawi, sebab meliputi rentetan saling melukai, menghancurkan, menyerang bahkan saling membunuh satu sama lain.

Konflik Sosial yang memicu terjadinya beragam peristiwa konflik komunal didalam masyarakat adalah disebabkan karena sebagian besar anak mudanya gemar akan hiburan, dimana anak muda selalu mencari hiburan untuk kesenangan sesaat, yang mana dapat menimbulkan tindak kekerasan antar anak muda, sehingga anak muda yang merasa tersakiti akan melakukan tindakan balas dendam. Lalu, penyebab dari munculnya konflik individual tersebut merembes menjadi konflik berskala sosial antar desa tersebut, sehingga memicu aksi pemblokiran jalan, persekusi antar sesama warga kampung, dan tindakan brutalitas pada seseorang.

Baca...  Idul Fitri dan Kemacetan Sepanjang Jalan

Pemerintah desa, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta aparat keamanan senantiasa sigap dalam merespon ketika muncul gejolak peristiwa konflik antar desa dan kampung, dengan menempuh berbagai cara untuk dapat menyelesaikan insiden gejolak konflik tersebut agar tidak menyebar ke sektor strategis dan aktivitas seluruh warga.

Menghadapi konflik yang terjadi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pendekatan formal melalui Rekonsiliasi dan mediasi antara kedua pihak yang Konflik. yang dianggap masih belum menemukan titik temu dan penyelesaian masalah yang betul-betul meredam konflik agar tidak terus terulang. Sehingga diperlukan upaya alternatif yang mampu menyelesaikan konflik dengan lebih baik yakni dengan menggunakan pendekatan informal berupa pendekatan konflik dengan konsep mbolo ro dampa. Mbolo ro mufaka.

Dengan demikian, pihak Pemerintah desa, tokoh-tokoh masyarakat dan agama, tokoh pemuda serta aparat penegak keamanan. Senantiasa mengambil langkah yang rasional harmonis agar menciptakan suatu resolusi konflik yang tepat yaitu dengan memediasi, dan memfasilitasi para pemuda pelaku konflik untuk mengidentifikasi permasalahan, mencari informasi dan mengumpulkan masing-masing pihak yang berkonflik, mendatangi pihak-pihak yang berkonflik dan mendengarkan tuntutan serta melakukan lobby/kesepakatan terhadap masing-masing pihak untuk menyatukan perbedaan kepada setiap pihak yang terlibat.

Resolusi Konflik

Desa-desa yang berada di kabupaten Bima dikenal sebagai daerah rawan konflik karena berbagai konflik sosial di masa lalu, maupun konflik sosial ekonomi dan budaya yang masih berlangsung terjadi di masa kini.

Konflik ini tidak hanya menimbulkan kerugian finansial yang besar tetapi juga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sehingga menjadi insiden paling serius meluas dibandingkan dengan konflik-konflik sebelumnya. Dalam konteks ini, memahami mekanisme penyelesaian konflik sangat penting untuk menjaga stabilitas sosial di kawasan tersebut.

(1) Rekonsiliasi Formal dan Kultural

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat makanisme rekonsiliasi konflik damai dalam menyelesaikan konflik antar kedua pihak: Pertama, proses rekonsiliasi dalam konflik kekerasan antara Desa Ngali-Renda, Soki-Lido, Samili-Kalampa dengan Desa Dadibou-Risa dan wilayah konflik desa lainnya terjadi pada dua tataran, yaitu rekonsiliasi formal dan rekonsiliasi sehari-hari.

Pertama, Rekonsiliasi pada tingkat formal dimana pengungkapan kebenaran melalui tradisi mbolo ro dampa, pengampunan publik di ruang seremonial, keadilan melalui kompensasi dan restitusi, serta perdamaian melalui pemberdayaan masyarakat, pendidikan konflik dan jaminan keamanan. Rekonsiliasi pada tataran formal selanjutnya memberikan kontribusi terhadap arah intervensi kebijakan penanganan konflik Pemerintah Daerah Kabupaten Bima dan penanganan konflik berbasis pemberdayaan desa setempat.

Kedua, Rekonsiliasi sehari-hari hadir dalam bentuk kerja sama antara Pemerintah Desa, kritik diri, keadilan restoratif dan menjembatani interaksi damai. Rekonsiliasi sehari-hari berkontribusi pada interaksi yang lebih inklusif antara komunitas keempat desa, perubahan psikologis dan perilaku, serta narasi konflik dalam interaksi sehari-hari antara kedua pihak.

Baca...  Semangat Kebinekaan Dalam Meraih Kemajuan Bernegara

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; Konflik antar desa dilatarbelakangi sifat komunal dari rasa dendam akibat harga diri masyarakat desa yang terganggu oleh tindakan dari warga desa lain yang dianggap melanggar nilai, norma dan etika yang berlaku di desa Renda dan Ngali, proses resolusi konflik antar masyarakat desa Ngali dan Renda melalui beberapa tahap; pertama, tercapai kesepakan damai melalui Musyawarah dan Mufakat dengan menjunjung tinggi nilai Budaya Maja labo dahu. Kedua, penyelesaian berdasarkan kronologis kejadian, konflik berakhir dengan sendirinya ketika hasil konflik berimbang, hal ini cenderung bersifat sementara. Ketiga, pemeliharaan perdamaian dengan rekonsiliasi dari pemerintah daerah Bima. Bentuk resolusi konflik dengan pendekatan adat Musyawarah dan Mufakat (Mbolo ro dampa), pendekatan kearifan lokal Budaya Maja labo dahu yang diikuti dengan penetapan sanksi bagi pelaku pelanggaran. Langkah Pengembangan penelitian konflik sangat dibutuhkan untuk mewujudkan keutuhan bangsa yang damai dan sejahtera kedepannya.

(2) Konsep Mbolo Ro Dampa dan Mbolo Ro Mufaka

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mbolo ro dampa cukup efektif menengahi konflik yang terjadi dengan pendekatan yang lebih dapat diterima dalam lingkungan sosial masyarakat yang berkonflik. Nilai-nilai yang terkandung dalam konsep ini menjadi kebijakan tidak tertulis yang menghasilkan kesepakatan antara kedua kubu yang berkonflik dan juga dapat di upayakan untuk mengendalikan kejadian konflik-konflik lain yang muncul di masa depan.

Dengan demikian, pelaksanaan tradisi Mbolo Ra Dampa sangat penting bagi masyarakat, karena mengandung nilai kebersamaan, saling tolong-menolong, saling membantu, dan mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap permasalahan serta meringankan beban dalam kegiatan kemasyarakatan. Mbolo Ra Dampa tidak hanya diterapkan pada pernikahan dan khitanan saja, tetapi juga pada kegiatan, masalah atau konflik yang melibatkan isu sosial. Kemudian dari hasil penelitian ditemukan bahwa nilai-nilai Pencasila yang terkandung dalam Mbolo Ra Dampa mempunyai keterkaitan yang erat antara satu dengan yang lain. Nilai-nilai Pancasila seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan atau musyawarah dan keadilan sangat menjiwai tradisi Mbolo Ra Dampa dalam masyarakat desa di Kabupaten Bima.

(3) Modalitas Sosial Warga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik antara Desa di kabupaten Bima dapat diselesaikan melalui pemanfaatan modal sosial yang tertanam dalam masyarakat. Modal sosial ini mencakup lembaga sosial, kepercayaan bersama, dan jaringan sosial yang mapan. Lebih jauh lagi, hubungan kuat yang dibina melalui berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, seperti pertanian, peternakan, bisnis, dan ikatan kekerabatan yang terbentuk melalui perkawinan campuran, telah terbukti menjadi faktor kunci dalam mencapai perdamaian dan rekonsiliasi. Implikasi dari penelitian ini menekankan bahwa modal sosial dapat berfungsi sebagai instrumen yang efektif dalam mengurangi konflik dan memperkuat keharmonisan sosial di masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan jaringan sosial dan membangun kepercayaan di antara warga masyarakat harus terus dilakukan sebagai strategi pencegahan terhadap potensi konflik di masa mendatang.

50 posts

About author
Alumni Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kuliah Al-Islam
Articles
Related posts
Esai

Walikota dan Wakil Walikota Bima Safari Ramadhan ke Masjid Agung Al-Muwahidin Kota Bima

4 Mins read
KULIAHALISLAM.COM KOTA BIMA – Pemerintah Daerah kota Bima melalui bapak Walikota dan Wakil Walikota Bima melakukan safari Ramadhan hari yang ke-15, bersama…
Esai

Refleksi Milad IMM ke-61 Tahun; Menjadi Intelektual Publik Progresif

4 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Hari Kamis, tanggal 14 Maret 2025 adalah hari yang sangat bersejarah bagi Kalangan kader aktivis IMM. Sebab hari ini tepat…
Esai

Relevansi Hadis Tentang Memelihara Jenggot dengan Konteks Kekinian

7 Mins read
Hadis mengenai anjuran memelihara jenggot merupakan salah satu aspek dalam kajian Islam yang sering menjadi perbincangan, baik dari segi hukum, historis, maupun…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights