Penulis: Maulida Fitri Fi Ardillah*
Flexing, istilah yang baru -baru ini muncul di era gen Z. Flexing berasal dari bahasa Inggris yang artinya “pamer”.
Mengutip dari Cambridge dictionary, flexing didefinisikan sebagai “to show that you are very proud or happy about something you have done or something you own, usually in a way that annoys people,” (untuk menunjukkan bahwa Anda sangat bangga atau senang dengan sesuatu yang telah Anda lakukan atau sesuatu yang Anda miliki, biasanya dengan cara yang membuat orang lain kesal).
Sederhananya, flexing dipahami sebagai sebuah upaya memamerkan suatu hal dengan maksud menyombongkan diri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sombong di definisikan sebagai menghargai diri secara berlebihan; congkak; pongah: tabiatnya agak aneh. Dalam Islam sifat ini disebut takabbur.
Sifat sombong ini biasanya muncul karena ia memiliki kelebihan dalam suatu hal dibanding dengan masyarakat di sekelilingnya, entah itu berupa kekayaan, kecerdasan, kedudukan, atau bahkan bentuk fisik.
Sedangkan pamer menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai upaya menunjukkan (mendemonstrasikan) sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri.
Sombong dan pamer merupakan sifat tercela yang di masa kini bahkan menjadi tren yang kerap mengisi konten-konten sosial media. Salah satu yang marak mengisi konten-konten adalah konten yang menyombongkan kekayaannya.
Banyak dari publik figur, pejabat, para crazy rich bahkan orang biasa yang menyombongkan atau memamerkan pola hidup yang mewah.
Konten-konten seperti ini tentunya mempengaruhi pola pikir masyarakat apalagi anak-anak di bawah umur yang belum bisa menyaring tontonan apa yang bisa ditiru dan tidak bisa ditiru.
Konten menyombongkan kekayaan tanpa menunjukkan proses bagaimana mendapatkan kekayaan tersebut, memiliki kemungkinan besar membentuk pola pikir hedonisme walau penghasilan tidak seberapa. Lantas, apakah dalam Alqur’an terdapat larangan sombong dan pamer?
Larangan sombong dan pamer disebutkan beberapa kali dalam Alqur’an, yaitu :
Dalam surat Al-Baqarah ayat 34:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Artinya:
“(Ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, ‘sujudlah kalian kepada Adam,’ maka mereka bersujud kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur. Ia termasuk golongan orang-orang yang ingkar.”
Ayat ini bercerita saat nabi Adam pertama kali diciptakan. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, bahwa setelah nabi Adam diberi ruh, Allah berfirman kepada para malaikat dan iblis;
“Sujudlah kalian kepada Adam!” Maka mereka semuanya sujud, kecuali iblis; ia membangkang dan takabur karena di dalam dirinya telah muncul sifat takabur dan tinggi diri. Iblis berkata, “Aku tidak mau sujud karena aku lebih baik daripada dia dan lebih tua serta asalku lebih kuat. Engkau telah menciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah liat. Sesungguhnya api lebih kuat daripada tanah liat. Setelah iblis menolak sujud kepada Adam, maka Allah menjauhkannya dari seluruh kebaikan dan menjadikannya setan yang terkutuk.
Dalam surat Al-A’raf ayat 146:
سَاَصۡرِفُ عَنۡ اٰيٰتِىَ الَّذِيۡنَ يَتَكَبَّرُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ بِغَيۡرِ الۡحَـقِّ
Artinya:
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.”
Menurut tafsir Ibnu Katsir yang dimaksud dari ayat ini adalah Allah akan menutup hujjah atau bukti kebesaran Allah, syariat-syariat, hukum-hukum (ditenggelamkan dalam kebodohan) dari orang-orang yang sombong, tidak taat kepada Allah, dan menyombongkan dan merasa lebih daripada orang lain tanpa alasan yang dibenarkan.
Dalam surat Al-Ghafir ayat 60:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
Artinya:
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”
Surat Lukman ayat 18
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
Artinya:
“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”
Dari ayat-ayat di atas, sudah dapat disimpulkan bahwa sombong maupun pamer merupakan sifat yang sangat dibenci oleh Allah. Selain ayat-ayat Alqur’an, banyak juga hadis-hadis yang memuat larangan sifat sombong dan pamer.
Salah satu hadis qudsi riwayat abu Dawud, Ibnu Majah, dan imam Ahmad menyatakan bahwa :
“Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah kain-Ku. Barangsiapa yang merebutnya dariku dalam salah satu dari kedua hal tersebut, maka benar-benar Aku akan lemparkan dia ke neraka.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad yang shahih).
Hadis di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya yang berhak sombong adalah Allah semata. Karena segala sesuatu yang ada merupakan milik Allah, maka sebagai hamba Allah kita tidak pantas memiliki sifat sombong maupun pamer.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan