Isu-isu Kontemporer Gen Z di Masyarakat
Seiring dengan berkembangnya zaman dan memuncaknya seluruh penemuan teknologi yang semakin pesat, khususnya teknologi informasi berupa handphone, laptop, gadget, ditambah lagi dengan adanya internet serta media sosial, telah memberikan dampak positif begitu besar terhadap kehidupan manusia.
Dengan majunya teknologi tersebut, manusia dapat berkomunikasi secara mudah dengan siapapun dan dimanapun mereka berada. Selain itu manusia juga dapat mengakses berbagai macam informasi di seluruh pelosok negeri dengan mudahnya.
Internet ataupun media sosial sendiri diibaratkan sebagai sebuah koin yang memiliki dua sisi berbeda. Satu sisi, memiliki nilai positif dan sangat efektif untuk berinteraksi dan mentransformasikan berita.
Di sisi lain, ia memiliki nilai negatif dan bisa digunakan untuk propaganda politik yang bersifat agitatif dan provokatif sehingga memberikan dampak yang mengerikan.
Selain itu, dampak negatif dari teknologi juga dirasakan oleh generasi digital native atau disebut juga sebagai Gen Z. Gen Z sendiri merupakan suatu Istilah yang dilekatkan pada kelompok orang yang lahir antara tahun 1996 dan 2012.
Pada awalnya, generasi ini senantiasa digemakan sebagai generasi yang terdidik dan berpengetahuan luas. Hal ini dikarenakan mereka mampu mengakses dan mendapatkan berbagai macam informasi serta ilmu pengetahuan dengan mudah melalui internet dan dapat belajar secara mandiri.
Pengetahuan yang dimilikinya, diharapkan mampu menjadi suatu skill yang dapat membuat Gen Z menjadi faktor penentu dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing pada berbagai macam sektor persaingan di dunia. Namun ternyata, tidak semua dari gen Z mampu mengelola teknologi tersebut dengan baik dan benar.
Banyak gen Z yang tidak mampu memanfaatkan dan menggunakannya sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan McKinsey Health Institute, yang mencoba mengungkap dampak dari teknologi dan media sosial terhadap gen Z.
Dalam survei global pada Gen Z tahun 2022, McKinsey menyelidiki dengan bertanya pada lebih dari 42 ribu responden di seluruh 16 negara. Mereka ditanya soal mental, fisik, sosial dan spiritual. Salah satunya adalah dampak negatif dari teknologi internet dan media sosial. Gen Z terlihat memiliki porsi seimbang dari dampak positif dan negatif (32% dan 27%).
Penurunan kesehatan mental dan buruknya moral yang ada pada gen Z, kian berkembang pada saat ini. Penurunan mental dan moral ini disebabkan pengaruh dari penggunaan teknologi secara berlebihan dan menimbulkan sifat individualisme, sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman pada Gen Z tentang ilmu sosial yang mengarah pada tata krama yang berupa adab sopan santun, tata cara berinteraksi dengan sesama, dan dalam hal memahami lingkungannya sangat kurang.
Ditambah pada proses ini disebut dengan masa peralihan dimana dari masa kanak-kanak menjadi remaja dan pasti pada masa transisi ini banyak sekali hal baru yang ditemui bahkan rasa ingin tau remaja ini menjadi menggebu-nggebu sampai tidak terkontrol.
Sebab-sebab diataslah yang menjadikan Gen Z mengalami keterbelakangan dan kelambatan dalam proses berfikir. Realitanya, mereka cenderung lebih unggul dalam menyelami dunia pergadget-annya. Sedangkan, apabila mereka dihadapkan langsung dengan masalah yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sosial, dapat dipastikan mereka akan merasakan kesulitan untuk menyelesaikannya dan minim akan solusi yang diberikannya.
Mereka jarang dihadapkan dengan masalah-masalah sosial dalam kehidupan, serta kalaupun mereka mengetahui ilmu tentang sosial, itu hanyalah menjadi suatu teori saja didalam kehidupannya.
Pemahaman makna Psikologi Generasi Z
Para ahli psikologi dalam banyak literatur-literatur, berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan.
Psikologi atau sering kita dengar dengan ilmu kejiwaan memiliki peran penting dan pengendali utama manusia dalam menyikapi kehidupan yang serba menantang, dalam setiap waktunya butuh cara untuk menyelesaikan dan memahami diri sendiri khususnya agar permasalahan yang ada dapat terurai secara maksimal, sehingga tidak bertambah parah.
Kita bisa mengambil permisalan kecil tentang pendekatan psikologi yang jarang diperhatikan atau jarang dikaji ulang yaitu kehidupan anak usia remaja dikalangan pesantren. Banyak kita temui bahwa santri dan santriwati di zaman sekarang ini yang mengeluhkan tentang kehidupan yang serba tertekan dan kurang nyaman di dalam lingkungan pesantren.
Akan tetapi, menurut beberapa senior seperti Asatidz dan Ustadzaat berfikiran bahwa kehidupan pesantren dizaman sekarang itu lebih bebas dan tidak terlalu terikat oleh banyak peraturan.
Karena melihat psikologis anak pada masa sekarang jauh berbeda dengan psikologis anak pada zaman dahulu yang belum mengenal teknologi apapun terlebih mengenal tentang media sosial. Para santri dan santriwati banyak dikeluhkan oleh pihak senior bahwasannya mereka susah diatur, moralnya semakin menurun, ubudiyahnya mulai pudar dll, masih banyak keluhan lainnya.
Menyikapi Keterbelakangan dan Kelambanan Generasi Z Agar Terarah
Memahami anak remaja memang bukan hal yang mudah ditambah dengan kita sendiri yang juga sama-sama berproses dalam masa kita, ini bukan menjadi alasan terhambatnya sebuah jalan untuk mendidik dan memahamkan orang lain, dengan sama-sama berproses dan tumbuh menjadi sebuah kesatuan yang sangat baik untuk saling memberi Pelajaran dan dorongan dalam kehidupan. Pengecapan “Dasar generasi sekarang itu lambat, lelet, lemot dll” itu adalah ungkapan pembunuh psikologi anak zaman sekarang.
Hal tersebut didasarkan pada pengalaman yang ada. Apabila pengucapan buruk yang terlontar kepada remaja dimasa sekarang ini dengan dalih pengecapan buruk, maka itu dianggap sebagai suatu tindakan meremehkan dan menuntut semata. Kemunduran mereka, haruslah kita sadari bahwa generasi sekarang ini tidak terbentuk untuk bisa bekerja keras. Hal ini dikarenakan semuanya sudah serba ada tanpa mencari dengan susah payah.
Dahulu mungkin kita bisa melihat didikan keras nenek moyang kita kepada orang tua kita misalnya, tapi jika cara itu diterapkan dizaman sekarang menjadi sangat kurang efesien, walaupun dengan banyak pertimbangan yang ada. Sehingga dampaknya, dapat terlihat pada mental lemah dan kurang tangguhnya gen Z ini dalam menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan.
Solusi terbaiknya adalah dengan metode pendekatan secara emosional. Pendekatan ini sangat berguna dan ampuh untuk gen Z sekarang ini. Karena dengan kita memahami keluh kesah dan masalah internal dari setiap individu akan memudahkan kita dalam mengatur dan mengarahkan generasi yang biasa kita sebut “bandel, rewel, nakal dll.”
Dalam diri mereka akan tercipta suatu pancaran emosional yang baik jika kita dapat menyalurkan emosional baik. Dapat diartikan juga seperti memahami bukan menghakimi, menanyai bukan membentak, membimbing bukan menyuruh dan memberi contoh bukan hanya sekedar berbicara saja. Inilah yang dibutuhkan anak remaja, khusus gen Z yang jarang dipahami oleh beberapa pihak terkait dalam masalah Psikologi Gen Z.