Artikel

Dinasti Safawi Penguasa Tertinggi Imperium Besar di Persia

3 Mins read

Gambar Simbol Dinasti Safawi

Dinasti Safawi Penguasa Tertinggi Imperium Besar di Persia

KULIAHALISLAM.COM – Dinasti Safawi merupakan nama kerajaan Islam di Persia (kini
Iran) yang didirikan oleh Syah Isma’il Safawi (Ismail I) pada tahun 907 H/1501
M di Tabriz. Kerajaan Safawi adalah salah satu dari tiga kerajaan besar di
Dunia Islam pada abad pertengahan.

Dua kerajaan Islam terbesar yang lainnya adalah Dinasti
Ottoman di Turki dan Kerajaan Mughal di anak Benua India. Kerajaan ini di
sebelah Barat berbatasan dengan kerajaan Utsmani dan di sebelah Timur berbatasan
dengan India yang pada waktu itu berada di bawah pemerintahan Kerajaan Mughal.

Kerajaan Safawi menjadikan aliran Syiah sebagai Mazhab resmi
negara dan menjadikan Persia pusat aliran ini. Sampai saat ini tanah Persia
(Iran) merupakan pusat aliran Syiah.

Nama Kerajaan ini berasal dari seorang Sufi yang bernama
Syekh Safiuddin Ardabeli (1252-1334) dari Ardabil di Azerbaijan. Ia belajar
dari seorang Sufi yang bernama Syekh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301) di
Jilan dekat Laut Kaspia.

Syekh Saifuddin diambil mantu oleh gurunya dan setelah
gurunya wafat, ia menggantikan kedudukan gurunya sebagai guru Tarekat. Tarekat
ini kemudian dikenal dengan nama Tarekat Safawiyah yang berpusat di Ardabil.

Syekh Safiuddin dikenal sebagai Sufi yang besar dan dianggap
keramat oleh pengikutnya. Di bawah pimpinannya, Tarekat ini berkembang menjadi
gerakan keagamaan yang berpengaruh di Persia, Suriah dan Anatolia dan kemudian
menjadi gerakan politik seperti halnya gerakan Tarekat Sanusia di Afrika Utara,
Tarekat Mahdiyah di Sudan dan Tarekat Muridiyah serta Tarekat Naqsyabandiyah di
Rusia.

Mengenai asal-usu Syekh Safiuddin ada dua pendapat.
Pertama, ia adalah keturunan Musa al-Kazim (Imam ketujuh Syiah Dua Belas) dan yang
berarti keturunan Rasulullah dari Fatimah. Kedua, ia adalah keturunan penduduk
asli Iran dari Kurdistan dan seorang Suni Mazhab Syafi’i kemudian penggantinya
yang kedua berubah menjadi Syiah.

Baca...  Tidak Ada yang Masuk Surga Karena Amalnya ? Penjelasan Prof. Muhammad Quraish Shihab

Menurut ahli sejarah, fase pertama gerakan Safawiyah
mempunyai dua corak yaitu corak Suni pada masa pimpinan Safiuddin (1301-1334)
serta corak Syiah pada masa pimpinan anaknya, Sadruddin Musa (1334-1399) serta corak
Syiah pada masa cucunya Safiuddin yang bernama Khawaja Ali (1399-1427) dan pada
masa Ibrahim (1427-1447).

Pada fase kedua gerakan Safawi berubah bentuk menjadi
gerakan politik pada masa pimpinan Junaid bin Ibrahim (1447-1460) yang ingin
membentuk pemerintahan sendiri.

Pada saat itu di Persia ada dua dinasti cabang Turki yang
berkuasa yaitu Dinasti Kara Koyunlu (1375-1468) yang dikenal dengan Black Sheep
(domba hitam) yang beraliran Syiah dan berkuasa di bagian Timur dan Dinasti Ak Koyunlu yang dikenal dengan White Sheep (domba putih) yang beraliran Suni dan
berkuasa di bagian Barat.

Kegiatan politik Safawiyah yang mendapat tekanan dari
Dinasti Kara Koyunlu memaksa Junaid meninggalkan Ardabil dan meminta suaka
politik kepada Raja Dinasti Ak Koyunlu yang bernama Uzun Hasan (memerintah
1453-1477 M).

Persahabatan keduanya begitu akrab ketika Uzun Hasan
menikahkan adiknya kepada Junaid. Selanjutnya keduanya bersekutu menghadapi
Dinasti Kara Koyunlu. Namun cita-citanya belum tercapai. Ia kemudian digantikan
putranya yang bernama Haidar (wafat 1476 M).

Tokoh ini memberikan atribut kepada para pengikutnya berupa
serban merah yang berumbai dua belas yang disebut Qizilbash (Kepala Merah).

Rumbai dua belas ini melambangkan Syiah dua belas dan
berpengaruh menimbulkan fanatisme dan militansi para pengikut Syiah. Tetapi
perjuangan mereka ini berhasil pada masa putra Haidar.

Selama lima tahun (1494-1499), Ismail Safawi dan para
pengikutnya menghimpun kekuatan yang besar di Jilan untuk menaklukan Ak Koyunlu
yang telah berhasil mengalahkan Kara Koyunlu ketika bersekutu dengan kakeknya,
Junaid.

Baca...  Nabi Yusuf dan Zulaikha: Teladan Cinta Remaja Masa Kini

Tetapi persekutuan ini pecah akibat persaingan politik. Ayahnya,
Haidar mati terbunuh dalam suatu pertempuran di Syirwan.

Isma’il dan pasukan Qizilbashnnya berhasil menaklukan
Syirwan, kemudian ia menuju ke wilayah Ak Koyunlu. Dalam suatu pertempuran
sengit di Sharur dekat Nakchivan pada tahun 1501 M, Isma’il memenangkan
peperangan itu dengan gemilang dan berhasil memasuki Tabriz, ibukota Dinasti Ak
Koyunlu.

Pada tahun itu juga, ia mendirikan Kerajaan Safawi dan
memproklamasikan dirinya sebagai Raja (Syah) yang pertama. Para pengikutnya
menganggap Isma’il di samping sebagai raja, ia juga pimpinan agama dan politik.
Bahkan Isma’il sendiri menganggap dirinya sebagai manifestasi Tuhan.

Isma’il Safawi berkusa selam 23 tahun. Tahub 1504, ia meguasai Propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd. Tahun 1508, ia menguasai Baghdad dan daerah Barat daya Persia (Iran). Pada tahun 1510, ia berperang melawan Syaibak Khan, keturunan Jengis Khan yang menyerbu Khurasan. Isma’il berhasil menang dan menguasai Khurasan, Herat, dan Merv.

Sumber Gambar : wasasan sejarah. com Peta kekuasaan Dinasti Safawi

Dalam jangka waktu sepuluh tahun, wilayah kekuasannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian Timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent yaitu wilayah di Asia, membentang mulai dari Laut Tengah melalui daerah antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat ke Teluk Persia). Dia menjadi penguasa tertinggi sebuah imperium besar.

Pada tahun 1514, pasukan Isma’il bertemu dengan Pasukan Sultan Salim dari Dinasti Turki Utsmani di Turki. Peperangan ini dilatar belakangi perbedaan paham Syiah dan Suni. Dinasti Turki Usmani berhasil menang. Akibat kekalahannya, Isma’il sering hidup menyindiri hingga wafatnya.

Makam Isma’il Safawi

Di  antara sultan-sultan besar dari kerajaan Safawi selain
dari Syekh Ismail Safawi adalah Syah Syah Tahmasp I dan Syah Abbas (1585-1628) .
Syah Abbas merupakan raja yang dianggap berjasa membawa kerajaan Safawi
mencapai puncak kemajuan dan kejayaan. 

Baca...  Zaragoza Saksi Biksu Kejayaan Islam di Spanyol

Gambar Masjid Peninggalan Dinasti Safawi

Karena dengan kekuatan militernya
kerajaan ini menguasai seluruh daerah Persia dan dalam suatu pertempuran ia
dapat merebut kepulauan Hormuz dari tangan orang Portugis dan nama pelabuhan Gumron
diubah menjadi Bandar Abbas sampai sekarang.

Syah Abbas memindahkan ibukota
kerajaan dari Qizwan ke Isfahan. titik Setelah Syah Abbas, tidak ada lagi ada
jas apa yang kuat karena terjadinya perebutan kekuasaan sehingga Kerajaan
menjadi lemah dan akhirnya dapat dijatuhkan oleh Nadir Syah (1736-1747) kepala
kepala salah satu bangsa Turki yang terdapat di Persia.

 

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Tidak Bisa Mengetik di Word karena "Selection is Locked", Ini Solusinya!

2 Mins read
Kompak – Salah satu masalah yang sering ditemui pengguna Microsoft Word adalah pesan “Selection is Locked” yang muncul saat mencoba mengetik atau…
Artikel

Ingin Rumah Lebih Sejuk? Coba Roster Jogja dari AM Roster

4 Mins read
Mendapatkan rumah yang sejuk merupakan impian bagi setiap orang, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Salah satu cara untuk menciptakan suhu udara…
Artikel

Sekolah Bisnis Online dan Konsultan Feasibility Study: Meningkatkan Kualitas Bisnis di Era Digital

4 Mins read
Pendahuluan Di era digital yang terus berkembang, memulai dan mengelola bisnis bukan lagi hal yang sulit. Teknologi internet memberikan akses ke berbagai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights