Pendidikan

Dinasti Ottoman Turki dari Berdirinya, Kejayaannya Hingga Keruntuhan

8 Mins read

Foto : IST

Dinasti Ottoman Turki dari Berdirinya, Kejayaannya Hingga Keruntuhan 

KULIAHALISLAM.COM – Kerajaan Islam yang
berpusat di Turki dan merupakan salah satu diantara tiga kerajaan Islam yang
besar pada abad pertengahan, selain kerajaan Safawi di Persia dan
Kerajaan Mughal di India. Dalam sejarah Islam, periode itu disebut juga masa
tiga kerajaan besar. Kerajaan Ottoman didirikan oleh Usman putra Artogrol.

Artogrol adalah kepala suku Kayi di Asia kecil yang datang
ke Turki dan mendapat kepercayaan dari penguasa salah jika, Alauddin Kayi kobad
untuk menjadi Panglima perangnya. Jabatan itu kemudian beralih kepada Utsman
setelah ia wafat.

Sepeninggal Sultan
Alauddin Kaiqobad pada tahun 1300, Usman mengambil alih kekuasaan dan sejak itu
berdirilah kerajaan Ottoman yang berlangsung selama kurang lebih 7 Abad sejak
berdiri sampai runtuhnya, kerajaan Ottoman dipimpin oleh 36 Sultan.

Usman sebagai sultan pertama lebih banyak mencurahkan
perhatiannya kepada usaha-usaha untuk memantapkan kekuasaannya dan melindungi
wilayahnya dari segala macam serangan khususnya dari Bizantium yang memang
mengancam hendak menyerang. Kemudian Orkhan, Putra Usman membentuk pasukan
tangguh yang disebut dengan Inkisyariah (Janissary) atau  untuk membentengi kekuasaannya.

Pada masa Orkhan
dimulai upaya perluasan wilayah pasukan Inkasaria atau janin saya dapat
menaklukkan Broissa (Turki) , Izmir (Asia kecil)  dan Ankara.

Ekspansi yang lebih besar terjadi pada masa Murad I. Di masa
ini berhasil ditaklukan Balkan, Andrianopel (sekarang Edirne, Turki),
Mecedonia, Sofia (Bulgaria) dan Yunani. Melihat kemenangan yang diraih Murat I,
kerajaan-kerajaan Kristen di Balkan dan Eropa Timur menjadi murka.

Mereka
lalu menyusun kekuatan yang terdiri atas Bulgaria, Serbia, Romania Hongaria dan Walacia untuk melawan kerajaan Ottoman. 

Ekspansi berikutnya
dilanjutkan oleh putranya, Bayazid I. Pada tahun 1391 pasukan Bayazid I dapat merebut benteng Filadelphia dan Gramania atau Kirman atau Iran. Dengan demikian kerajaan
Ottoman secara bertahap tumbuh menjadi suatu kerajaan besar.

Kesuksesan Bayazid I kembali menimbulkan kegelisahan di daratan Eropa yang mengakibatkan Paus
menyeru umat Kristen Eropa supaya mengangkat senjata.

Dengan dipimpin oleh Raja
Hongaria yaitu Sijisimod, mereka bergabung dengan tentara Prancis dan Jerman.
Maka terjadilah pertempuran di Nicoposlis 25 September 1936.

Kerajaan Ottoman
berhasil memenangkan peperangan tersebut, sedangkan Eropa menerima kekalahan
yang terparah.

Pada tahun 1402, kerajaan Ottoman di bawah pemerintahan Bayazid
I di gempur oleh pasukan Timur Lenk yang jumlahnya tidak kurang dari
800.000 orang, jumlah pasukan Bayazid I hanya 120.000 orang.

Dalam pertempuran itu
Bayazid I tewas, berikut sejumlah besar pasukannya. Akibatnya kekalahan itu,
wilayah Ottoman hampir seluruhnya jatuh ke tangan Timur Lenk.

Disamping itu,
kekalahan tersebut menyebabkan terjadinya perpecahan di antara putra-putra Bayazid I:  Muhammad I atau Muhammad celebi, Isa, Sulaiman
dan Musa.

Pada masa berikutnya
Muhammad I berhasil membangun kekuatan, sehingga dapat menundukkan
saudara-saudaranya.

Usahanya diarahkan
pada konsolidasi pemerintahan dan mengembalikan kekuasaan yang hilang selama
pendudukan Timur Lenk.

Pada tahun 1421 Muhammad Celebi meninggal dunia dan
digantikan oleh Sultan Murad II Kerajaan Ottoman bangkit kembali pada masa
pemerintahan Murad II.

Di masanya ekspansi kembali dilanjutkan ia dapat menunjukkan
wilayah Venesia, Salonika, dan Hongaria.

Usaha Murad II diteruskan oleh putranya, Muhammad II. Ia
dikenal dengan gelar Al Fatih sang penakluk karena pada masanya berlangsung
ekspansi kekuasaan Islam secara besar-besaran.

Kota penting yang
berhasil ditaklukan pada masanya adalah Konstantinopel pada tahun 1453, dengan
demikian sempurnalah penaklukan Islam atas kerajaan Romawi Timur yang dimulai
sejak zaman Khalifah Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu.

Konstantinopel
dijadikan ibukota kerajaan dan namanya diubah menjadi Istambul yang dalam
artinya adalah Tahta Islam.

Kejatuhan Konstantinopel memudahkan tentara Dinasti Ottoman
menaklukkan wilayah lainnya, seperti Serbia, Albania dan Hongaria.

Ada tiga hal penting yang dapat diambil dari kejatuhan
Konstantinopel  : (1). Titik bagi umat
Islam, terpenuhinya tugas historis dalam pengembangan wilayah Islam ke Persia
dan Romawi Timur, (2). Berakhirnya abad pertengahan yang gelap dan mulainya
zaman kesadaran bagi bangsa Eropa selain masuknya ilmu pengetahuan, kekalahan tersebut membangunkan bangsa Eropa dari tidur yang panjang untuk
mengejar ketertinggalan selama ini, yang pada akhirnya melahirkan pola pikir
yang maju.

Baca...  Konsep Pendidikan Karakter Menurut Kiai Hasyim Asy’ari

Mereka melepaskan
diri dari lingkungan Gereja dan muncullah supremasi Barat dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan, (3). Dengan dikuasainya Konstantinopel oleh Islam, yang
selama ini merupakan gerbang Eropa dan jalur perdagangan Timur dan barat, nasib
Barat tergantung sepenuhnya pada Kerajaan Ottoman.

Seusai penaklukan Konstantinopel yang bersejarah Itu, Sultan
Muhammad Al Fatih kembali ke kota Andrianopel, ibukota kerajaan Ottoman sebelum
Konstantinopel ditaklukan, dan kemudian memerintahkan untuk membangun kembali
kota Konstantinopel yang kacau akibat gempuran tentara Islam.

Hagia Sofiya di Istanbul

Meskipun kota ini
telah ditaklukan, Sultan Muhammad Al Fatih tetap memberi kebebasan beragama
kepada penduduknya sebagaimana yang dilakukan pada masa penguasa Islam
sebelumnya apabila mereka menduduki suatu wilayah.

Bahkan, dalam tulisan Voltaire Filsuf Prancis disebutkan
bahwa Sultan Muhammad Al Fatih membiarkan penganut agama Kristen menentukan
sendiri ketuanya atau pemimpinnya.

Setelah itu, ketua
yang terpilih dilantik oleh Sultan Muhammad Al Fatih. Puncak kejayaan kerajaan
Ottoman dicapai pada pemerintahan Sultan Sulaiman I.

Ia digelari Al-Qanuni
(Pembuat undang-undang) karena keberhasilannya membuat undang-undang yang
mengatur masyarakat.

Selain itu Sultan Sulaiman I juga bergelar
Sultan Sulaiman yang agung. Pada masanya, wilayah Dinasti Ottoman meliputi Aljazair, Asia kecil, Balkan, Bulgaria,
Bosnia, Yunani, Hongaria, Romania, dan tiga laut, yaitu Laut Merah, Laut Tengah
dan Laut Hitam.

Lambang Dinasti Ottoman

Karena keluasan wilayahnya ke Dinasti Ottoman menjadi
adidaya saat itu. Ada lima faktor yang menyebabkan kesuksesan ke Dinasti Ottoman
dalam perluasan wilayah Islam.

Pertama, titik kemampuan orang-orang Turki dalam strategi
perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh Ghanimah (harta lampasan
perang).

Kedua, Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju
dan tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga mudah
digerakan untuk tujuan penyerangan.

Ilustrasi Pasukan elit Ottoman Turki

Ketiga, titik
semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam. Keempat, titik letak Istanbul
yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan
perluasan wilayahnya ke Eropa dan Asia.

Istanbul terletak
di antara dua benua dan dua laut, dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia,
baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur.

Kelima, Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau
memudahkan Dinasti Ottoman mengalahkannya.

Keruntuhan Dinasti Ottoman

Dinasti Ottoman mulai
melemah setelah wafatnya Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Sultan-sultan yang
menggantikannya umumnya lemah dan tidak berwibawa.

Penyebab lainnya adalah
kehidupan mewah dan berlebih-lebihan di kalangan bangsawan istana sehingga
banyak terjadi penyimpangan dalam keuangan negara pada saat situasi dalam
negeri semakin memburuk negara-negara Eropa melancarkan serangan ke
wilayah-wilayah yang dikuasai Dinasti Ottoman.

Misalnya, pada masa Sultan Salim II, Dinasti Ottoman
menderita kekalahan dari tentara sekutu Kristen Eropa dalam Perang Liponto.

Lalu ketika
pemerintahan dipegang oleh Sultan Ahmad I, pasukan Austria melakukan
penyerangan yang berlangsung selama 15 tahun.

Akhirnya, Austria dapat mengalahkan Dinasti Ottoman.
Kekalahan ini memberi pukulan hebat bagi Dinasti Ottoman dan membuat cahaya
kejayaan Turki semakin memudar di mata bangsa-bangsa Eropa.

Akibatnya, upeti
yang biasa dikirimkan oleh wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan
dinasti di Eropa tidak lagi diberikan.

Hal ini mengakibatkan perekonomian dinasti otomatis semakin
melemah. Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1640 – 1648 M) suasana dalam
Dinasti Ottoman menjadi semakin kacau.

Para wanita atau Ibu
Suri dan permaisuri intervensi dalam mengendalikan roda pemerintahan. Sultan
Ibrahim seorang sultan yang sangat lemah sehingga ia hanya dijadikan boneka
oleh wazirnya (Perdana Menteri) yang bernama Mustafa.

Baca...  Ragam Shalawat Penyejuk Hati

Pada hakikatnya Mustafalah yang memegang tampuk kekuasaan. Akan tetapi, kepemimpinan Mustafa
tidak mampu menentramkan suasana bahkan mengundang banyak permusuhan di
kalangan petinggi istana Dinasti Ottoman.

Permaisuri Ibrahim
yang berkomplot dengan pejabat dan  keluarganya mampu menggulingkan Mustafa.

Kerusuhanpun timbul
di mana-mana. Kelompok Janisari (pasukan elit kerajaan) mengambil alih
kekuasaan dan menurunkan Sultan Ibrahim.

Sebagai gantinya
diangkat Muhammad IV yang ketika itu baru saja berusia 7 tahun. Untuk
memulihkan keamanan dalam negeri, Ibu Sultan Muhammad IV mengangkat Koprulu,
seorang panglima Turki Yang berpengalaman, menjadi perdana menteri.

Koprulu tidak hanya berhasil mengurus masalah dalam negeri
dengan baik, tetapi juga dapat merebut kembali Pulau Lemnos dan Pulau Tenedos
dari Venesia.

Wilayah Turki yang begitu luas justru menjadi beban bagi
pemerintahan Ottoman karena tidak seluruh wilayah dapat dikontrol dengan baik.

Selain itu penduduk dari wilayah yang luas itu pun terdiri
dari bermacam-macam bangsa yang mempunyai adat istiadatnya masing-masing.

Di antara
bangsa-bangsa yang berbeda itu sering terjadi konflik terutama antara bangsa
Arab dan bangsa Turki. Masing-masing menganggap dan derajatnya lebih tinggi dan
lebih mulia daripada yang lainnya.

Hal seperti itu merupakan salah satu faktor yang melemahkan
kekuasaan Dinasti Ottoman, yang pada akhirnya membuat Ottoman mengalami
kekalahan dalam peperangan melawan bangsa Eropa.

Perjanjian Dinasti Ottoman

Selain kalah perang
Ottoman juga terpaksa menandatangani perjanjian yang isinya justru memojokan
pihak Dinasti Ottoman. Diantara perjanjian itu adalah sebagai berikut :

Pertama, Perjanjian Karlowitz
yang terjadi pada tahun 1699 di masa pemerintahan Sultan Mustafa II. Isi
penting dari perjanjian itu adalah pihak Ottoman  menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar
Slovenia dan Kroasia kepada Habsburg (nama dinasti-dinasti Raja Eropa serta
daerah-daerah Dalmatia kepada Venesia).

Kedua, Perjanjian Pasaarowitz
yang ditandatangani tahun 1718, antara Sultan Ahmad III dan Austria dengan
Venesia yang isinya adalah Dinasti Ottoman menyerahkan Semua daerah yang
dikuasai Australia, sementara Ottoman hanya dibenarkan menduduki pulau-pulau
yang direbut dari Venesia.

Ketiga, perjanjian Kainarji, pada tahun 1774, antara Sultan
Abdul Hamid I dan Rusia. Perjanjian ini menyebutkan bahwa Rusia berhak atas
daerah Azov (laut dangkat  yag merupakan bagian dari Laut Hitam),
kemerdekaan Tatar diakui dan kapal-kapal Rusia diizinkan melintasi
Laut Hitam.

Keempat, perjanjian Sistova
pada tahun 1791 antara Kerajaan Ottoman yang saat itu dipimpin Sultan Salim III
dan Austria yang isinya antara lain mengembalikan batas kedua kerajaan itu
kepada keadaan sebelum perang tahun 1787.

Kelima, perjanjian Jassy pada tahun 1792 antara Sultan Salim
IIII dan Rusia yang isinya adalah Ottoman menyerahkan ke dunia kota dekat Laut
Hitam kepada Rusia.

Keadaan Akhir Dinasti Ottoman

Keadaan ini semakin
parah takala Napoleon, Jenderal dan Kaisar Prancis menguasai Mesir pada tahun
1798. Sejak itu, Dinasti Ottoman dijuluki the Scik man of Europe) (orang
sakit dari Eropa) karena kondisi pemerintahannya yang semakin melemah. 

Dulu
penguasa Ottoman dapat mengalahkan bangsa-bangsa Eropa, tetapi kini mereka
membiarkan wilayahnya yang dirampas oleh bangsa Eropa.

Prancis mengambil Aljazair pada tahun 1830 dan
Tunisia pada tahun 1881. Italia menduduki wilayah Dinasti Ottoman di Afrika
Utara pada tahun 1911. Inggris menguasai Mesir pada tahun 1882 dan Irak
pada tahun 1917. Kesempatan ini juga digunakan oleh wilayah lainnya untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Ottoman misalnya Rumania, Yunani,
Bulgaria, sippus, Albania dan Macedonia.

Pada tahun 1876 Sultan Abdul Hamid II naik tahtah. Pemerintahannya
bersifat absolut dan penuh kekerasan.

Karena itu timbul
rasa tidak senang baik di kalangan sipil maupun di kalangan militer
gerakan-gerakan oposisi terhadap pemerintahan absolut Sultan Abdul Hamid II
inilah yang kemudian dikenal dengan nama gerakan Turki muda, dengan para
pelopornya antara lain Ahmad Riza, Muhammad Murrad dan pangeran Sahabuddin.

Baca...  Penyebab Mundurnya Umat Islam dari Pendidikan dan Faham Fatalisme Serta Solusinya Menurut Muhammad Abduh

Sementara itu, kelompok militer semakin memperketat usaha mereka untuk
menggulingkan Sultan dan membentuk Komite komite rahasia, seperti komite
perkumpulan persatuan dan kemajuan.

Salah seorang pemimpin komite itu adalah Mustafa Kemal yang
kemudian populer dengan panggilan Kemal Ataturk ( Bapak Bangsa Turki).

Pada tahun 1908 perkumpulan persatuan dan kemajuan dapat
mendesak Sultan Abdul Hamid II untuk menghidupkan kembali Konstitusi 1876.

Akibat desakan itu, Pemilihan Umum diadakan dan terbentuklah
parlemen yang diketuai oleh Ahmad Riza dari perkumpulan persatuan dan kemajuan.
Di dalam parlemen itu, Turki muda juga ikut memegang kekuasaan.

Dalam perkembangan
selanjutnya, perkumpulan persatuan dan kemajuan Dinasti Ottoman ke dalam Kancah
Perang Dunia I dengan berpihak pada Jerman.  Perang Dunia I berakhir dengan
kekalahan pihak Jerman dan dinasti Turki. Akibatnya, kabinet Turki muda
mengundurkan diri dan para pemimpinnya melarikan diri ke Eropa.

Perdana menteri yang baru, Ahmad Izzet Pasha, mencari
perdamaian dengan pihak sekutu yang memenangkan peperangan. Sebagai pihak yang
menang perang, tentara sekutu masuk dan
menduduki bagian-bagian tertentu kota Istanbul.

Sementara itu, Yunani dengan bantuan Inggris Prancis dan
Amerika Serikat hendak merampas kembali wilayah-wilayahnya dari Turki. 

Kehadiran tentara sekutu dan Yunani menimbulkan amarah dan semangat rakyat
Turki untuk mempertahankan tanah air mereka.

Dalam suasana serupa inilah
tampil Mustafa Kemal yang dengan gagah berani berjuang menyelamatkan Dinasti
Ottoman dari kehancuran total dan ekspansi Eropa.

Atas usaha Mustafa Kemal dapat dibentuk Majelis Agung pada
tahun 1920 dan ia terpilih sebagai ketuanya. Setahun kemudian disusun
konstitusi baru yang menjelaskan bahwa kedaulatan adalah milik rakyat.

Dari hari ke hari kedudukan Mustafa Kemal semakin kuat di
mata rakyat. Dalam kedudukannya sebagai panglima dari semua pasukan yang ada di
Turki Selatan, Mustafa Kemal membentuk pemerintahan tandingan di Anatolia,
sebagai imbangan terhadap kekuasaan Sultan Abdul Majid II di Istanbul.

Hal ini dilakukannya karena ia melihat Sultan sudah berada
di bawah kekuasaan sekutu. Akhirnya, pada tahun 1992, Majelis Agung di bawah
pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan jabatan Sultan.

Ia kemudian
memproklamasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923 pada tahun 1924
jabatan khalifah juga dihapuskan dan Abdul Majid II, Khalifah terakhir
diperintahkan meninggalkan Turki.

Di samping berperan dalam perwilayahan wilayah kekuasaan
Islam, Dinasti Ottoman juga mempunyai peranan besar dalam bidang ilmu
pengetahuan, Pendidikan, Kebudayaan, publikasi dan penterjemahan agama, hukum
dan ekonomi perdagangan dan lain sebagainya.

Ilmu pengetahuan yang
banyak berkembang adalah ilmu-ilmu terapan yang berhubungan dengan kemiliteran,
seperti ilmu maritim, teknik, pembuatan mesin dan Meriam.

Sebelum abad modern, lembaga pendidikan yang ada hanya
Madrasah.Sejak pemerintahan Sultan Mahmud II mulai didirikan sekolah-sekolah
modern, diantaranya sekolah pengetahuan umum, sekolah sastra, di samping
sekolah militer, Sekolah Teknik dan sekolah kedokteran. Selain itu, Sultan
Mahmud mendirikan Dar-ul Ulumu Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane yang meruapakan
gabungan sekolah kedokteran dan pembedahan.

Pengembangan budaya Turki tampak lebih menonjol bidang
bahasa. Bahasa Turki digunakan di seluruh wilayah kekuasannya. Dalam
arsitektur, Turki mempunyai corak khusus dalam desain bangunan. Arsitekur Turki
dalam dilihat di Masjid Sulaiman di Itsnambul dan Masjid Salim di Andrianopel.

Di bidang agama, syariat Islam menjadi satu-satunya sumber
hukum Islam Dinasti Ottoman dengan Madzhab Hanafi sebagai Madzhab negara. Dalam
bidang Tasawuf, ajaran Tarekat Bektasyi berkembang pesat.

Tarekat ini diajarkan oleh Bektasyi Veli dari Khurasan dan
menjadi terkenal di Anatolia pada tahun 1281.

Ensiklopedia Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta.

2369 posts

About author
KULIAHALISLAM.COM merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Pendidikan

Menghayati Pendidikan Sebagai Bagian dari Kehidupan

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…
Pendidikan

Membangkitkan Kekuatan Membaca dan Menulis

3 Mins read
Kebangkitan literasi Qur’ani: membangkitkan kekuatan membaca dan menulis. Literasi merupakan kemampuan mendasar dalam membaca, menulis, dan memahami informasi yang mendasari kemajuan individu…
Pendidikan

Utopis Pendidikan Inklusif di Indonesia

1 Mins read
Utopis Pendidikan Inklusif di Indonesia. Tulisan yang menurut penulis sangat singkat ini menunjukkan imajinasi, Impian, khayalan ataupun ekspektasi dari keresahan penulis akan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights