KULIAHALISLAM.COM – Dua buku Buya Yunahar Ilyas ini, kuliah akidah Islam dan kuliah akhlak, disusun dengan rapi, baik, referensi yang kuat, ditulis dengan Manhaj Muhammadiyah yang moderat lagi berkemajuan, ringkas tapi sangat berbobot.
Buku Kuliah Akidah dan Kuliah Akhlak Karangan Buya Yunahar Ilyas |
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Asy-Syaikh Muhammad Naashiruddin Bin Nuh An-Najati Al-Albani -Rahimahullah pernah berkata:
الحق ثقيل، فلا تثقلوه أكثر بسوء أخلاقكم، كنت أعتقد أن المشكلة في الأمة مشكلة عقيدة وتبين لي أنها عقيدة وأخلاق.
“Kebenaran itu berat, maka janganlah kalian menjadikannya lebih berat lagi dengan jeleknya akhlak kalian, dan dahulu aku berkeyakinan bahwa yang menjadi problem pada umat adalah problem akidah, dan (sekarang) menjadi jelas bagiku bahwa problemnya adalah akidah dan akhlak.”
[سلسلة الهدى والنور ، الشريط ٩٠٠].
[Lihat Silsilatul-Hudaa Wan-Nuur, Kaset Ke-900].
Seakan-seakan, saat di awal pertama syaikh Al Albani menyaksikan berbagai banyak penyimpangan akidah di kalangan umat Islam dari tersebarnya berbagai kesyirikan dan bid’ah-bid’ah, lalu beliau (Syekh Al Albani) pun menjadikan penting perkara akidah.
Namun saat di akhir terkemudian Syekh Al Albani menyaksikan ulang umat Islam, beliau melihat betapa banyaknya orang mengaku salafi atau mengaku Ahlus sunnah atau mengaku membersihkan akidah atau mengaku membawa kebenaran, namun sangat buruk akhlaknya terhadap manusia.
Dengan kekasarannya dalam dakwah, kesombongan dengan ilmunya, merendahkan orang yang belum berilmu, dan lain-lain, hal ini membuat manusia menjauh dari kebenaran, dari sini, lalu akhirnya beliau (Syekh Al Albani) pun sadar sehingga menjadikan penting perkara akhlak disamping pentingnya pula erkara akidah.
Selain Nabi Muhammad di utus untuk menegakkan akidah yang murni, sebagaimana sabdanya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.”[Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim].
Juga Nabi Muhammad di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana sabdanya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [Diriwayatkan oleh Ahmad Dldan Al Hakim].
Akidah murni hanyalah sempurna dengan akhlak mulia, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka.” [Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Ahmad].
Dua hal ini, akidah dan akhlak, memang paling penting dan mencapai puncak dari segala yang penting dalam Islam, sehingga Buya Yunahar Ilyas menulis secara khusus dua buku tentang hal ini benar-benar sangat tepat dan sangat benar, menurut saya terdapat filosofi dalam hal ini tentang berapa tingginya derajat akidah dan akhlak dalam Islam.
Diantara kita pasti mengetahui, guru-guru kita dahulu mengajarkan kepada kita di sekolah/madrasah tentang pelajaran akidah-akhlak, karena sangat pentingnya pelajaran ini untuk generasi Islam kemudian.
Dua buku Buya Yunahar ini, kuliah akidah Islam dan kuliah akhlak, disusun dengan rapi, baik, referensi yang kuat, ditulis dengan Manhaj Muhammadiyah yang moderat lagi berkemajuan, ringkas tapi sangat berbobot.
Oleh karena itu, saya akan jelaskan sedikit tentang sistematikan penulisan dua buku ini dari penjelasan Buya Yunahar Ilyas sendiri, semoga dapat diambil manfaatnya oleh warga Muhammadiyah secara khusus dan oleh kaum muslimin secara umum.
Sistematika Penulisan Kuliah Akidah Islam
Buya Prof. Dr. Haji Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag. (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Tarjih dan Tajdid) -Rahimahullah- berkata:
Meminjam sistematika Hasan al-Banna maka ruang lingkup pembahasan akidah adalah:
- Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lain-lain.
- Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya.
- Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.
- Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqli berupa Alqur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.
Di samping sistematika di atas, pembahasan akidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul iman yaitu:
- Iman Kepada Allah SWT.
- Iman Kepada Malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya seperti Jin, Iblis dan Syaitan).
- Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.
- Iman Kepada Nabi dan Rasul.
- Iman Kepada Hari Akhir.
- Iman Kepada Taqdir Allah.
Penulis akan mengikuti sistematika arkanul iman.” [Lihat buku kuliah Akidah Islam, halaman 5 sampai halaman 6].
Demikianlah sistematika Buya Yunahar Ilyas dalam membahas akidah Islam dalam buku Kuliah Akidah Islam.
Sistematika Penulisan Kuliah Akhlak
Buya Prof. Dr. Haji Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag. (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Tarjih dan Tajdid) -Rahimahullah- berkata:
Muhammad Abdullah Drâz dalam bukunya Dustúr al-Akhlaq fi al-Islâm” membagi ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian:
- Akhlak pribadi (al-akhlaq al-fardiyah). Terdiri dari: (a) yang diperintahkan (al-awamir), (b) yang dilarang (an-nawahi). (c) yang dibolehkan (al-mubahat) dan (d) akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).
- Akhlak berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah). Terdiri dari: (a) kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa al-ushil wa al-furu), (b) kewajiban suami isteri (wajibat baina al-azwaj) dan (c) kewajiban terhadap karib kerabat (wajibât nahwa al-aqârib).
- Akhlak bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtima’iyyah). Terdiri dari: (a) yang dilarang (al-mahzbúrát), (b) yang diperintahkan (al awamir) dan (c) kaedah-kaedah adab (gawa’id al-adab).
- Akhlak bernegara (akhlaq ad-daulah). Terdiri dari: (a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-‘alaqah baina ar-rais wa as-sya’b), dan (b) hubungan luar negeri (al-‘alâqât al khârijiyyah).
- Akhlak beragama (al-akhlaq ad-diniyyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah SWT (wajibat nahwa Allah).
Dari sistematika yang dibuat oleh ‘Abdullah Drâz di atas tampaklah bagi kita bahwa ruang lingkup akhlak itu sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah SWT maupun secara horizontal sesama makhluk-Nya.
Berangkat dari sistematika di atas dengan sedikit modifikasi penulis membagi pembahasan akhlak dalam buku ini menjadi:
- Akhlak terhadap Allah SWT.
- Akhlak terhadap Rasulullah SAW.
- Akhlak pribadi.
- Akhlak dalam keluarga.
- Akhlak bermasyarakat.
- Akhlak bernegara.
[Lihat Buku Kuliah Akhlak, halaman 5 sampai halaman 6].
Keterangan Tambahan:
Dalam tetralogi cita-cita Muhammadiyah, yaitu akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah, dari urutannya tersebut kita paham bahwa Muhammadiyah lebih mendahulukan dan lebih mementingkan akidah dan akhlak dibanding ibadah dan muamalah duniawiyah.
Metodologi pengurutan tetralogi cita-cita Muhammadiyah tersebut, itulah dipakai dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, dipakai pula dalam buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dan dipakai pula oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam serial majalah berkala tuntunan Islam: Membimbing dan Mencerahkan.
Oleh : Ustaz Raihan Ramadhan