Puasa adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa seperti makan dan minum mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Puasa ada yang dihukumi wajib, sunnah dan haram. Salah satu puasa yang wajib dilakukan adalah puasa Ramadan.
Kita tahu, puasa Ramadan wajib dilakukan oleh semua muslim tanpa terkecuali. Jika mereka meninggalkan puasa Ramadan, para ulama sepakat bahwa mereka harus menggantinya di hari lain atau kita sebut qadha. Jika qadha’ tidak dilakukan sampai datang puasa Ramadan kedua, maka akan di hukumi membayar fidyah di samping qadha’.
Sementara itu, batasan untuk melakukan qadha’ puasa Ramadan, Imam Nawawi dan Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa batasan untuk melaksanakan atau mengerjakan puasa qadha Ramadan adalah tidak ditentukan. Artinya, boleh dilakukan kapan saja selama belum memasuki Ramadan yang kedua atau Ramadan selanjutnya.
Sedangkan mengenai konsekuensi yang harus dilakukan ketika mereka menangguhkan puasa qadha’ Ramadan hingga datang Ramadan selanjutnya, menurut Imam Nawawi, Ibnu Qudamah dan Ibnu Rusyd, jika mereka tidak melakukan qadha’ puasa Ramadan karena udzur tertentu hingga datang Ramadan selanjutnya, mereka tetap wajib meng-qadha’ puasa tersebut dan membayar fidyah.
Berbeda dengan Imam Al-Sarakhsyi. Menurutnya, bahwa orang yang memiliki kewajiban mengqadha puasa Ramadan namun belum dilakukan sampai kepada Ramadan selanjutnya, mereka hanya wajib meng-qadha’ saja namun tidak membayar fidyah.
Alih-alih meng-qadha’ puasa, lalu apakah boleh meng-qadha’ puasa Ramadan sekaligus berpuasa Arafah? Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in mengatakan:
(فرع)
أفتى جمع متأخرون بحصول ثواب عرفة وما بعده بوقوع صوم فرض فيها خلافا للمجموع وتبعه الأسنوى فقال إن نواهما لم يحصل له شيء منهما قال شيخنا كشيخه والذي يتجه أن القصد وجود صوم فيها فهى كالتحية فإن نوى التطوع أيضا حصلا وإلا سقط عنه الطلب
Segolongan ulama Mutaakhirin mengeluarkan fatwa, bahwa puasa Arafah dan seterusnya adalah tetap bisa didapatkan dengan melakukan pula puasa fardu (qadha’ atau nazar) pada hari-hari di atas. Pendapat (fatwa) tersebut bertentangan dengan yang ada di dalam kitab Al-Majmu’ (milik Imam Nawawi) yang diikuti oleh Imam Al-Asnawi, sebagaimana yang beliau katakan: “Jika puasa fardu dan sunah-sunah tersebut diniatkan bersama, maka kedua-duanya tidak bisa berhasil”.
Ibnu Hajar berkata sebagaimana gurunya berkata, menurut pendapat yang ber-wajah, bahwa jika di dalam puasa-puasa tersebut (Arafah dan sebagainya) diniati, maka puasa itu sebagaimana halnya dengan salat tahiyatul masjid, artinya jika seseorang juga berniat puasa sunah, maka berhasillah puasa kedua-duanya (fardu dan sunah), Kalau dia tidak berniat puasa sunah (cuma fardu), maka telah gugurlah tuntutan kesunahannya (sebab sudah masuk di dalam fardu).
(فرع)
أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الاشهر الحرم وأفضلها المحرم، ثم رجب، ثم الحجة، ثم القعدة، ثم شهر شعبان وصوم تسع ذي الحجة أفضل من صوم عشر المحرم اللذين يندب صومهما
Setelah bulan Ramadhan, bulan-bulan yang paling utama untuk dilakukan puasa adalah bulan Haram (Zulkaidah, Zulhijah, Muharram dan Rajab). Adapun yang paling utama daripadanya, adalah urutan sebagai berikut: Muharram, Rajab, Zulhijah, Zulkaidah, kemudian Sya’ban. Puasa pada tanggal 9 Zulhijah adalah lebih utama daripada hari Asyura (10 Muharram), di mana keduanya sunah ditunaikan. Wallahu a’lam bisshawaab.
*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.