Oleh: Moh. Najib Ihsan*
Yusuf bin Ya’qub merupakan nama yang sering kali disebut dalam Alquran, setelah Nabi Musa dan Nabi Ibrahim, yakni sebanyak 58 kali. Ia di juluki sebagai Al-Aziz, yaitu “perkasa” atau “terhormat”. Sebab ia telah sabar atas segala cobaan yang ia hadapi.
Ia merupakan putra ke tujuh dari dua belas bersaudara, lahir di Mesir pada tahun 1745 SM. Silsilah lengkapnya adalah Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim sampai Nuh, dari istri yang bernama Rahil. Ia dikaruniai Allah SWT rupa yang bagus, paras tampan, tubuh tegap dan perkasa sehingga menjadi idaman bagi setiap wanita.
Bahkan bibinya tertarik untuk mengasuhnya, namun Nabi Ya’qub tidak mengizinkan, sebab ia menjaga pesan sang istri untuk menjaga Yusuf dan Bunyamin, agar tidak lagi merasa sedih atas kehilangan ibunya, namun ia mempunyai seribu cara untuk menginginkan Yusuf .
Dengan memakaikan ikat pinggang peninggalan Nabi Ishaq AS di pinggang Yusuf kemudian, ia menuduh mencurinya. Menurut adat suku Kan’an, orang yang mencuri harus mengabdi di rumah orang yang di curi, sebagai budak, berbeda dengan Yusuf, ia di perlakukan dan di asuh seperti anak sendiri.
Cara Menyikapi Segala Cobaanya
Yusuf adalah putra yang sangat disayang dan dicintai oleh Nabi Ya’qub ketimbang saudaranya yang lain, terutama ketika ia ditinggal ibunya yang kebetulan masih berumur dua belas tahun, dikala ia melahirkan saudaranya Bunyamin.
Perlakuan yang berbeda dan rasa sayang yang berlebihan, menimbulkan rasa iri dengki, bahkan mereka merasa di anak tirikan dan beranggapan ayahnya tidak adil dalam mengasuh dan merawatnya.
Lalu, mereka berkumpul untuk mengemukakan seluruh perasaan mereka, hingga pada akhirnya mereka menyusun rencana buruk terhadap Yusuf, yakni dengan membunuhnya atau membuang ke tempat yang mana binatang buas akan memakannya, akan tetapi di bantah oleh salah seorang saudaranya yang lain untuk tidak melakukan hal itu.
Pada dasarnya pekerjaan itu merupakan hal yang dilarang keras oleh agama, dan tidak bisa di terima oleh akal sehat manusia. Namun aku mempunyai cara untuk menyingkirkan Yusuf, yakni dengan membuangnya ke sumur yang berada di persimpangan jalan.
Tempat para musafir dan kafilah berhenti untuk memberi minum hewan peliharaannya, sehingga ia dibawa, kemudian di jadikan anak pungut atau hamba sahaya, dan mereka menjualnya. jawab Yahudza salah satu putra Nabi Ya’qub yang bijak.
Pada waktu itu, Yusuf yang sedang tertidur pulas kemudian bermimpi seakan-akan melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan yang berbeda di langit, kemudian turun dan sujud di depannya. Lalu ia bergegas bangun dan lari menghampiri ayahnya, dan menceritakan mimpinya tersebut.
Wahai anakku, mimpimu adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi kosong, berisi tentang berita gembira dari Allah, bahwa masa depan mu adalah masa depan yang cerah, penuh kebahagiaan, dan kenikmatan, namun kamu harus lebih berhati-hati dan tidak menceritakan hal ini kepada mereka, agar tidak semakin menggejolak rasa iri hati mereka, sebab mereka selalu berbisik-bisik ketika membicarakanmu.
Pada pagi hari, seluruh saudaranya berkumpul dan melanjutkan rencana mereka untuk menyingkirkan Yusuf, dengan segala cara, mereka bergegas pamit kepada Nabi Ya’qub untuk membawa yusuf pergi bermain, setibanya di tempat tujuan, mereka langsung melakukan aksinya.
Dengan memukuli Yusuf, melepaskan bajunya melemparnya ke sumur, kemudian menyembelih hewan untuk diambil darahnya lalu melumuri pada bajunya, sebagai bahan bukti jika Yusuf telah diterkam hewan buas di tengah hutan.
Setelah mereka berhasil membuang Yusuf, sore harinya mereka pulang dengan membawa berita buruk dan mencucurkan air mata di depan ayahnya, dan bersandiwara seakan-seakan bersedih.
Dari kejadian tersebut, Nabi Ya’qub merasa sangan sedih dan terus menerus berdoa kepada Allah SWT agar dipertemukan kembali dengan putranya. Sedangkan Yusuf yang sedang berada didalam sumur, hanya bisa bersabar sembari menunggu keajaiban datang.
Setelah beberapa hari, ia mendengar percakapan beberapa orang diluar sana. Dugaanya pun benar, tali yang semula berada di atas, perlahan turun kedasar sumur, dan pada waktu itulah Yusuf bisa keluar dari sumur dengan menggelantungkan badannya pada tali yang perlahan mulai ditarik.
Singkat cerita nabi Yusuf dibawa oleh para kabilah tersebut ke Mesir untuk di perjual belikan sebagai hamba sahaya, sebab mereka tidak mau mengambil resiko dari Yusuf.
Lalu datanglah seorang bangsawan dari Mesir untuk membelinya dengan harga murah, lalu ia membawanya pulang. Sesampainya di rumah ia diperkenalkan kepada istrinya (Zulaikho) bahwasanya mulai hari ini ia akan menjadi pelayan di rumah ini dan berpesan untuk memperlakukan nabi Yusuf sebagai anak kandungnya sendiri.
Setelah sekian lama ia tinggal bersama dan mematuhi semua perintanya, Allah kembali megujinya, yakni dengan jatuh cintanya Zulaikho kepada Yusuf, bahkan hasrat dan hawa nafsunya tidak dapat dibendung.
Dari beberapa rayuan dan godaannya, Yusuf tidak sekali pun tertarik terhadap godaan tersebut, hingga pada akhirnya ia harus rela dan sabar untuk menjalani hukuman di penjara, sebab ia di fitnah oleh Zulaikho atas segala perbuatannya.
Bertahun-tahun Yusuf menjalani hukuman didalam penjara dengan keadaan tenang dan tentram, bahkan ia lebih suka hidup di penjara dari pada harus melakukan sesuatu yang bisa menjauhkannya dari Allah SWT.
Tibalah suatu waktu, dimana raja pada waktu itu membutuhkan arti dari mimpinya, yang mana tidak ada seorang pun paham atas mimpi yang telah ia alami. Yusuf yang merupakan ahli mimpi, pada waktu itu ia dipanggil untuk mentakwili mimpinya.
Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh sapi betina yang kurus dan melihat tujuh butir hijau dan tujuh butir kering.
Berucaplah yusuf sembari menguraikan mimpi sang raja :
Negara akan mengalami makmur, subur, semua sesuatu akan terpenuhi bahkan air di sungai nill akan mengaliri pertanian, rumput dan tanaman menghijau dan tumbuh subur, namun akan datang dimana musim kemarau melanda Negara ini, pertanian mulai mongering, hewan ternak banyak yang mati, bahkan sungai nill tidak lagi mengalir.
Raja yang terpukau mendengar takwil mimpi dari Yusuf, bergegas untuk mengeluarkan Yusuf dari penjara dan memaafkan segala kesalahannya, namun Yusuf enggan untuk keluar sebelum raja melakukan introgasi secara objektif terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya, raja pun segera menindak lanjuti, hingga pada akhirnya kasus yang menimpa Yusuf terbongkar oleh pengakuan Zulaikho atas tuduhan yang dijatuhkan kepada Yusuf sebelumnya.
Dapat disimpulkan, kesuksesan seseorang bukan di ukur dari kepintaran dan ketampanan, akan tetapi sejauh mana kesabaran seseorang dalam menghadapi sebuah permasalahan dan bertindak secara bijak dalam mengambil keputusan. Begitu pula kisah Nabi Yusuf yang merupakan kisah terbaik sepanjang masa sehingga Allah mengabadikan kisahnya dalam Alquran.
*) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan