Oleh: Ahmad Ashfiya Mahmudan*
KULIAHALISLAM.COM – Pada umumnya ketenangan, kerukunan dan kedamaian adalah dambaan setiap orang, baik orang kaya maupun miskin dari pejabat atau rakyat biasa, aspek-aspek tadi adalah salah satu hal yang utama.
Tetapi, belakang ini banyak sekali konflik-konflik yang mengatasnamakan agama, sehingga tidak jarang orang barat menganggap bahwa agama Islam terkhususnya sebagai agama yang tidak manusiawi dan suka berperang. Padahal sebenarnya agama Islam adalah agama yang rahmatal lil ‘alamin.
Dalam konflik, perbedaan adalah hal yang melatarbelakanginya baik secara fisik, adat, budaya, ras bahkan agama. Seringkali konflik di antara umat beragama dikarenakan kurang pahamnya seseorang tentang ajaran agama yang telah diajarkan pada kitab suci masing-masing agama.
Pada dasarnya tidak ada agama yang tidak manusiawi, semua mengajarkan kerukunan, sosial dan toleransi antar umat. Salah satu fungsi Alqur’an adalah sebagai petunjuk.
Mulai dari kehidupan manusia, sosiologi, sains, medis dasar-dasar ketauhidan hingga dalam hal moral umat beragama dalam bermasyarakat sehingga masalah konflik perbedaan umat beragama.
Sehingga banyaknya konflik antara umat beragama adalah kurangnya pemahaman mereka terhadap kitab suci. Padahal Alqur’an sendiri mengajarkan akan niscaya sebuah perbedaan dan keberagaman. Dan menerangkan bahwa keberagaman bertujuan untuk kemajuan sebuah peradaban.
Dalam Islam sendiri pada surah Al-Maidah ayat 48 juga telah dijelaskan bahwa:
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ 48.
Artinya:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Alqur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
Adapun pada surah Al-Hujarat terdapat ayat-ayat yaitu pada ayat 13 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 13.
Artinya:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Terdapat penggalan “saling mengenal”, kata mengenal dapat dipahami bukan saling membunuh ataupun memusuhi, bukan saling membenci ataupun mengintimidasi, tetapi saling melengkapi, saling membantu satu sama lain, sehingga dapat disimpulkan hanya orang yang tidak mengenal agamanya yang tidak bisa saling menerima keberagaman umat manusia.
Keberagaman adalah hal yang pasti dan sudah menjadi hukum alam bahwa pada kehidupan ini tidak lepas dari perbedaan. Keberagaman bertujuan untuk memajukan peradaban manusia. Dari perbedaan terdapat keberagaman yang akan bermanfaat bagi setiap lini kehidupan.
Solusi yang ditawarkan Alqur’an dalam menghadapi masalah konflik antar umat beragama:
Bermusyawarah, Islam sendiri mengajarkan musyawarah ketika terdapat perbedaan pendapat, baik masalah sosial bermasyarakat atau masalah agama. Seperti dalam QS. As-Syura ayat 38:
وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۚ 38.
Artinya:
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Saling memaafkan dan saling berbuat baik, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, sehingga ketika terdapat seseorang yang melakukan kesalahan makan baiknya kita saling memaafkan, dan haruslah kita memaksakan diri untuk selalu berbuat baik terhadap sesama.
Karena hal tersebut tidak lah bukan akan menciptakan sebuah kerukunan dan ketentraman. Baik pada diri sendiri juga kepada masyarakat di sekitar kita. Seperti yang ada pada QS. Ali ‘imron ayat 134 dijelaskan:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ 134.
Artinya:
“(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan