Penulis: Nurul Hidayati*
Alqur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril yang tertulis didalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir dan yang membacanya dipandang beribadah.
Umat Islam percaya bahwa Alqur’an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril.
Tujuan diturunkan Alqur’an adalah untuk menjadikan pedoman manusia dalam menata kehidupan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Alqur’an mengandung pelajaran yang baik untuk dijadikan penuntun dalam pergaulan antara satu golongan manusia, antara keluarga dengan sesama, antara murid dengan guru, antara manusia dengan Tuhannya.
Alqur’an diturunkan Allah kepada manusia untuk dibaca dan diamalkan. Tanpa membaca manusia tidak akan mengerti isinya dan tanpa mengamalkannya manusia tidak dapat merasakan kebaikan dan keutamaan petunjuk Allah dalam Alqur’an.
Saat ini, banyak sekali masyarakat yang lalai sehingga lupa untuk membaca dan mengamalkannya. Bahkan masih banyak juga yang belum mampu untuk membaca secara baik apalagi memahaminya.
Alqur’an tidak hanya sebagai kitap suci, akan tetapi Alqur’an merupakan pedoman hidup, sumber ketenangan jiwa. QS. Al Isra, 17:82 menjelaskan bahwa membaca Alqur’an dan mengetahui isinya akan mendapatkan rahmat Allah.
وتنزل من القرءانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Artinya:
“Dan Kami turunkan dari Alqur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Aqur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian,” (QS. Al Isra, 17:82).
Allah berfirman seraya memberitahukan tentang kitab-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya yaitu Alqur’an tidak datang kepadanya kebathilan baik dari depan ataupun dari belakangnya. Alqur’an merupakan obat penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Yakni dapat menghilangkan berbagai macam penyakit didalam hati, misalnya keraguan, kemunafikan, kemusyikan dan penyimpangan, maka Alqur’an akan menyembuhkan itu semua, dan juga sebagai rahmat yang membawa dan mengantarkan kepada keimanan, hikmah dan melahirkan keinginan untuk mencari kebaikan.
Hal tersebut tidak berlaku kecuali bagi orang yang beriman, membenarkan dan mengikutinya, maka ia akan menjadi penyembuh dan rahmat. Sedangkan bagi orang kafir dan zalim, mendengar Alqur’an tidak menambah kepada mereka melainkan mereka semakin jauh, semakin kafir dan semakin rusak. Dan hal itu bukan berasal dari Alqur’an, melainkan dari kekafirannya itu.
Membaca Alqur’an adalah membaca Kalamullah yang mengandungi berbagai macam petunjuk dari Allah SWT untuk kepentingan manusia. Karena itu membaca Alqur’an adalah ibadah yang harus dilakukan manusia.
QS. Faathir, 35:29-30 menjelaskan bahwa apabila kita membaca Alqur’an, Allah akan menjanjikan ganjaran yang cukup besar dan kelebihan-kelebihan yang tiada tandingannya.
Apabila manusia berpaling dari mengingat Allah atau melakukan maksiat kepada-Nya, maka Allah akan melalaikan hati mereka dari mengingat kalam-Nya yang suci itu. Kelupaan terhadap Alqur’an ini adalah akibat dari tingkah laku dan perbuatan manusia itu sendiri.
Alqur’an merupakan firman Allah yang berisikan petunjuk dan syariat bagi manusia agar mendapatkan jalan yang benar. Alqur’an juga merupakan perkataan Allah dan mukjizat yang ada pada Nabi Muhammad SAW, sehingga tak dapat dikalahkan oleh siapapun yang akan menandingi Alqur’an.
Alqur’an diturunkan kepada hati nabi Muhammad SAW dan terpelihara keasliannya sehingga dari zaman Nabi hingga saat ini tidak ada sedikit perubahan pada ayat-ayat Allah tersebut.
Alqur’an berfungsi sebagai sumber ajaran Islam, serta sebagai dasar petunjuk manusia didalam berfikir, berbuat dan beramal. Untuk dapat memahami fungsi Alqur’an tersebut, maka setiap manusia yang beriman harus berusaha belajar mengenal dengan fasih dan benar sesuai dengan ilmu tajwidnya, makharijul huruf dan mempelajari baik yang tersurat maupun yang terkandung didalamnya, mengamalkan isi kandungan Alqur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Alqur’an mengandung beberapa hakikat seperti Kalaamullaah, mukjizat, diturunkan kepada hati Nabi, disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah. Membaca Alqur’an adalah membaca Kalamullah yang mengandung berbagai macam petunjuk dari Allah SWT.
Membaca Alqur’an merupakan ibadah yang wajib dilakukan manusia. Apabila kita membaca Alqur’an, Allah akan menjanjikan ganjaran yang cukup besar dan kelebihan-kelebihan yang tiada tandingannya.
Alqur’an merupakan sistem operasional inteligensi atau kecerdasan manusia. Cakupan tema-temanya sangat luas begitu juga dengan metodologi dan gaya bahasanya yang memikat, sangat memungkinkan pembentangan kecerdasan dalam kerangka tematema dan konsitensi yang luas, kuat dan mendalam.
Dan juga Alqur’an adalah kitab suci yang akan mencerahkan dan menyucikan hati dan pikiran pembaca dan pendengarnya.
Bahaya Lupa Kepada Alqur’an
وأصير نفسكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بالغدوةِ وَالْعَنِي يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عيناك علهم تُريد زينة الحيوة الذي ولا تطع من أَغْفَلْنَا قَلْبُهُ عَن ذِكرنَا وَاتَّبَعَ هَوْنَه وكان أمره فُرُطَات
Artinya:
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka mengharapkan perhiasan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas,” (QS. Al Kahfi, 18:28).
Adapun makna dari ayat diatas yaitu duduklah bersama orang-orang yang berzikir kepada Allah, bertahlil, betahmid, bertasbih dan bertakbir serta berdoa kepada-Nya pada pagi dan sore hari baik yang miskin maupun yang kaya, kuat maupun lemah.
Sifat-sifat yang diakibatkan apabila seseorang jauh dan lupa kepada Alqur’an seperti kesesatan yang nyata, sempit dada, kehidupan yang serba sulit, matahati yang buta, hati menjadi keras, zalim dan hina, bersahabat dengan syaithan, lupa terhadap diri sendiri, fasiq dan nifaq akan menimbulkan kesulitan bagi kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat nanti.
Dhalaalun Mubin (Kesesatan yang Nyata)
ألم تر إلى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ امَنُوا بِمَا أُنزِلَ إِلَيكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يتحاكموا إلى الطِّعُوتِ وقد أمروا أن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلُّهُمْ شَلَلاً بعيدًا وَمَن يُشَاقِلِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ ما تبين له الهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِين نوله ما تولى وتصلب جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرً
Artinya:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka penyesatan yang sejauh-jauhnya,” (QS. An Nisaa:60).
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,” (QS.An Nisaa, 4:115).
Dhiiqun Haraj (Sempit Dada)
فمن يرد الله أن تهديه يترح صَدْرَهُ لِلإسْلم وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ تَجعَلْ صَدْرَهُ طبقا خرجا كَأَنَّمَا يَصْعَدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ تَجعَل اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ
Artinya:
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman,” (QS. Al An’aam. 6:125).
Matisyalan Dhanka (Kehidupan yang Serba Sulit)
وَمَنْ أَعْرَضَ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ و ومن أعرض عن ذكرى فإن له معيشَةً ضَنكًا وَحشُرُهُ يَوْمَ الْقِيِّمَةِ أَعْمَى
Artinya:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta,” (QS. Thahaa, 20:124).
Umy Al-Bashiirah (Matahati yang Buta)
أفلم يسيروا في الأرْضِ فتكون لهم قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِمَا أَوْ مَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِهَا لَا تعمى الأبصر وليكن تعمى القلوب التي في الصدور
Artinya:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang- orang yang fasik,” (QS. Al Hajj 22:46).
Qaswah Al-Qulub (Hati Menjadi Keras)
ألم يأن اللذين امنوا أن تجمع قلوهم الذكرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الحَقِ وَلَا يَكُونُوا كالذين أوتوا الكتب من قتل فطال عليهم الأمدُ فَقَسَتْ قُلُوهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَسِقُونَ
Artinya:
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada,” (QS. Al Hadid, 57:16).
Zhulmun wa Dzil (Zalim dan Hina)
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِلَّةُ أَيْنَ مَا تُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلِ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآءُ وَ بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ المسكنة ذلك بأنهم كانوا يَكْفُرُونَ بِقَايَتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنْبِيَاءَ يفتر حل ذلِكَ بِمَا عَصَوا وكَانُوا يَعْتَدُونَ
Artinya:
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali Allah dan tali (perdamaian) manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah serta ditimpa kemiskinan. Demikian itu karena mereka kafir pada ayat-ayat Allah dan membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar. Hal itu disebabkan karena mereka durhaka dan melampaui batas,” (QS. Al Imran, 3:112)
Shuhbah Asy-Syaithaan (Bersahabat dengan Syaitan)
وَمَن يعشٍ عَن ذِكْرِ الرَّحمن نقيض لَهُ شَيْطَنا فَهُوَ لَهُ قرِينٌ
Artinya:
“Barangsiapa yang berpaling dari peringatan Yang Maha Pemurah (Alqur’an), Kami adakan baginya syaitan, lalu syaitan itu menjadi temannya,” (QS.Az Zukhruf 43:36).
An Nisyaan (Lupa Terhadap Diri Sendiri)
ولَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا الله فأنهم أنفسهم أوليك هُمُ الفَسِقُونَ
Artinya:
“Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang – orang yang fasiq,” (QS. Al Hasyr, 59:19).
Al-Fusuuq (Fasiq)
إن الله لا يستحي أن يضرب مثلاً ما بعوضة فما فوقها فأما الذين امنوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاالْفَسِقِينَ الذِينَ يَنقُضُونَ عهد الله من بعد ميشه ويقطعون ما أمر الله به أن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أولئك هم الخسرون
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau Yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka Yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang Kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk Perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya Petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu Teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk Menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah Orang-orang yang rugi,” (QS Al-Baqarah, 2:26-27).
An-Nifaaq (Nifaq)
وهُوَ القاهر فوقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةٌ حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ توَفَّتَهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُعْرِطُونَ * ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَتَهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الحُكْمُ وَهُوَ أسرع الحسين فل من يُنجكم من كانت التي وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا ووَخُفْيَة أين أنتجتنا من هديه لنكُونَنَّ مِن الشكرين
Artinya:
“Apabila dikatakan kepada mereka: marilah kamu tunduk kepada hukum yang diturunkan Allah dan kepada rasul, niscaya kamu lihat orang-orang munafik ! Berpaling dari kamu dengan sebenar-benarnya. Bagaimanakah jika mereka ditimpa cobaan karena perbuatan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu, sambil bersumpah “Demi Allah. Kami tidak menghendaki selain kebaikan dan perdamaian. Mereka itulah orang-orang yang Allah mengetahui apa-apa yang dalam hati mereka, dan ajarlah mereka dan katakanlah kepada mereka perkataan yang fasih (terung) tentang dirinya,” (QS. Al-An’aam, 6:61-63).
وَإِن يَكُن هُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ ( أفي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَمِ أَرْتَابُوا أَمْ تَخَافُونَأن تجيف الله عليهم ورسوله بن أُولَيكَ هُمُ الظَّلِمُونَ
Artinya:
“Jika mereka akan mendapat haknya, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah ada penyakit dalam hati mereka atau mereka masih ragu-ragu atau takut kalau Allah dan rasul-Nya akan menzalimi mereka? Bahkan mereka itulah orang-orang yang zalim,” (QS. An Nuur, 24:49-50).
Alqur’an mengandung beberapa hakikat seperti kalamullah, mukjizat, diturunkan kepada hati nabi, disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah.
Sifat-sifat yang diakibatkan apabila seseorang jauh dan lupa kepada Alqur’an seperti kesesatan yang nyata, sempit dada, kehidupan yang serba sulit, matahati yang buta, hati menjadi keras, zalim dan hina, bersahabat dengan syaithan, lupa terhadap diri sendiri, fasiq dan nifaq.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.