KULIAHALISLAM.COM – Waktu ibarat uang, maka gunakan waktu untuk bekerja keras membanting tulang, mencari nafkah sepanjang hari, hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan sanak saudara. Waktu ibarat pedang, maka gunakan waktu untuk agenda kegiatan yang berkah manfaat, meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan, perluas wawasan dan relasi antar sesama. Waktu ibarat kata kasih sayang, maka gunakan waktu untuk menebar senyum, menebar rasa cinta kasih dan kasih sayang buat keluarga terdekat dan teman-teman dan khalayak warga.
Hidup manusia ini sudah terlalu singkat dan sementara, jangan diperbuat lebih singkat lagi dengan sesuatu yang membuang buang waktu, atau berkumpul senda gurau yang sia-sia. Manusia berkarya dengan sesuatu waktu yang terbatas, waktu bergulir cepat sekali laksana kilat menggilas setiap jiwaraga umat manusia. Jalan raya di lingkungan sudah terlalu sempit, maka jangan dipersempit lagi dengan sesuatu permusuhan, kebencian, dan amarah sosial. Sebab, akan memicu kasus konflik gesekan. Relasi sosial semakin sempit, akibat jalanan lorong-lorong atau gang-gang kecil di blokir tutupi portal. Aktivitas warga warga semakin terhambat, relasi interaksi semakin tersumbat.
Hidup umat manusia didunia ini sangat singkat sekali, waktu berjalan begitu cepat setiap hari. Maka usahalah menjaga akal fikiran tetap segar waras berfikir sesuatu yang berguna. Maka rawatlah hati nurani dengan akhlak mulia, tersenyum, damai dan bahagia kondisi sekitar. Jangan kita sekali-kali pasang wajah cemberut. Tidak enak, membuang muka, dan menghasut. Melihat tetangga beli sepeda motor, kita sakit gigi. Tidak bisa bicara ngomong berhari-hari. Melihat tetangga beli televisi dan kulkas, kita sakit hati. Tidak bisa interaksi berbulan-bulan. Mendengar tetangga beli rumah baru, kita sakit kaki. Tidak bisa bergerak bertahun-tahun.
Boleh kita memburu jabatan tahta tahta dan kekuasaan setinggi-tingginya dengan menjilat, menginjak dan menindas rendahkan sesama. Namun, itu semua hanya kebanggaan sesaat dan ornamen perhiasan hidup di dunia saja. Ketika ajal maut kematian menjemput didepan altar rumah seseorang. Maka semuanya itu tidaklah berguna, sebab jabatan akan dimintai pertanggungjawaban amanah yang diberikan. Boleh kita meraih gelar prestise dan keilmuan dengan menempuh jalur pintas, mengelabui sistem dan melanggar norma etika hanya untuk mendapat ketenaran sesaat sahaja. Namun, itu semua hanya ketenaran sebentar dan asesoris simbolik hidup didunia saja.
Ketika ajal maut kematian menghampiri didepan teras kantor seseorang. Maka semuanya itu tidaklah bermanfaat, sebab malaikat tidak bertanya seberapa banyak gelar prestasimu, sudah berapa prestasi yang engkau dapat selama hidupmu didunia.
Boleh kita menumpuk harta benda material sebanyak-banyaknya sebagai bahan kebutuhan pokok keluarga dan investasi sanak saudara. Namun, itu semua hanya berhenti di liang lahat. Sebab manusia pergi menghadap kematian, hanya amal kebajikan sebagai bekal mulia kembali kepada Tuhan Allah SWT. Sebab, malaikat akan bertanya kepada setiap manusia adalah dari mana kamu dapatkan hartamu. Digunakan untuk membantu kegiatan apa saja. Tolong menolong kepada siapa saat di dunia.
Kuasa Tuhan Atas Manusia
Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhan mu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal”.(Qs. Al-Rahman ayat 26-27). “Dialah Tuhan yang menghidupkan dan mematikan, dan hanya kepada Nyalah kamu di kembalikan”.(QS. Yunus ayat 56). “Dan sungguh, kamilah yang yang menghidupkan dan mematikan dan kami pula lah yang mewariskan”.(Qs. Al-Hijr ayat 23). “Sungguh, kami yang menghidupkan dan mematikan. Dan kepada kami tempat kembali ssmua makhluk.(Qs-Qaf ayat 43).
“Maha suci Allah yang menguasai segala kerajaan. Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup. Untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalannya. Dan dia maha perkasa, maha pengampun”.(Qs. Al-Mulk ayat 1-2).
“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu dia menghidupkan kamu. Kemudian dia mematikan kamu kembali. Kemudian kepadanyalah kamu di kembalikan. Dialah Allah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu. Kemudian dia menuju ke langit, lalu dia menyempurnakannya, menjadi tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu”.(QS. Al-Baqarah ayat 29).
Firman Allah SWT: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disem-purnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”,(Q.S. Ali Imran: 185).
Sesungguhnya mengingat mati yang pasti akan dialami oleh setiap makhluk yang bernyawa itu akan mambantu untuk bersikap zuhud/sahaja terhadap dunia dan lebih mengutamakan meraih keberkahan pahala dari sisi Allah SWT.
Telah bersabda Rasulullah SAW: “Cukuplah mati itu sebagai peringatan bagi seseorang”.
Sabda Rasulullah SAW yang lain: “Perbanyaklah kalian mengingat kematian, sebab mati adalah membersihkan dosa dan menjadikan zuhud terhadap dunia”.
Ketika Rasulullah SAW ditanya perihal seseorang yang paling beruntung?, beliau menjawab: “Adalah orang yang paling banyak mengingat kematian, yang paling banyak persiapannya untuk menghadapinya. Itulah orang-orang yang beruntung. Mereka akan pergi dengan kehormatan dunia dan karamah akhirat”. Al-Hasan pernah mengatakan: “Kematian akan membongkar keburukan semua dunia sehingga ia tidak meninggalkan kegembiraan lagi bagi orang-orang yang mau berpikir.”
Dikisahkan: Adalah Umar bin Abdul Aziz pernah mengumpulkan para ulama untuk menceritakan kematian dan kiamat, kemudian mereka menangis seolah-olah di depan mereka ada jenazah. Dan adalah Al Hasan Al Bashri tidak pernah membicarakan dalam majlisnya selain hanyalah kematian, akherat dan neraka.
Abu Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pernah kulihat di masjid Kufah ada seorang tua yang semenjak 30 tahun lalu di masjid tersebut mengatakan: “Aku menunggu kematian menjemputku, maka sekiranya amendatangiku, aku tak memerintahkan dan melarang sesuatu apapun juga kepadanya.”
Dikisahkan: Pernah seorang Arab Badui menderita sakit, lantas dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya engkau akan mati.” Ia lalu bertanya, “Kepada siapakah aku akan dipergikan?”. Kawan-kawannya menjawab, “Kepada Allah Ta’ala!”. Orang Arab Badui tersebut kemudian berujar, “Mengapa aku tak suka dipergikan menghadap Dzat yang aku tidak melihat kebaikan kecuali daripada-Nya?”
Beginilah keadaan orang-orang yang telah mempersiapkan kematian dan tidak menyibukkan diri dengan dunia. Sebaliknya orang-orang yang lalai dari negeri akhirat hingga maut menjemputnya secara tiba-tiba, maka ia akan mendapatkan penyesalan dan kesedihan saat kedatangannya.
Dikisahkan: Berkata Abu bakar bin Abdullah Al Madani: Ada seorang laki-laki Bani Isarel yang amat gemar mengumpulkan harta, hingga akhirnya harta kekaya-annya tiada terkira banyaknya. Maka ketika laki-laki itu dihadapkan pada malakul maut, malaikat meme-rintahkan untuk mendatangkan hartanya lalu si laki-laki memandangnya dan menangis.
Malakul maut bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?, Sesungguhnya aku tidak akan berangkat hingga aku memisahkan antara roh dan badanmu!”. Kata si laki-laki itu, “Tolong berilah aku waktu sejenak hingga aku dapat membagi-bagikan hartaku.” Kata malakul maut, “Tidak mungkin! Tidak mungkin ada penundaan! Itu semua bisa engkau lakukan sebelum datangnya ajalmu!”. Malakul maut pun langsung mencabut nyawanya.
Dikisahkan: Diriwayatkan, bahwa bumi di hadapan malakul maut hanyalah bagaikan meja makan yang bisa ia raih sekehendaknya. Dan ada berita bahwasanya malakul maut mencabut nyawa kemudian menyerahkannya kepada Malaikat Rahmat atau Malaikat Siksa, dan inilah sesungguhnya makna firman Allah Ta’ala: Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”,(QS. As-Sajadah: 11).
Firman-Nya yang lain di dalam Al-Qur’an: “Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang diantara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”(QS. Al-An’am: 61).
Makna dari firman Allah SWT tersebut di atas, adalah bahwasanya ruh dicabut oleh Malakul maut, meskipun sesungguhnya yang mencabut adalah Allah SWT.
Allah berfirman: “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan, Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.(QS. Az-Zumar: 42).
Ketahuilah, bahwasanya kematian itu adalah berpisahnya roh dari tubuh. Roh itu terus ada dan mendapatkan kenikmatan dalam surga atau disiksa di dalam neraka. Apa yang ditemui pertama kali oleh roh saat berpisah dengan jasad berbeda-beda sesuai keadaan manusia itu sendiri.
Seorang mukmin yang selalu menghadap kepada Allah SWT, merasakan nikmat saat berdzikir kepada-Nya, dan menjadikan kehidupannya adalah jalan menuju tujuannya, dimana dunia baginya tidak lain hanyalah sarana yang digunakan sebagai perbekalannya dalam perjalanannya, maka dapat dikatakan jasadnya adalah laksana penjara bagi rohnya.
Maka sekiranya orang mukmin seperti itu meninggal dunia, berarti ia telah keluar dari penjara dan sampai kepada kecintaannya yang sesungguhnya. la tidak mempedulikan perihal perbekalan yang ditinggalkannya setelah melihat jelas apa yang dicarinya, kemudian tersingkap baginya pahala ketaatannya dan terciptalah kebahagiaannya.
Adapun bagi orang yang lalai dari Allah SWT, sehingga dirinya berpaling dari akhirat dan lebih disibukkan oleh dunia, berfoya-foya dengan kegemerlapannya, maka dia seperti seorang pencuri yang memasuki istana raja, lalu ia makan dan minum, lalai, dan melupakan siksaan dan hukuman balas dendamnya. Maka bagi orang-orang seperti itu akan tersingkaplah hukuman balasan atas segala perbuatannya.
Manusia Dalam Kehidupan
Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia. Melainkan agar mereka beribadah kepada ku. Wa khalaktul jinna wa Insa Illa liya buddun.(Qs. Az- Zariyat ayat 56).
“Dan, kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan sendagurau. Sedangkan negeri akhir itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”,(QS. Ali-Imran ayat 32).
“Sesungguhnya, kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan dia tidak akan meminta hartamu”.(Qs. Muhammad ayat 36).
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurau, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba dslam kekayaan dan anak keturunan mu, seperti hujan yang tanaman tanaman mengagungkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang sesaat/palsu”.(Qs. Al-Hadid ayat 20).
“Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang berfirman kepada Allah dan rasul-nya. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”.(Qs. Al-Hadid ayat 21).
Dengan demikian, umat manusia hidup di muka bumi dunia ini adalah sebagai manusia yang berkehendak bebas berfikir, peka hati nurani dan peduli sosial (khalifatullah) untuk beribadah kepada Tuhan, mempelajari kisah Ibrah dari nabi-nabi dan meneladani tauladan (uswatun hasanah) Rasulullah Saw dalam menyiarkan, menyuarakan dan memperjuangkan kemuliaan agama Allah SWT yakni agama Islam, dan juga sebagai makhluk (hamba Allah) yang memiliki karunia akal fikiran, kebebasan dan potensial tertentu untuk mengisi beragam aktivitas dalam sosial warga beragama kehidupan.
Karena itu, setiap umat manusia diberikan kehendak dan kebebasan untuk memilih target, ambisi, impian dan tujuannya hidupnya masing-masing. Ada manusia yang berorientasi untuk memburu jabatan tahta kekuasaan. Ada yang mencari lalu menumpuk harta benda kekayaan sebanyak banyaknya. Ada yang mengejar kepuasan material spiritual atau prestise tertentu untuk mendapatkan kesenangan, kedamaian dan kebahagiaan disekitar. Atau mencari sesuatu hanya untuk memenuhi hasrat kuasa nafsu syahwat sesaat dalam kemilau pesona kondisi sekitarnya.
Akhirnya, semua yang difikirkan, dikerjakan, atau dilakukan umat manusia terkait agenda menghidupkan ajaran agama, pun kegiatan sosial mencari nafkah rezeki untuk keluarga, belajar mengajar dan berkarya kontribusi kebajikan dalam aktivitas bermasyarakat.
Namun, segala sesuatu yang difikirkan dan dikerjakan manusia itu memiliki batas waktu, batasan waktu dalam amal semua itu. Yakni, segala sesuatu yang bernyawa, hidup tumbuh dan berkembang terkait umat manusia, flora fauna dan alam sekitarnya, akan berakhir dalam kondisi kering kerontang, berhenti mati secara jasadiyah di muka bumi didunia ini. Semuanya dalam genggaman kemahakusaan Tuhan yang maha esa atas setiap makhluknya, terkait hidup dan mati, rezeki dan sukses, manusia yang muslim dan kafir musyrikun, dan sebagainya. Semua akan kembali menghadap kepada Tuhan, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas segala amal perbuatannya selama hidup berkembang aktivitas di dunia dan alam sekitarnya, akan berakhir dalam kondisi kering kerontang, berhenti mati secara jasadiyah di muka bumi didunia ini. Semuanya dalam genggaman kemahakusaan Tuhan yang maha esa atas setiap makhluknya, terkait hidup dan mati, rezeki dan sukses, manusia yang muslim dan kafir musyrikun, dan sebagainya. Semua akan kembali menghadap kepada Tuhan, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas segala amal perbuatannya selama hidup berkembang aktivitas di dunia.