Oleh: Muhammad Satrio Wibowo Zaki*
Abu Ubaidah bin Jarrah adalah seorang sahabat nabi yang mulia, bernama lengkap Amir bin Abdullah bin Jarrah Al-Fihry Al-Quraiys beliau masuk Islam dari ajakan sahabat Abu Bakar As-Shiddiq saat berusia 28 tahun dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam).
Abu Ubaidah dikenal sebagai seseorang yang lemah lembut akan tetapi ahli dalam peperangan hingga menjadikannya salah satu panglima perang kaum muslimin dan dijuluki sebagai kepercayaan umat karena ahli dalam beberapa bidang.
Beliau juga salah satu dari sepuluh sahabat nabi yang telah dijamin masuk surga sebagaimana dalam hadis berikut :
أَنَّ سَعِيدَ بْنَ زَيْدٍ حَدَّثَهُ فِي نَفَرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَشَرَةٌ فِي الْجَنَّةِ أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ وَطَلْحَةُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ فَعَدَّ هَؤُلَاءِ التِّسْعَةَ وَسَكَتَ عَنْ الْعَاشِرِ فَقَالَ الْقَوْمُ نَنْشُدُكَ اللَّهَ يَا أَبَا الْأَعْوَرِ مَنْ الْعَاشِرُ قَالَ نَشَدْتُمُونِي بِاللَّهِ أَبُو الْأَعْوَرِ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَبُو عِيسَى أَبُو الْأَعْوَرِ هُوَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ
Artinya :
“Dari Sa’id bin Zaid pernah bercerita kepadanya mengenai beberapa orang (dikabarkan masuk surga), Rasulullah ﷺ bersabda, “Sepuluh orang (akan) masuk surga, yaitu: Abu Bakar masuk surga, Umar masuk surga, Utsman, Ali, Zubeir, Thalhah, Abdurrahman, Abu Ubaidah dan Sa’ad bin Abi Waqash.” Humaid berkata, “Jumlah mereka baru sembilan, sedang yang kesepuluh Sa’id diam, ” maka sebagian orang berkata, “kami bersumpah atas nama Allah siapa yang kesepuluh wahai Abul A’war!” Lalu Sa’id berkata, “kalian telah bersumpah dengan nama Allah kepadaku, (iya) Abu A’war masuk dalam surga.” Abu Isa berkata, “Abu A’war adalah Sa’id bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail.” (Sunan Tirmidzi No. 3681).
Di masa hidupnya Abu Ubaidah juga telah mengikuti perang-perang penting dalam sejarah Islam yang akhirnya membuat dia menjadi panglima perang andalan khalifah Umar bin Khattab serta membuat agama Islam menyebar luas hingga sekarang. Berikut ini perang-perang yang diikuti Abu Ubaidah :
Peperangan Masa Rasulullah SAW
Saat masa Rasulullah, Abu Ubaidah mengikuti perang badar, perang uhud dan perang khandaq. Dalam peperangan badar Abu Ubaidah membunuh ayahnya sendiri yaitu Abdullah bin Jarrah, keimanan Abu Ubaidah diuji di momen ini karena beliau harus membela agamanya dan membunuh ayahnya yang telah memerangi Islam.
Ia juga turut serta dalam perjanjian hudaibiyyah yang terjadi pada 628 M. Saat penaklukkan kota Mekkah (fathu Makkah) beliau ditunjuk sebagai pemimpin salah satu divisi yang dikerahkan oleh Rasulullah SAW. Setelahnya, ia ikut dalam perang Hunain dan perang Tabuk.
Peperangan Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Pada masa khalifah Abu Bakar, Abu Ubaidah menjalani beberapa peperangan penting, namun peperangan yang paling terkenal pada saat kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq adalah perang Yarmuk melawan pasukan Byzantium. Abu Ubaidah bersama Khalid bin Walid berperang melawan pasukan Romawi timur (Byzantium) yang terkenal kuat dan tidak mudah dikalahkan.
Perang ini dinamai perang Yarmuk karena peperangan ini terjadi di dekat sebuah sungai yang bernama sungai Yarmuk. Dalam peperangan ini pasukan muslim dipimpin oleh Khalid bin Walid dan pasukan romawi dipimpin oleh Theodore Sacellarius.
Pertempuran ini terjadi pada 15-20 Agustus tahun 636 M, kaum muslimin membawa sebanyak 36.000 pasukan dan Romawi timur sebanyak 240.000 pasukan. Dengan kecerdikan strategi dari Khalid bin Walid serta semangat juang yang besar dari pasukan muslim akhirnya pasukan Byzantium dapat dikalahkan dan menandai menyebarnya agama Islam diluar Arab.
Peperangan Masa Khalifah Umar bin Khattab
Saat kematian sang khalifah Abu Bakar dan akhirnya digantikan oleh Umar bin Khattab dalam sebuah peperangan. Khalifah yang baru yaitu Umar bin Khattab menggantikan posisi panglima perang utama dari Khalid bin Walid kepada Abu Ubaidah bin Jarrah.
Umar melakukan hal tersebut bukan karena urusan pribadi. Akan tetapi karena maslahat ketauhidan, umat Islam menganggap bahwa Khalid bin Walid tidak bisa dikalahkan dalam medan pertempuran.
Hal inilah yang membuat khalifah Umar khawatir, karena kaum muslimin menganggap kemenangan Islam adalah berkat Khalid dan apabila bukan karena Khalid maka pasukan muslimin tidak akan bisa menang dalam setiap pertempuran.
Mereka menganggap bukan karena Allah SWT kaum muslimin mendapat kemenangan dalam setiap pertempuran yang terjadi dan pada akhirnya Umar mencopot jabatan Khalid dan memilih Abu Ubaidah sebagai penggantinya.
Khalifah Umar bukan tanpa alasan menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai ganti dari Khalid bin Walid, secara kualitas dalam berperang ia sama baiknya dengan Khalid dan sikapnya yang lemah lembut membuat pasukan percaya kepadanya. Khalid pun bersedia bertempur dibawah kepemimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
Dengan jabatan barunya menjadi panglima tertinggi umat Islam, Abu Ubaidah berhasil menaklukkan Levant Tengah, Emesa, Yerussalem dan berhasil kembali mengalahkan paukan Byzantium di Damaskus. Dia juga mengirim pasukannya untuk menaklukkan seluruh Armenia hingga Ararat dan Anatolia utara dan Anatolia tengah.
Setelah pertempuran-pertempuran tersebut Abu Ubaidah akhirnya ditarik mundur oleh khalifah Umar bin Khattab dan menunjuknya sebagai gubernur di wilayah Syam. Saat menjadi gubernur di Syam alih-alih beliau mendapat harta dan kekayaan beliau lebih memilih untuk hidup sederhana, ia melaksanakan tugasnya sebagai gubernur dengan jujur dan adil.
Abu Ubaidah bin Jarrah juga meninggal di Syam dikarenakan terjangkit wabah penyakit yang menyerang wilayah tersebut
Seperti itulah kisah dari seorang sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah yang memiliki banyak sekali suri tauladan yang ada dalam dirinya. Semoga kisah tersebut dapat menjadikan kita sebagai orang yang lebih baik kedepannya dan semoga dengan adanya tulisan ini para pembaca lebih semangat dalam mencari tahu kisah-kisah nabi dan para sahabatnya yang mulia. Wallahu A’lam Bish-shawab
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan