KeislamanPendidikan

Mengenal Ilmu Mantik

2 Mins read

Mantik secara harfiah berarti berbicara atau berpikir, diterjemahkan dengan istilah logika formal yakni cabang filsafat yang mempelajari asas-asas dan aturan-aturan penilaian supaya seseorang dapat memperoleh kesimpulan yang benar.

Kata mantik dalam bentuk kata kerjanya “Nataqa Yantiqu” berulang kali disebut di dalam Alquran dan satu kali dengan kata mantik pada surat an-Naml ayat 16 yang artinya : ” Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata ; ‘ Hai manusia kami telah diberi peringatan tentang ucapan burung dan kami diberi segala sesuatu’. Sesungguhnya semua ini benar-benar satu tahun yang nyata”.

Aspek-aspek yang terdapat dalam ilmu mantik adalah. Pertama, ilmu tentang aturan berpikir. Kedua, ilmu untuk mencari argumentasi (dalil). Ketiga, ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran. Keempat, sebagai alat yang merupakan kaidah dan apabila kaidah ini dipelihara dan diperhatikan, maka nurani manusia dapat terhindar dari pikiran-pikiran yang salah.

Mantik juga disebut dengan dialektika yang artinya berbicara dengan maju ke arah pandangan, atau juga bisa disebut proses perubahan keadaan karena proses atau perjalanan pikiran memperoleh kemajuan sedikit demi sedikit.

Mantik mempelajari reasoning ( penalaran) yaitu proses budi manusia yang berusaha sampai pada suatu keterangan baru dari satu atau beberapa keterangan lain yang telah diketahui dan keterangan baru itu merupakan kelanjutan dari beberapa keterangan yang semula.

Keterangan-keterangan yang semula itu dinamakan premis ( mukadimah) sedangkan keterangan yang baru disebut kesimpulan (natijah/silogisme). Yang sesungguhnya dipelajari oleh logika (mantik) bukanlah proses senyatanya bagaimana budi manusia itu bekerja sehingga sampai pada satu kesimpulan, melainkan aspek-aspek yang konkrit pada penalaran yang telah diselesaikan.

Suatu Kesimpulan adalah benar apabila premis, baik premis minor maupun premis mayornya, mendukung kesimpulan yang diturunkan. Oleh karena itu, kalau seseorang menerima atau mengakui premis itu benar, maka dia wajib pula menerima kesimpulannya sebagai benar.

Tujuan mempelajari mantik adalah berpikir secara kritis dan teliti. Tidak hanya puas kepada pengalaman saja tetapi mencari dasar-dasar hukum yang dapat memberi penjelasan tentang pengalaman itu.

Orang yang mempelajari mantik akan memilih kata-kata yang tepat dengan pemikiran yang hendak mereka kemukakan, menyusun kalimat yang benar dan baik agar mudah dimengerti oleh orang lain sesuai dengan maksud yang dikehendakinya.

Jalan lebih spesifik, tujuan mempelajari mantik adalah untuk membahas hal ihwal tentang suatu persoalan dengan syarat-syarat dan jika syarat-syarat itu dapat dipenuhi maka manusia akan memperoleh apa yang telah dianggap benar.

Adapun faidah mempelajari ilmu mantik ada tiga. Pertama, melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa dan pikirannya. Kedua, mendidik kekuatan akal pikiran dan mengembangkannya dengan sebaik-baiknya melalui latihan dan mengadakan penyelidikan tentang cara berpikir.

Ketiga, menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan mengerjakan pekerjaan tepat pada waktunya. Keempat, membedakan pemikiran-pemikiran yang benar dan yang salah.

Ilmu mantik pada mulanya adalah hasil pemikiran filsafat Yunani kuno sejak abad ke-5 sebelum Masehi. Yang pertama menggerakkan ilmu mantiq adalah golongan Sofisme yang perguruannya hanya mementingkan soal-soal perdebatan. Peletak batu pertamanya adalah socrates dilanjutkan oleh plato dan dilengkapi oleh Aristoteles yang menyusun ilmu mantik ini dengan pembahasan-pembahasan yang sistematis.

Oleh karena itu, di kalangan filsafat Islam, Aristotels sebagai al-Mu’allim al Awwl (Guru Pertama).Setelah muncul filsuf muslim abad pertengahan, banyak tambahan dalam persoalan-persoalan ilmu mantik. Sebagai guru kedua atau al-Mu’allim as-Sani adalah Al Farabi (872-950), karena dia banyak memperbarui ilmu mantik ini.

Ilmu mantik yang tadinya hanya merupakan teori-teori belaka, oleh Al-Farabi dipelajari secara amaliah (praktik), artinya tiap-tiap premis diuji kebenarannya. Hal ini memberikan jalan kepada pembahasan pembahasan ilmu mantiq secara mendalam pada abad baru yang dipelopori Herbert Spencer dengan menggunakan percobaan-percobaan berdasarkan panca indra.

Demikian juga Rene Descartes dan Immanuel Kant yang dalam pembahasannya banyak berpedoman pada mantik dan tidak sedikit pula sumbangan mereka pada ilmu mantik abad baru. Ilmu ini banyak dipelajari filsafat Islam seperti Al Kindi, Imam Al Ghazali, Ibnu Rusyd dan lainnya.

148 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanSejarah

Perkembangan Sarekat Islam Di Indonesia

8 Mins read
Kuliahalislam.Sarekat Islam (SI) merupakan sebuah organisasi politik Indonesia yang paling menonjol pada awal abad ke-20, didirikan pada 10 September 1912. Sarekat Islam…
EsaiFilsafatKeislaman

Menjadi Pribadi Muslim Modern: Berpikir Irfani, Bertindak Burhani, Beramal Bayani

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM- Kita hidup sebagai manusia yang bersosialisasi dalam berbagai generasi dengan karakteristik dan cara berpikir yang berbeda-beda. Dari generasi Baby Boomers hingga…
Keislaman

Tujuan Agung Pernikahan dalam Islam: Membangun Peradaban dari Fondasi Keluarga Sakinah

4 Mins read
Pernikahan dalam pandangan Islam bukanlah sekadar ikatan sipil atau pemenuhan kebutuhan biologis semata. Ia adalah sebuah institusi suci, sebuah mitsaqan ghalizha (perjanjian…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Berita

Raker MPW PDM Lamongan, Masukkan Gerakan Waqaf

Verified by MonsterInsights