Esai

Menemukan Makna Perbedaan dan Menghindari Pertikaian

3 Mins read

Banyak orang yang keukeuh dan ngotot dengan persepsinya. Yaaa… bukan karena mereka tidak open minded tapi takut kalah gengsi saja kalau persepsi mereka kalah dengan presepsi orang lain.

Orang sekarang nyatanya lebih takut gengsi ketimbang hidup damai tanpa tekanan dan omongan sana-sini. Ya begitulah, memang zamannya seperti ini memang sulit untuk membuang gengsi. Kalau kalah argumen dengan persepsi yang dia bawa, maka lontaran kata yang memelintir telinga jadi senjata utama.

Tapi memang benar, kalau orang-orang sekarang lebih “sangar” ketika didunia maya, tapi “melempem” pada realitanya. Kalau boleh dikata, saya pernah dengar nasihat dari guru silat saya yang bunyinya, “mental kok mental tempe.” Agak ironis memang, berani hanya lewat ketikan bahkan sampai sering debat kusiran tanpa makna, apalagi esensi dan substansi.

Boleh dikata kalau menurut saya mentalnya mental mentul. Kalau berkaca dengan kenyataan yang ada, berbicara soal-menyoal ngotot bahkan fanatis hingga fatalis, maka yang ada kita kebanjiran fakta. Unik memang.

Kalau kemarin masyarakat kita menyandang predikat oleh Microsoft sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara, (Rosa 2022). Atau pada versi warta lain mengatakan warga internet (warganet) Indonesia menyandang gelar netizen paling tak sopan se-Asia Pasifik, (Miftahudin 2024).

Meskipun pengamatan tersebut dilakukan beberapa tahun lalu, namun rasanya masih relevan sampai saat ini. Tak ayal, warganet mudah tersulut emosi dan murka di media sosial, hingga terprovokasi karena hal yang tidak sejalan dengan pandangan ataupun persepsinya.

Nyatanya ini kontradiktif dengan julukan lama bangsa ini yaitu bangsa yang ramah dan penuh kesopanan layaknya kekhasan bangsa Timur yang bermoral lagi beretika. Dari segi karakteristik, memang bangsa Timur seperti bangsa kita ini tenar dengan sebutan bangsa yang penuh kesopanan dan menjunjung tinggi etika. Tapi kalau melihat lautan fakta, malah justru sebaliknya. Seolah menjadi paradoks bahkan ironi.

Baca...  Semangat Kaum Muda Meraih Kemajuan Negara (Memperingati Hari Pahlawan Nasional 2023)

Mengingat Nikmat Tuhan Lewat Angkringan

Tapi yasudahlah… mungkin ini saatnya kita makan dulu karena obrolan seperti ini enaknya bersanding dengan makanan yang anget-anget. Apalagi kalau makannya nasi kucing dengan sambal yang “maknyus” ala semboyan pak Bondan, sangat menggoda apalagi ditemani teh hangat sehangat isu yang sedang dibicarakan di angkringan.

Siapa yang tidak kenal makanan sederhana murah meriah dan lezat ini. Sampai malam itu tiba ketika saya lapar setelah seharian mengerjakan tugas yang bikin pusing tujuh keliling.

Malam itu saya dalam perjalanan dengan teman saya, maksudnya mau mengisi perut dengan budget pas-pasan dengan nasi kucing angkringan.

Saya bonceng motor melihat suasana yang kebetulan malam minggu, jadi banyak orang lalu-lalang melepas penat setelah sepekan. Jalanan ramai dan kebetulan angkringan yang kami kenal dengan “sego bandeng” yang enak serta nagih sambalnya.

Motoran lima menit akhirnya sampai. Sebelum memesan, teman saya berpesan “beli nasi dan sambal saja, tidak usah nasi kucing karena di kos ada lauk tahu goreng”.

Seperti biasa, percakapan hangat di dalam tenda angkringan selalu melekat dibalut dengan suasana sederhana. Seperti pada umumnya pedagang dan pelanggan yang gemar bercerita berbagi rasa dari pengalaman hidupnya menjadi lauk tambahan ketika nongkrong di angkringan. Karena kala itu ramai dan kursinya penuh, kami putuskan untuk beli dua porsi nasi kucing dibungkus saja. Tidak jadi beli nasi dan sambal saja.

Sembari menunggu nasi kucing yang disiapkan, saya kepikiran karena suasana angkringan yang tidak pernah berubah dengan kesederhanaannya. Karena begini, banyak orang yang punya punya cita-cita tinggi tapi mengabaikan orang dibawahnya. Sedangkan dilihat dari angkringan ini, saya jadi kepikiran betapa Allah itu baik sekali dalam mengatur hidup manusia. Kok bisa?

Baca...  Fenomena Karakter Manusia Modern

Menemukan Kesadaran Akan Perbedaan Setelah Jajan

Pedagang angkringan yang hidup sederhana, tidak banyak memikirkan hal lainnya dengan orientasi yang penting besok bisa makan itu sebuah hal yang luar biasa. Karena orang dengan mindset sederhana dan simpel itu enaknya luar biasa.

Mereka tidak banyak mikir hal-hal yang kebanyakan orang pikirkan, hidup lebih damai dan tenang dibandingkan orang dengan mindset yang ruwet dan rela melakukan apapun demi tujuannya.

Akhirnya nasi kucing kami selesai dibungkus dan pulang. Setelah sampai di kos, saya bicara dengan teman saya kalau saya beli nasi kucing sekalian. Lantas dia tanya “kenapa tidak beli nasi putih dan sambal saja, toh sudah ada tahu goreng di sini”.

Saya balas “ya sekalian supaya tidak kasian pedagangnya”. Karena dalam pikiran saya kalau beli nasi dan sambal saja itu mencederai etika jajan. Kurang etis saja, kasihan pedagangnya kalau beli nasi dan sambal saja nanti nasi dan sambalnya duluan habis.

Sementara bandengnya masih, kasian pelanggan lain mengalami kekurangan komponen di dalam porsi jajan nasi kucingnya. Karena kebetulan saya ini tipikal baperan karena juga mikir perasaan orang lain. Yasudahlah, kami duduk bersama sembari membuka bungkus nasi kucing dan mencomot tahunya.

Akhirnya jadi sadar kalau setiap persepsi itu ada barokahnya. Sebagaimana Allah menciptakan perbedaan sebagai rohmah, tentu tidak berwarna jika dunia dibuat tanpa ada perbedaan, baik secara fisik maupun pikiran.

Seperti persepsi beli nasi kucing sekalian tidak hanya nasi dan sambalnya saja ternyata memiliki menyadarkan bahwa dalam merespon satu hal harus utuh, lengkap dengan semua komponennya.

Sama seperti halnya merajut harmoni dan kedamaian di dunia maya, kita seharusnya mendengarkan setiap persepsi pandangan yang beragam supaya mendapat pemahaman yang utuh. Bukannya fanatik buta yang mengakibatkan gesekan dan saling terluka hanya karena tidak mampu menerima perbedaan.

Baca...  Mengatasi Kecemasan dengan Terapi Salat Malam

Sumber Referensi

Miftahudin, Husen. 2024. “Warganet RI Disebut Jadi Netizen Paling Tak Sopan, Ini Faktanya.” Medcom.Id. https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/ZkeZPx5K-warganet-ri-disebut-jadi-netizen-paling-tak-sopan-ini-faktanya.

Rosa, Maya Citra. 2022. “Penyebab Netizen Indonesia Disebut Paling Tidak Sopan Se-Asia Tenggara.” Kompas.Com. https://www.kompas.com/wiken/read/2022/03/26/110500081/penyebab-netizen-indonesia-disebut-paling-tidak-sopan-se-asia-tenggara.

1 posts

About author
Mahasiswa S1 PAI UIN Raden Mas Said Surakarta. Aktif menulis di beberapa website dan jurnal ilmiah. Menjabat sebagai ketua Forum Diskusi dan Riset Ilmiah Fakultas Ilmu Tarbiyah.
Articles
Related posts
Esai

Agenda Umat Manusia Hidupnya Didunia (Misteri Ajal Kematian)

7 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Waktu ibarat uang, maka gunakan waktu untuk bekerja keras membanting tulang, mencari nafkah sepanjang hari, hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga…
Esai

Muhammadiyah Abad Kedua: Ideologisasi dan Kaderisasi

6 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Persyarikatan Muhammadiyah adalah organisasi Islam modernis, yang bergerak dibidang pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan serta berkembang inovasi dalam bentuk pelayanan…
Esai

Memahami Hakikat Kematian

5 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada- yya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Sesungguhnya termasuk nasehat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Esai

Agenda Umat Manusia Hidupnya Didunia (Misteri Ajal Kematian)

Verified by MonsterInsights