(Sumber Gambar: dok, Redaksi Kuliah Al-Islam) |
KULIAHALISLAM.COM – Manusia dalam mengembangkan dan mengkristalisasikan sifat-sifat Tuhan dalam menjalani kehidupan nyata, sebab manusia menghadapi dinding penghalang, cobaan, dan rintangan yang menghalangi seseorang dalam mencapai tujuannya.
Sarana atau cara untuk mengkristalisasikan sifat tuhan tersebut adalah untuk tidak makan dan minum, dengan kata lain yaitu menjalani ibadah puasa ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan sarana atau cara manusia, masyarakat dalam mengontrol, mengendalikan diri dari setiap hawa nafsu atau keinginan dalam diri.
Puasa adalah sarana atau perintah agama yang dilaksanakan oleh umat islam, puasa tidak hanya sebatas menggugurkan kewajiban atau melaksanakan ibadah ritual semata. Melainkan, dari perintah puasa tersebut berdampak positif dengan kesalehan sosial, seperti menumbuhkan saling tolong-menolong, kebersamaan, bersedekah, berinfaq, kasih sayang, empati dan persaudaraan antar sesama manusia..Juga, perasaan sama-sama lapar, haus, dan makan diwaktu yang sama. Mampu membuat manusia memiliki rasa empati dan kebersamaan tanpa membedakan latar belakang budaya, jabatan, dan profesi.
Puasa (Saum) menurut bahasa arab adalah “menahan dari segala sesuatu”. Seperti menahan makan, minum, dan menahan berbicara yang tidak bermanfaat, seperti mencaci maki, melaknat, dan berbohong,dll.
Menurut Hasby Ash-Shiddiq, puasa bisa menjadikan orang mampu membiasakan diri untuk dapat bersifat dengan sifat tuhan, yaitu tidak makan dan minum meskipun untuk sementara waktu. Sekaligus dapat menyamakan diri dengan orang orang yang muraqobah. Menurut bahasa, puasa berarti “menahan diri”, menurut syara, ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya dari mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari, karena perintah Allah semata-mata serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu.
Sesungguhnya harkat dan martabat manusia adalah tergantung pada kesanggupannya untuk mengendalikan diri. Banyak ulama fikih, mengatakan bahwa puasa adalah menahan diri dari kedua nafsu yang pada umumnya “merajai” dan memperdaya manusia, yaitu nafsu perut dan nafsu seksual.
Syekh Imam Nawawi dalam Tafsirannya Al-Munir Juz 1, mengatakan bahwa, nafsu perut merupakan segala penyakit dan cacat diri, baik jasmani dan rohani. Nafsu perut lazimnya diikuti nafsu seksual. Sebab dengan mengosongkan perut, gejolak nafsu seksual relatif mudah dikontrol.
Apabila manusia mampu memanage, mengendalikan kedua nafsu tersebut, maka akan mudah me-manage nafsu-nafsu yang lain seperti serakah, sombong, kikir, menggunjing dan melaknat,dll.
Tujuan puasa;1). meningkatkan taqwa, 2).) mengendalikan hawa nafsu, 3). melipatgandakan pahala, 4). mensyukuri kemudahan syariat Allah swt. Jenis-jenis puasa, Puasa ramadhan, nazhar, kafarat, dan qodha. Juga puasa sunnah, seperti puasa senin-kamis, arafah, syawal, as-syura, syaban, dan daud,dll.
Nilai sosial Puasa Ramadan
Menurut Drs.Su’aib, H.Muhammad, MAg. Dalam bukunya, 5 Pesan Al-Qur’an jilid pertama, mengatakan ada beberapa hikmah berpuasa ramadhan, Yaitu antara lain;
1. Puasa dapat membiasakan seseorang untuk takut kepada Allah swt, baik dalam keadaan sendiri maupun dengan orang banyak. Sebab, orang yang sedang melakukan puasa ini tidak ada petugas yang mengawasi kecuali Tuhannya.
2. Puasa dapat menurunkan ketegangan syahwat dan dapat menjadikan jiwa seseorang di dalam menghindari berbagai keinginan dan konsentrasi mengerjakan apa yang mendapat ridha Allah swt.
3. Puasa dapat melatih diri untuk bersikap kasih sayang, yaitu sikap yang dapat mendorong orang menjalankan puasa untuk berinfaq dan bersedekah. Ketika ia merasakan lapar, maka akan teringat kepada kaum miskin yang tidak mempunyai makanan.
4. Puasa dapat makna persamaan antara pihak kaya dan miskin, raja dan rakyat. Diantara mereka tidak terdapat perbedaan, semuanya diwajibkan menjalankan puasa.
5. Puasa dapat membiasakan umat untuk teratur di dalam melaksanakan kehidupan, yaitu mereka berbuka pada waktu yang sama dan tidak ada seorang pun yang mendahului.
6. Puasa dapat dijadikan sebagai pelebur bahan-bahan yang mengendap di dalam tubuh (seperti lemak). Terlebih di dalam tubuh orang-orang yang mampu dan mempunyai daya tampung makan banyak, tetapi sedikit gerak. Puasa juga membersihkan perut besar dari berbagai kotoran dan racun yang merupakan akibat terlalu kenyang.
Salah satu tujuan dan makna dari ibadah puasa adalah terciptanya manusia/insan (muttaqien) pribadi yang bertaqwa, didalam muttaqien, ada 2 dimensi, yakni kesalehan individual dan kesalehan sosial.
Dalam berpuasa, kesalehan individual adalah dimana setiap individu menjalani setiap perintah Seperti sholat, zakat, sedekah, haji,dll. Dan menjauhi segala larangan dalam agam islam, seperti saling mencaci maki, melaknat, menggunjing, konflik-tawuran, kikir-boros dan sombong antar sesama manusia.
Kesalehan sosial, adalah dimana setiap ibadah yang dilaksanakan setiap individu harus berdampak positif atau memberikan manfaat pada diri sendiri dan lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, tujuan atau makna ibadah puasa adalah dimana setiap manusia/insan dapat meningkatkan taqwa, mengendalikan hawa nafsu, dan menciptakan nilai tolong menolong, kasih sayang, kebersamaan, empati dan persaudaraan antar sesama manusia.