Penulis: Hilmy Harits Putra Perdana*
Pada tanggal 4-5 April 2024, Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Talun mengadakan kegiatan yang bertajuk ‘Buka Bersama dan Sahur Bareng’.
Yang mana dalam penyelenggaraannya dinaungi oleh Departemen Dakwah PAC IPNU IPPNU Kecamatan Talun dan bekerja sama oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang (DKAC) Corp Brigade Pembangunan (CBP) dan Korp Pelajar Putri (KPP) Kecamatan Talun.
Kegiatan buka bersama ini diselenggarakan mulai pukul 16.00 – 20.00 WIB sekaligus salat tarawih bersama, kemudian dilanjutkan forum diskusi bersama alumni CBP KPP dari DKAC Kecamatan Talun pada pukul 20.00 – 24.00 WIB.
Setelah forum diskusi selesai dilanjut dengan sahur bareng dan salat subuh berjamaah. Peserta dari kegiatan ini meliputi pengurus PAC IPNU IPPNU Kecamatan Talun dan seluruh Pimpinan Ranting (PR) IPNU IPPNU se-Kecamatan Talun.
Kegiatan ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Misbahul Munir Desa Kendalrejo Kecamatan Talun Kabupaten Blitar. Dalam rangkaian acara sahur bareng, turut menghadirkan alumni CBP KPP Kecamatan Talun yaitu rekan Gusti dan rekanita Khoir sebagai pemantik.
Diskusi yang berlangsung malam itu disambut hangat oleh para peserta, karena pemantik yang dihadirkan adalah kader-kader terbaik NU yang ahli dalam bidangnya. Mereka yang telah menjadi alumni pasti memiliki banyak pengalaman dalam sepak terjangnya di pengkaderan NU yang paling awal ini.
Sehingga tidak diragukan lagi bahwa para pemantik memiliki tips dan trik dalam formula organisasinya. Diskusi itu mengusung tema “Apa itu Ikhlas? Apa itu Khidmah?” yang mana tema ini sangat relevan hari ini.
Mengingat ini adalah dua elemen penting yang menjadi dasar dalam perjuangan di IPNU IPPNU.
Rekanita Khoir membuka perdiskusian dimulai dari pengantar mengenai peta pengkaderan PAC Talun yang kian hari semakin menyusut, dari sudut pandang kualitas dan kuantitas anggotanya.
Ia berharap bahwa problematika seperti itu harus segera dibereskan dan harus menjadi titik fokus dalam setiap perjalanan pengkaderan. Ia juga berharap bahwa 14 ranting yang ada di Kecamatan Talun hidup semua.
Hal ini sejalan dengan sosio-historis dari PAC Talun yang dulunya sempat memiliki kader aktif yang melimpah. Kuantitas yang unggul adalah dampak dari baiknya pengelolaan organisasi dan pengkaderan secara masif.
Jika dilihat dari sudut pandang umum mengenai pengembangan kuantitas dan kualitas anggota, memang setiap zaman memiliki ciri khas dan karakteristik pola pengakderannya masing-masing.
Rekanita Khoir juga memberikan motivasi atas refleksi kepengurusan sebelumnya bahwa yang terpenting dalam pengelolaan organisasi yaitu istiqomah. Hal yang mudah ketika menciptakan sebuah kepengurusan, tetapi hal yang sulit untuk menjaga kepengurusan agar tetap utuh dan solid.
Harapan alumni kepada kepengurusan tahun ini adalah untuk mengembalikan “singa yang tertidur” di dalam PAC Talun, sehingga PAC Talun kembali memiliki power dan eksistensi yang kuat di tengah-tengah dunia modernitas dan masyarakat yang konsumtif.
Di sesi yang kedua, pemantik berikutnnya adalah rekan Gusti. Ia juga merupakan kader terbaik PAC Talun yang hari ini, ia juga menjadi pengurus di Pimpinan Cabang IPNU Kabupaten Blitar. Tidak panjang lebar apa yang ia sampaikan.
Namun penyampaian dari pemantik sangat berbobot dan penuh dengan makna-makna yang dalam. Menurut rekan Gusti, pelajar NU hari ini dihadapkan pada dua tantangan.
Pertama, pelajar NU hari ini memiliki tantangan yang sebetulnya ini menjadi iklim yang lumrah dalam organisasi.
Kerap kali kita menjumpai anggota yang mudah ceklek atau patah semangat dalam menjalankan organisasinya. Menurut rekan Gusti, hal ini sebetulnya boleh-boleh saja, tetapi yang harus diperhatikan adalah, apakah anggota itu terlarut dalam kepatahannya atau mencoba untuk bangkit.
Pilihan yang pertama menghadapkan anggota yang putus asa dan tidak ingin lagi melanjutkan khidmah dalam organisasi. Pilihan ini sebegai konsekuensi atas kelemahan diri untuk bangkit.
Walaupun banyak faktor yang menjadi alasan kenapa anggota itu bisa putus asa. Beberapa alasannya seperti lingkungan organisasi yang tidak mendukung, ada conflict interest yang terjadi dalam organisasi maupun ekspektasi anggota itu sendiri yang terlalu tinggi untuk mengharapkan imbalan dari organisasi.
Rekan Gusti menekankan kembali bahwa organisasi ini tidak memberimu imbalan langsung secara material, tetapi berbentuk imbalan yang tidak kita sadari. Banyak hal yang didapatkan yang lebih dari hanya sekadar materi, soft skill dan personal branding misalnya.
Pilihan yang kedua adalah kebangkitan dari rasa malas dan putus asa tadi. Apakah pelajar NU mau bangkit untuk terus berjalan atau hanya berhenti di tengah jalan? Itu adalah pilihan masing-masing individu.
Rekan Gusti menegaskan bahwa jeda itu juga diperlukan, dalam arti lain istirahat itu diperlukan untuk proses selanjutnya. Pelajar NU hari ini harus segera membawa perubahan, bukan hanya dalam wilayah output saja, namun juga dalam internal organisasinya juga.
Penataan organisasi dan komunikasi yang aktif adalah aspek penting dalam kesuksesan sebuah program kerja.
Menurutnya semua anggota berhak untuk mencari jalan prosesnya masing-masing, menjalani perjuangannya dengan cara masing-masing. Yang harus digaris bawahi adalah tanggung jawab dan amanah dalam menjalankan proses itu.
Sehingga tidak menimbulkan kekacauan dan stagnasi roda organisasi. Jika dilihat dari sudut pandang orientasi, menurutnya organisasi IPNU IPPNU ini sangat kompleks. Tidak dapat dipungkiri bahwa organisasi ini tidak terlepas dari bidang kemasyarakatan, keagamaan, nasionalisme dan sosial.
Maka dari itu menurut rekan Gusti, IPNU IPPNU harus memiliki anggota yang multitalent yang aktif serta bermental tangguh agar bisa mengisi pos-pos penting dalam perjuangan.
Selain itu, bergabungnya kita dalam organisasi IPNU IPPNU juga salah satu cara untuk menunjukan eksistensi menjadi santrinya KH. Hasyim Asyari.
*) Kader IPNU IPPNU PAC Kecamatan Talun Kabupaten Blitar