Penulis: Husnul Khotimah*
Alpha girl’s kata yang tak lagi asing didengar apalagi dikalangan para perempuan, terutama pada mereka dengan sejuta impiannya, bahkan tak jarang banyak perempuan yang menginginkan diri mereka menjadi seorang alpha. Alpha girl atau alpha female adalah mereka para perempuan yang memiliki prinsip yang kuat, karakter yang menonjol, mandiri, bahkan tak jarang mereka menjadi role model bagi bawahan atau orang-orang disekelilingnya.
Dalam kerumunan alpha female biasanya akan terlihat lebih menonjol dari pada orang-orang disekitarnya, sebab kemampuan yang dimilikinya dalam mengorganisir, mengerakkan, dan memipin diskusi atau lainnya. Alpha female bukanlah status yang dapat diklaim sendiri, namun ini merupakan status di dalam kelompok, artinya status ini bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain. (Manampiring. 2015:15)
Berbicara tentang alpha girl’s dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam (PAI) bukanlah hanya tentang seorang perempuan dan pendidikan atau perempuan dengan agama Islamnya, namun seorang perempuan yang berpendidikan dengan benteng agamanya.
Menjadi bekal paling berharga dalam menjalani kehidupan pendidikan memberi banyak manfaat bagi mereka yang mau menenpuhnya. Perempuan yang pernah mendapat kekangan dalam menempuh pendidikan pada masanya namun terus melangkah adalah para perempuan-perempuan hebat, sebab mereka tahu bahwa pendidikan adalah bekal terbaik sepanjang masa.
Pendidikan yang dimaksud bukanlah hanya tentang lembaga pendidikan yang berbentuk sekolah seperti saat ini, namun pendidikan yang dapat diperoleh dari lingkungan seperti orang tua yang mengajarkan kepada anaknya cara hidup sehari-hari, tradisi yang berlaku, keterampilan yang selama ini dimiliki oleh orang tuanya yang kemudian diajarkan kepada anak-anak mereka agar suatu saat dapat hidup dengan baik tanpa suatu kesulitan, juga merupakan pendidikan terbaik sepanjang masa. (Siswoyo et al. 2007:142)
Menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan tidak hanya oleh laki-laki namun juga para perempuan-perempuan muslim, menuntut ilmu mesti dilakukan dengan hati yang ikhlas dan gembira, agar selama prosesnya tidak menjadi beban bagi yang menjalankannya. Alpha female bukanlah status yang hanya didapat dengan keberanian namun beriringan dengan ilmu yang dimiliki oleh penyandang status alpha tersebut.
Namun untuk menjadi seorang alpha muslimah yang gemar menuntut ilmu tentu harus memperhatikan tujuan akhir dari menuntut ilmu tersebut. Dalam agama Islam seorang yang berilmu atau berpendidikan haruslah dekat kepada Allah SWT.
Ilmu yang dimilikinya haruslah membuat ia dekat kepada Allah bukan malah membuatnya jauh atau bahkan menjadikannya sombong atas ilmu yang dimilikinya jika hal tersebuat terjadi pada seorang perempuan muslim maka jauhlah ia dari status alpha muslimah sesungguhnya.
Menjadikan keridhoan Allah SWT sebagai tujuan akhir dalam menuntut ilmu adalah hal yang paling tepat untuk dituju. Sebab dari-Nya lah kita berasal dan akan kembali pula kepada-Nya, tidak ada tujuan terbaik selain Allah SWT. Dan bagi siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan tertinggi baginya maka celakalah ia, sebab dunia hanyalah tempat bersenda gurau dan permainan yang sementara, sebagaimana firman-Nya dalam Alqur’an:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamanya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudan menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadid:20)
Begitulah Allah menasihatkan para hamba-Nya agar tidak tertipu dengan dunia yang sejatinya hanya sebentar saja. Dalam hal ini bukan berarti seorang alpha muslimah harus mengabaikan dunia sepenuhnya tanpa peduli hal duniawi apa-pun yang kemudian harus memprioritaskan akhirat, tentu saja tidak perlu diingat memperioritaskan akhirat bukan berati melepas dunia. Maksudnya adalah tetap menjadi perempuan dengan sejuta impian dan kerja keras namun tidak melupakan Allah dalam prosesnya dan tidak terlalu obsess dengan dunia sehingga melupakan akhirat. (Abi. 2020:9)
Menyadari betapa mengiurkannya dunia tentu membuat setiap orang harus memiliki benteng yang kuat untuk menjalani kehidupan salah satunya dengan pendidikan dan agama. Menjadi gendre yang pernah direndahkan pada masanya membuat para perempuan sadar harus bangkit dari keterpurukan yang menimpanya.
Menjadi alpha female adalah salah satu bentuk kebangkitan dari kaum perempuan, berbentengkan pendidikan membuat tidak sedikit para perempuan akhirnya dipandang dan memiliki peran dimasyarakat. Alpha girl tidak melihat pendidikan hanya sebatas fase hidup atau kewajiban yang diperintahkan orang tua, namun alpha girl melihat pendidikan sebagai bekal untuk kelak bisa mandiri dalam situasi apa pun, di mana pendidikan juga dapat membuka pintu untuk bekerja dan mandiri secara finansial. Dan dengan pendidikan, alpha girl ingin menjadi perempuan dewasa yang cerdas secara akademik maupun non akademik serta memiliki karakter dengan high quality. (Manampiring. 2015:29)
Tidak hanya melalui pendidikan, agama islam juga memberikan keistimewaan terbaik bagi perempuan, salah satunya pemberian nama surah dalam Al-Qur’an yaitu An-Nisa (wanita) surah ini menjadi salah satu dari banyak bukti betapa agama memuliakan perempuan. Melalui pengajaran pendidikan agama islam, Al-Qur’an juga mengajarkan tentang kesetaraan kedudukan pada laki-laki dan perempuan. Melalaui firman-Nya:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudiam kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti.” (Q.S. Al-Hujurat:13)
Ayat ini mengajarkan bahwa setiap perempuan punya hak yang sama dengan laki-laki baik dibidang pendidikan, dan pengajaran, tanggung jawab dalam keluarga maupun masyarakat, dengan begitu agama memberi support penuh pada para perempuan untuk menjadi alpha girl, yang berarti bahwa untuk menjadi alpha girl muslim, perempuan dibenarkan untuk menempuh pendidikan dan bekeraja selama terjamin kehormatan dan keselamatannya serta mampu menjaga norma-norma agama dan susila. (Mistiani, 2019)
Dan agama Islam memberikan banyak contoh para perempuan alpha yang sesungguhnya pada masanya. Alpha gril’s berpendidikan dengan benteng agama bukanlah mereka yang bermalas-malasan ditempat tidur sepanjang hari, namun mereka yang gemar bekerja keras hingga sukses, seperti Khadijah binti Khuwalid.
Alpha gril’s berpendidikan dengan benteng agama bukanlah mereka yang senang menari ria di depan ponselnya tanpa rasa malu, namun mereka yang memiliki rasa malu tinggi dengan menundukkan kepala serta menjaga kehormatannya, seperti Fatimah binti Rasullulah SAW.
Alpha girl’s berpendidikan dengan benteng agama bukan mereka yang bersembunyi dibalik kerumunan, namun mereka yang tampil gagah berani membela kebenaran, seperti Shafiyah binti Abdul Muthalib. Dan Alpha girl’s berpendidikan dengan benteng agama bukanlah mereka yang malas belajar hingga kebodohan datang namun mereka yang semangat belajar hingga kecerdasan datang, seperti Aisyah binti Abu Bakar ra. (Pratiwi. 2008:3)
Referensi:
Annisa Pratiwi. (2008). 10 Kisah Hidayah Shahabiyah.Tanggerang Selatan. Ahlan Pustaka. 3-51
Dwi Siswoyo dkk. (2007) Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY Prees.141-143
Henry Manampiring. (2015) The Alpha Girl’s Guide (Menjadi Cewek Smart, Independen, dan Anti Galau). Jakarta Selatan. Gagas Media. 12-30
Mistiani, W. (2019). Kedudukan Perempuan dalam Al Quran dan Hadis (Status of Women in The Quran and Hadis). Jurnal Musawa, 39.
Rian Hidayat Abi. (2020). Jadi Pelajar Harus Sukses. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. 9-12
*) Institut Agama Islam Negeri Pontianak.
Editor: Adis Setiawan