Oleh: Muchamad Rizki Syahroni, Mahasiswa UIN Sunan Ampel
KULIAHALISLAM.COM – Ketenangan jiwa adalah sesuatu hal yang sangat di inginkan oleh manusia. Semua manusia di dunia ini sangat menginginkan ketenangan jiwa dalam hidupnya dan manusia rela melakukan apa saja demi mendapatkan ketenangan jiwa menurut versinya masing-masing.
Dan di era modern ini banyak sekali hal-hal yang membuat kita gelisah karena persoalan dunia, entah dari tugas sekolah, perkara pekerjaan bahkan rumor krisis ekonomi yang membuat kita semakin panik dan resah dengan kondisi saat ini, semua hal itu berdampak kepada jiwa kita yang selalu merasa tertekan, lalu bagaimanakah agar mendapatkan ketenangan jiwa?
Banyak manusia modern yang mengalami kegelisahan batin akibat dari kemajuan iptek yang berporos pada rasionalitas, sehingga manusia merasa terasing dalam kehidupannya, karena itulah manusia mencari penyejuk jiwa atau penenang batin sesuai dengan fitrahnya.
Menurut Sayyed Hosein Nasr manusia mencari sesuatu yang hilang dari dirinya yaitu kebutuhan spiritual yang selama ini tidak tersirami atau disebut sebagai the mystical Quest atau pencarian spiritual yang yang merupakan wujud kerinduan sang jiwa untuk kembali ke tempat asalnya yaitu Tuhan.
Imam al-Qurthubi (Priyatna, 2017) menjelaskan bahwa jiwa yang tenang ialah jiwa dan yang yakin bahwa Allah adalah Tuhannya dan tunduk kepada Allah. Imam Mujahid menjelaskan bahwa tenang merupakan sikap ridha kepada ketentuan Allah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abbas menerangkan bahwa tenang yang dimaksud ialah tenang dengan berharap pahala-pahala hanya dari Allah. Sayyid Quthb juga menjelaskan bahwa ketentangan jiwa ialah;
Tenang dalam kebahagiaan dan kesengsaraan, dalam keluasan dan kesempitan, dalam nikmat dan dalam ketiadaan nikmat. Tenang, maka tidak ragu; tenang, maka tidak menyeleweng; tenang, maka tidak akan tersesat di jalan; dan tenang, maka tidak kan kebingungan di hari penuh dengan keguncangan dan menakutkan (hari kiamat).
Sedangkan Abd Al-Qadir Jailani menjelaskan bahwa orang yang tenang jiwanya ialah orang yang selalu membekali diri di dunia untuk kehidupannya di akhirat dengan ketakwaan dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
Mereka akan selalu ridha terhadap ketetapan Allah. Saat senang maupun susah, hati mereka tidak akan terguncang, sebab mereka tidak peduli terhadap kehidupan di dunia yang haus kekuasaan dan kemewahan.
Mereka selalu mengutamakan kehidupan akhirat yang kekal dan selalu menjalankan amal-amal saleh, yang akan mendekatkan diri mereka kepada Allah. Hingga akhirnya mereka akan mendapatkan.
Derajat yang tinggi serta selamat dari siksa dan memperoleh kenikmatan rohani, yaitu ketenangan jiwa (Saripah dkk., 2017). Orang yang jiwanya tenang adalah orang yang selalu membekali dirinya dengan ketakwaan untuk kehidupan akhirat dan selalu menahan diri dari perbuatan maksiat.
Mereka akan selalu rida terhadap ketetapan Allah. Saat mereka senang atau sedih, hati mereka tidak goyah karena tidak peduli dengan kehidupan di dunia yang haus akan kekuasaan dan kemewahan.
Mereka selalu mengutamakan kehidupan yang kekal setelah kematian dan selalu beramal yang mendekatkan mereka kepada Allah. Hingga akhirnya mereka akan mendapatkan derajat yang tinggi serta selamat dari siksa dan memperoleh kenikmatan rohani, yaitu ketenangan jiwa.
Dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa ketenangan hati akan diperoleh dengan mengingat Allah atau melalui zikir. terdapat dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d ayat 28, yakni;
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ
بِذِكْرِ اهللِّٰۗ اَلََ بِذِكْرِ اهللِّٰ تَطْمَىِٕنُّ
الْقُلُوْب
Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram QS. Ar-Ra’d ayat 28
Secara fungsional, zikir akan mendatangkan kebahagiaan, menentramkan jiwa, serta sebagai obat penyakit hati. Seseorang yang terbiasa berzikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan Allah, berada dalam lindungan-Nya yang kemudian akan membangkitkan rasa percaya diri, perasaan aman, kekuatan, tentram dan bahagia.
Secara biopsikologi, zikir bisa membuat seseorang merasa tenang sehingga menekan kerja sistem syaraf simpatetis dan mengaktifkan kerja syaraf parasimpatetis (Kamila, 2020). Pada dasarnya, seseorang yang berdzikir berarti terhubung dengan Allah.
Dan Orang yang selalu berdzikir tidak hanya mendapatkan ketenangan batin dan rohani, tetapi Allah swt Juga selalu mengingat mereka. Hati yang berzikir kepada Allah menjadi baik dan cenderung menjadikan Allah swt sebagai tujuan yang dikehendakinya, selain itu juga hati menjadi
tenteram di saat mengingat dan rela menjadikan Allah sebagai penolongnya. Al-Jazairi menjelaskan ketentraman hati seseorang dalam berzikir terjadi pada orang-orang yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, karena keimanan dan ketauhidan, kemudian Allah akan memberikannya petunjuk kepada jalan yang lurus.
Hati mereka merasa tentram dan menunjukkan keharmonisan karena telah berzikir kepada Allah. Berzikir membantu hati menjadi tenang, rohani merasakan kegembiraan, dan hal-hal yang tersembunyi dalam diri manusia menjadi tenteram. (Haromaini dkk., 2021).
Membaca Al-Quran juga termasuk perbuatan dzikrullah orang yang membacanya akan dianugerahi ketenangan jiwa, serta lebih taat kepada Allah SWT. Bahkan, orang yang belajar dan mengajarkan Alquran termasuk ke dalam orang pilihan yang terbaik kualitas Islamnya.
Dalam kehidupan seorang Muslim, membaca Alquran sangatlah penting. Dengan membaca Alquran, jiwa dan akal menjadi “sehat”, tubuh (jasad) manusia menjadi lebih “hidup”. Hal ini membuktikan bahwa manusia sangat membutuhkan Alquran sebagai pegangan hidup.
Rohani yang sehat dan kuat akan melebihi kekuatan jasmani yang sehat dan kekar. Jika kedua unsur tersebut sehat, maka sempurnalah manusia dalam hidupnya. Beberapa ayat Alquran menjelaskan tentang ketenangan hati dan berzikir termasuk membacanya, seperti, QS al-Anfal [8]: 2 dan 10, QS an-Nahl [16]: 106, QS al-Maidah [5]: 113, QS Ali Imran [3]: 103, 126, dan QS al-Fath [48]: 18.
Kemampuan al-qalb untuk berzikir berfungsi agar kita senantiasa mengingat kekuasaan Allah, sebagaimana disebutkan dalam QS ar-Ra’du [13]: 28, QS Qaf [50]: 37, QS az-Zumar [39]: 22 dan 23, dan QS al-Hadid [57]: 16.
Pada ayat-ayat tersebut terkandung makna bahwa ketenangan hati merupakan fondasi dalam pendidikan Islam. Tujuannya agar menjadikan umat Islam menjadi manusia unggulan. Karena itu, Allah SWT mengajarkan umatnya untuk mempelajari Alquran dengan diawali kata iqra (baca) dalam surah al-‘Alaq [96]: 1-5.
Umat Islam senantiasa dianjurkan membaca Alquran secara kontinyu sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam QS Fathir [35]: 29-30, QS al-‘Ankabuut [29]: 45, QS al-Ahzab [33]: 34, dan QS al-A’laa [96]: 6.
Dengan begitu sudah jelas bahwa Alquran bukan hanya koleksi buku yang berada di rak buku saja melainkan juga sebegai penyejuk hati dikala kita sedang risang dengan urusan dunia selalu melihatkan ketidakpastian ini, sudah selayaknya sebagai umat muslim kita membancanya dan memahami isi kandungan ayat Alquran agar kita bisa hidup semakin lebih baik dan tidak ada rasa risau di kehidupan kita.