Ilustrasi Salman Al_Farisi, sahabat nabi palingtabah. (Instagram/@muda.sadar.sejarah)
Kuliahalislam Salman al-Farisi (Wafat 655 M) merupakan salah seorang
sahabat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Menurut satu sumber, ia
berasal dari Dihqan, sebuah desa di Persia (Iran) di wilayah Jaiy (Jaiyan),
dekat Isfahan. Sumber lain menyebutkan bahwa ia berasal dari sekitar Ramhurmuz.
Nama aslinya adalah Mahbeh (Mayeh). Ketika masih kecil, ia sudah mulai tertarik
kepada agama Kristen, kemudian meninggalkan rumah orang tuanya untuk mengikuti
seorang Rahib Kristen.
Sebelum itu beragama ia beragama Majusi. Setelah masuk
agama Kristen, dalam perjalannnya menuju Syria (Suriah), ia mengikuti dan
belajar kepada beberapa orang guru. Dari Syria, ia meneruskan perjalannya ke
Wadi Al-Qura di Arab Tengah, dalam rangka mencari seorang Nabi yang diberitakan
telah memperbaiki agama Nabi Ibrahim Alaihisalam
dan kedatangannya telah diramalkan kepadanya oleh gurunya yang terakhir
pada waktu menjelang akhir hayatnya.
Dalam perjalannya mengarungi padang pasir, orang yang
membimbingnya sebagai penunjuk jalan berkhianat dan kemudian menjualnya sebagai
budak kepada salah seorang Yahudi. Akan tetapi ia tetap mempunyai kesempatan
untuk pergi ke Yastrib dan kebetulan kedatangannya hampir bersamaan dengan
waktu hijrah Nabi Muhammad Shallallahu
Alahi Wasallam. Ia kemudian masuk Islam, dan dapat menembus kemerdekannya
berkat bantuan ajaib dari Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam untuk mengumpulkan sejumlah uang tebusan yang harus
disetorkan.
Nama Salman erat sekali kaitannya dengan Perang
Khandaq.Perang itu terjadi antara kaum Muslimin dan persekutuan orang-orang
Kafir dari berbagai suku Arab, seperti Quraisy, Gatafan, Banu Murrah, Banu
Asyja’, Banu Salim, dan lain-lain, dengan kekuatan 10.000 personil di bawah
komando Abu Sufyan.
Setelah berita tentang persiapan orang-orang kafir sampai
kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alahi
Wasallam, beliau mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya tentang apa
yang akan dilakukan, tinggal di dalam satu kota atau menyosong musuh di luar
kota.
Salman al-Farisi memberikan petunjuk untuk membuat parit
(Khandaq), suatu strategi perang yang konon belum dikenal oleh bangsa Arab.
Rasulullah Muhammad Shallallahu Alahihi
Wasallam menerima usul itu dan mulailah pembuatan parit di bagian Selatan
kota Madinah.Bagian ini terbuka dan mudah mendapat serangan sementara bagian
kota yang lain sudah cukup terlindungi oleh rumah-rumah dan pohon kurma.
Parit itu digali di sepanjang bagian selatan kota,
mulai dari perbukitan batu ujung barat sampai ke ujung timur. Pada waktu Salman
al-Farisi bersama sekelompok orang Islam menggali parit itu,ditemukan gumpalan
batu putih yang sangat keras, yang membuat pecah alat-alat yang dipakai.
Mendengar laporan Salman al-Farisi, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam ikut membantu mengatasinya. Pada
pukulan pertama kampak Nabi, batu itu pecah sepertiganya sambil mengeluarkan
cahaya yang diramalkannya sebgai isyarat penahlukan Syam.
Pada pukulan kedua, sepertiga lagi pecah sambil
mengeluarkan kilatan cahaya dari arah Persia yang diramalkannya sebagai isyarat
penahlukan Persia. Pukulan ketiga memecahkan sisanya dan memancarkan cahaya
dari arah Yaman yang diramalkannya sebagai pemberian kunci negeri tersebut.
Penggalian parit itu memakan waktu enam hari. Selama penggalian parit itu kaum
Muslimin mengalami kesulitan yang amat berat karena terbatasnya logistik.
Sementara itu pasukan yang dipersiapkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam berjumlah
3.000 prajurit. Perang terjadi pada tahun 5 H/627 M. Orang-orang kafir sangat
heran menyaksikan strategi pertahanan parit itu, karena hal seperti itu belum
pernah mereka saksikan sebelumnya.
Terjadilah saling melempar panah antara
tentara Islam dan tentara kafir dari seberang parit. Strategi ini amat
menyulitkan mereka memasuki kota Madinah. Pada suatu hari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam menegaskan
bahwa Salman al-Farisi termasuk keluarganya (Ahlul Baith), demikian juga para
Muhajirin dan Ansar menyatakan hal serupa.
Di kalangan ahli tasawuf, Salman al-Farisi dikenal
sebagai seorang sahabat yang suka hidup keras (menderita) dan zuhud bahkan
dikatakan termasuk Ahl-Suffah (penganut
tasawuf) dan pendiri tasawuf yang dikaruniai Ilmu Laduni (Ilmu yang
dianugerahkan Allah kepada orang-orang tertentu secara langsung tanpa melalui
peroses belajar-mengajar). Dikatakan bahwa ia adalah orang yang pertama yang
melontarkan ide tentang Khilafah (Guru
Sufi) dan Nur Muhammad.
Salman al-Farisi melontarkan pemikirannya itu kepada
Sa’sa’ah bin Suhan yang kemudian menegaskan Khilafah manusia yang pertama
adalah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam kemudian Imam Ali bin Abu Thalib. Dikatakan bahwa ketika turun
ayat yang artinya : “Dan sesungguhnya
Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka
(pengikut-pengikut setan) semuanya” (Q.S 15 : 43), Salman al-Farisi
berteriak sambil meletakan tangannya pada kepala, seraya lari keluar selama
tiga hari. Kejadian ini oleh ahli taswuf ditafsirkan sebagai keadaan sedang
mabuk dan fana’ (tidak sadar karena khusyuk) sehingga tidak mendengar apapun
dan hanya melihat diri Tuhan sendiri.
Sumber : Ensiklopedia Islam