KULIAHALISLAM.COM – Jika kita pikirkan betapa bahagianya kita sebagai manusia bisa menjadi kekasih Allah. Kekasih Allah dalam bahasa Arab biasa disebut dengan Waliyullah. Menjadi kekasih Allah merupakan suatu hal yang sangat diimpikan oleh semua umat Muslim.
Bahkan umat Muslim berlomba-lomba agar bisa menjadi kekasih Allah. Banyak keistimewaan yang ada pada kekasih Allah, diantaranya ialah Allah akan memberikan rezeki yang tak terduga ditempat mana pun, kemudian do’a yang dipanjatkan senantiasa terkabul dan kehadirannya membawa berkah bagi sekitarnya.
Sangat mudah untuk bisa menjadi kekasih Allah yakni dengan cara menjauhi segala yang dilarang dan melaksanakan segala perintah-Nya.
Terdapat ciri-ciri pada kekasih Allah, yakni wali Allah adalah orang yang sangat dekat dengan fakir miskin. Dan, wali Allah adalah anak muda yang taat akan ibadahnya. Namun ciri-ciri keseluruhan tersebut fmerupakan taqwa yang ada pada diri manusia.
Tidak ada ciri-ciri khusus pada kekasih Allah (Aulia Allah), selain takwa, beriman. Aulia Allah juga merupakan manusia biasa yang sama seperti pada manusia umumnya. Aulia Allah juga terdapat dalam kalangan orang yang berilmu, para petani, para pedangan, para buruh, dan yang lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al Muzammil ayat 20,
اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ عَلِمَ اَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضٰىۙ وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ ۙوَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖفَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُۙ
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau sembah yang malam hari kurang dari dua pertiga malam, ada yang setengahnya, ada pula yang sepertiganya, bersama dengan orang-orang yang mengikuti engkau. Allah menentukan kadar waktu siang dan malam. Dia mengetahui, bahwa kamu tidak dapat menentukan kadarnya, maka Allah menerima taubatmu. Sebab itu bacalah ayat-ayat yang mudah daripada Alqur’an. Dia mengetahui, bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di muka bumi untuk mencari rizqi dari Allah dan yang lain lagi berjuang di jalan Allah. Sebab itu, bacalah apa-apa yang mudah daripada Alquran.” (QS. Al Muzammil: 20).
Tidak ada syarat khusus untuk para kekasih Allah (aulia Allah). Aulia Allah tidak diharuskan mempunyai sifat ma’shum, yakni terjaga dari segala perbuatan dosa dan maksiat. Juga tidak harus sebagai seseorang yang sempurna.
Dikatakan bahwa aulia Allah juga manusia biasa yang pernah berbuat salah dan dosa. Kesalahan yang diperbuat manusia merupakan sifat manusiawi, maka dari itu, Allah mengampuni kesalahan tersebut.
Apabila manusia melakukan kesalahan, maka tidaklah kita mengikutinya. Dan kemudian apa yang diperbuat manusia tersebut tetap dikembalikan pada Alqur’an dan Sunnah.
Sudah pasti kekasih Allah merupakan orang yang beriman. Namun, diantara orang yang beriman, terdapat hatinya sifat-sifat nifaq. Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadis Nabi untuk menentukan mana yang termasuk iman dan mana yang termasuk nifaq, sebagai berikut,
“Empat sifat yang apabila seseorang kedapatan semuanya, maka ia tergolong munafiq murni. Dan barangsiapa yang kedapatan sebagiannya, maka ia kedapatan sifat munafiq, sehingga ia dipanggil dengannya: Apabila bercerita, ia bohong; apabila berjanji, ia mengkhianatinya; apabila dipercaya, ia berkhianat apabila berjanji, ia tidak tepatinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada buku yang berjudul antara kekasih Allah dan kekasih syaitan yang diterjemahkan oleh Abdurrahman Masykur, terdapat tingkatan-tingkatan aulia Allah, yaitu Assabiqun Al Muqarrabun dan Ashhabul-Yamin Al Muntashidun.
Ashhabul-Yamin Al Muntashidun adalah mereka yang mendekatkan diri pada Allah dengan selalu menjalankan apa yang telah Allah fardhukan dan wajibkan kepadanya, dan menjauhi segala apapun yang dilarang.
Sedangkan, Assabiqun Al Muqarrabun adalah mereka yang mendekat pada Allah dengan menjalankan amalan-amalan tambahan, seperti amalan sunnah yang dilakukan setelah menjalankan amalan fardhu. Jadi, disamping mereka tetap menjalankan amalan wajib, mereka juga menjalankan amalan-amalan sunnah. Dan mereka juga tetap meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah SWT.
Maka dikatakan bahwa, segala yang diperbuat oleh Assabiqun Al Muqarrabun adalah menuju pada taat, segalanya yang diperbuat adalah ibadah.
Umat Muslim yang telah menjalankan ketaatannya pada Allah, yang telah mencintai Allah dengan sempurna, maka Allah juga akan memberikan cintanya yang sempurna kepadanya. Cinta Allah merupakan cinta yang mutlak.
Nikmat yang diberikan Allah pada orang-orang yang dicintai-Nya, yaitu orang mukmin (aulia Allah) adalah nikmat yang mutlak, seperti nikmat yang diberikan pada Nabi, para syuhada, dan para shalihin. Allah berfirman pada QS. An Nisa’ ayat 69,
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
“Barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, maka meraka itu (akan berkumpul) bersama orang-orang yang diberi oleh Allah nikmat, yaitu: Para Nabi, para Shiddiq, para Syuhada, dan para Shalihin. Alangkah bahagianya, berteman dengan mereka itu!.”(QS. An Nisa’ ayat 69)
Semoga kita semua senantiasa selalu taat kepada Allah SWT dan termasuk orang-orang mukmin, yang dicintai oleh Allah SWT. Aamiin.
Penulis: Nurul Faizah (Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)
Editor: Adis Setiawan