Artikel

Mengenal KH Masykur Ulama Indonesia dari NU

2 Mins read

KULIAHALISLAM.COM – KH Masykur lahir di Singosari, Malang tahun 1315 H/30
Desember 1902 dan wafat di Jakarta pada 19 Desember 1992. KH Masykur merupakan
seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pernah menjabat sebagai Menteri Agama RI
selama empat periode yaitu dalam kabinet Amir Syarifuddin, kabinet Hatta, kabinet RI Peralihan dan kabinet Ali-Wongso-Arifin. Dalam kabinet yang
terakhir, KH Masykur mewakili partai NU.

Ketika berusia 9 tahun, Ia menyertai kedua orang
tuanya menunaikan ibadah haji. Sepulang haji, Ia diantarkan ayahnya ke pondok pesantren
Bungkuk pimpinan Kiai Thahir. Selesai belajar di pesantren Bungkuk, Singosari, Ia pindah ke pesantren Sono yang terletak di Buduran, Sidoharjo untuk belajar ilmu saraf dan nahwu.

Empat tahun kemudian dia pindah ke pesantren Siwalan
Panji yang juga di Sidoharjo untuk mendalami ilmu fikih. Selanjutnya, ia pindah
ke pesantren Tebuireng, Jombang yang dipimpin oleh KH Hasyim Asy’ari untuk
belajar ilmu Hadis dan ilmu tafsir Alquran.

Setelah menamatkan pelajaran di pesantren Tebuireng,
Masykur berangkat ke Bangkalan, Madura untuk belajar qiraat Alquran di pesantren Kiai Khalil. Selanjutnya Ia pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu di pesantren Jamsaren.

Sewaktu di Jamsaren, Solo, usianya sudah berangkat
dewasa. Selesai menamatkan pelajaran di Jamsaren, ia kembali ke Singosari. Di
sana, ia membuka madrasah yang diberi nama Misbahul Wathan (Pelita Tanah
Air). Ia kemudian memilih cucu Kiai Thahir, gurunya di pesantren Bungkuk,
menjadi istrinya.

Pernikahan itu dilangsungkan pada tahun 1923. Setelah
16 tahun hidup bersama, istrinya meninggal dunia tanpa memiliki seorang anak.
Pada tahun 1939, atas saran Kiai Khalil dari Genteng, KH Masykur menikahi adik
almarhum istrinya yang bernama Fatimah. Setahun kemudina, mereka dikaruniai
seorang putra bernama Syaiful Islam.

Baca...  Sang Inspirator KH. Abdul Wahab Hasbullah

Ketika masih di Singosari, KH Masykur sudah aktif di
NU sebagai Ketua Cabang Malang. Ia juga turut dalam Laskar Hisbullah. Menjelang
kemerdekaan, ia diangkat menjadi Anggota Sidang Persiapaan Kemerdekaan
Indonesia.

Sewaktu sidang membahas soal dasar negara, KH Masykur
dengan tegas mengatakan bahwa dasar negara yang akan dibangun hendaknya tetap
Islam karena mayoritas penduduk beragama Islam. Ia didukung tokoh-tokoh Islam
seperti Abdul Kahar Mudzakkir (pernah menjadi Rektor Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta).

Pada bulan November 1947, KH Masykur dipanggil
Presiden Soekarno ke Yogyakarta yang saat itu Ibukota RI. Dalam pertemuan itu,
KH Masykur ditawari menjadi Menteri Agama. Ia diangkat menjadi Menteri Agama dalam kabinet Amir Syarifuddin ke-2 dan pindah ke Yogyakarta.

Sewaktu Belanda kembali melakukan agresi militernya,
KH Masykur ikut melakukan perjuangan kehilangan griliya. Ia pernah ikut
pasukan griliya di bawah pimpinan panglima besar Jenderal Sudirman.

Selanjutnya dalam kabinet Hatta ke-2, KH Masykur
diangkat kembali menjadi Menteri Agama oleh Presiden. Kabinet Hatta ke-2 tidak
berlangsung lama, sebab pada bulan Desember 1949 dibentuk lagi kabinet yang
diberi nama dengan kabinet RI Peralihan.

Pada tahun 1952, KH Masykur terpilih menjadi Ketua
Dewan Presidium Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, kemudian ditetapkan menjadi
Ketua Umum Tanfidziyah PBNU. Karena NU berbentuk partai, berarti KH Masykur
adalah ketua umum partai.

Dalam pengusulan kabinet Ali Wongso Arifin, KH
Masykur dipilih lagi menjadi Menteri Agama mewakili Nahdlatul Ulama. Ketika
menjadi Menteri Agama, timbul gagasannya untuk membuat Alquran raksasa yang akan kelak menjadi pusat ke generasi mendatang.

Dengan bantuan Haji Abu Bakar Atceh, Haji Syamsiar dan
Salim Fahmi Langkat, gagasan itu kemudian diwujudkan dalam kenyataan. Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta mendukung gagasan KH Masykur membuat
karya monumental tersebut. Alquran Pusaka itu kini tersimpan dengan baik di Masjid Baiturrahim, Istana Negara,
Jakarta.

Baca...  Tiga Kunci Sukses KH Katib Masyhudi dalam Mencari ilmu

Dalam era orde baru, KH Masyur dipilih menjadi Ketua
Sarbumusi (Sarekat Buruh Muslimin Indonesia) salah satu lembaga NU. Di bawah kepemimpinannya,
Sarbumusi mengalami kemajuan.

KH Masykur pernah menghadiri undangan Uni Soviet
(Rusia) kepada Sarbumusi untuk mengadakan peninjauan dan studi komparasi
terhadap kegiatan kaum Buruh di sana. Kesempatan itu digunakannya untuk mengamati
perkembangan agama Islam.

Pada waktu NU berfusi ke dalam PPP, KH Masykur pernah
terpilih sebagai Ketua Fraksi PPP di DPR yang sedang giat membahas RUU Perkawinan. Pada usianya yang semakin lanjut, KH Masykur
masih tetap dimintai pendapatnya oleh pengurus PBNU. Usaha terakhir yang dirintisnya
adalah mendirikan Universitas Sunan Giri Malang. Pada tahun 2009, KH Masykur ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional

Dari Berbagai Sumber

 

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Tidak Bisa Mengetik di Word karena "Selection is Locked", Ini Solusinya!

2 Mins read
Kompak – Salah satu masalah yang sering ditemui pengguna Microsoft Word adalah pesan “Selection is Locked” yang muncul saat mencoba mengetik atau…
Artikel

Ingin Rumah Lebih Sejuk? Coba Roster Jogja dari AM Roster

4 Mins read
Mendapatkan rumah yang sejuk merupakan impian bagi setiap orang, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Salah satu cara untuk menciptakan suhu udara…
Artikel

Sekolah Bisnis Online dan Konsultan Feasibility Study: Meningkatkan Kualitas Bisnis di Era Digital

4 Mins read
Pendahuluan Di era digital yang terus berkembang, memulai dan mengelola bisnis bukan lagi hal yang sulit. Teknologi internet memberikan akses ke berbagai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights