KULIAHALISLAM.COM – Masjid Nurul Huda perumahan Korpri, Gayamsari, Sukoharjo, Jawa Tengah pernahkah kalian mengunjungi masjid yang persis dengan musholla? Lalu bagaimana reaksi kalian setelah melihatnya? Apakah terkejut? Atau biasa saja? Atau malah mencurigainya?
Pertanyaan-pertanyaan ini sering kita jumpai di berbagai tempat ataupun desa kita. Namun orang yang jarang melihatnya akan merasa aneh dan berpikiran tak masuk akal sama sekali. Pasalnya luas bangunan, dan banyak fasilitas membuat orang merasa tak percaya bahwa tempat kecil itu adalah masjid.
Orang-orang kota misalnya yang terbiasa menjalani ibadah sholat di masjid pinggir jalan sulit mempercayai jika melihat masjid seukuran musholla. Justru kebanyak orang semacam ini lebih memilih menantang keras sebab di lingkungannya tak ada masjid seukuran musholla.
Sementara, masyarakat tinggal dan terbiasa sholat di masjid berukuran musholla lebih condong tidak terima kalau masjidnya dianggap musholla atau masyarakat jawa menyebutnya langgar. Hal itu pula yang selalu saya rasakan ketika banyak orang luar kampung mengatakan masjidnya adalah musholla.
Ada yang tidak percaya ketika saya menunjukkan jalannya menuju masjid. Ada juga berpikir rumah biasa layaknya kontrakan dan kos. Dan hampir orang-orang luar yang saya jumpai tidak yakin bangunan mini itu adalah masjid. Tentu saya tertawa dan ingin mempelajari lebih lanjut mengenai profil masjid terletak di Perumahan Korpri, Kel Gayamsari, Kec Sukoharjo, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Masjid dikelilingi rumah warga berdekatan, serta lokasinya yang strategis, , membuat masyarakat sekitar cukup dengan jalan kaki dari jarak yang tak lebih dari 1 kilo rumah warga.
Hanya ditutupi pintu utama 2 dan kaca bagian masuk masjid, masyarakat tak perlu repot-repot membuka pintu mirip dengan pintu rumah.
Hanya ditutupi pintu utama 2 dan kaca bagian masuk masjid, masyarakat tak perlu repot-repot membuka pintu mirip dengan pintu rumah.
Selain itu, yang membuat menarik perhatian bagi saya adalah tidak adannya pagar di depan masjid. jadi, jika kalian memasukki masjid saya, kalian tinggal bilang pengurus takmir masjid untuk minta kuncinya saat ibadah. Tak perlu repot-repot di borgol seperti penjara untuk keamanan masyarakat.
Di bangun pada tahun 2000. Baru kemudian tahun 2010 renovasi agar jama’ah tertampung melebihi ekspetansi dalam perkiraannya. Tanah eaqaf masjid tersebut adalah milik salah warga sekitar bernama Siti Nurul Kamaril selaku wakif dan memiliki luas 100 M 2. ( Data laporan pembangunan masjid, 2019).
Yang di pelopori oleh warga RT 03 dengan mempunyai tujuan jarak masjid dengan rumah sangat jauh pada saat itu, terpaksa jama’ah menaiki kendaraan roda 2 untuk bisa sholat terawih berjama’ah. Tidak hanya itu saja, alasan lain yakni sholat terawih sering dilakukan di rumah warga.
Hal ini terus dilakukan hingga menunggu pembangunan masjid Nurul Huda. Pembangunan masjid juga terdapat kepanitiaan yang di ketuai oleh bapak Rosyid ( wawancara, Indro Pelaku sejarah masjid ).
Selain itu menurut Indro selaku pelaku sejarah, mengatakan bahwa masyarakat sekitar terpaksa melawati jalanan arah masjid Nurul Iman ( sekarang masjid Ibrahim Suwaer) tidak mengunakan lampu.
Selain itu menurut Indro selaku pelaku sejarah, mengatakan bahwa masyarakat sekitar terpaksa melawati jalanan arah masjid Nurul Iman ( sekarang masjid Ibrahim Suwaer) tidak mengunakan lampu.
Secara otomatis, jalan masih gelap dan mau nggak mau jama’ah menanggung resiko menelusuri jalan tersebut. Jama’ah tersebut juga dihadiri oleh jama’ah masjid Nurul Huda yang waktu itu belum ada masjidnya.
Ini menujukkan perkembangan luar biasa dalam mengajak masyarakat membangun sebuah tempat ibadah sebagai alternatifnya.
Ini menujukkan perkembangan luar biasa dalam mengajak masyarakat membangun sebuah tempat ibadah sebagai alternatifnya.
Kemunculan masjid Nurul Huda juga disusul oleh masjid selanjutnya missal : masjid Mu’jizat, Ar-Rosyid ( bagian ujung sendiri dekat dengan masjid Al-Ikhlas) ( wawancara Kemi selaku pelaku sejarah masjid ). Perjuangan ini tak terlepas oleh masyarakat tempat yang memberikan ruang ibadah bagi tetangganya.
Masjid Nurul Huda juga mengalami kemajuan dengan merenovasi dua tingkat tahun 2019. Dikarenakan jama’ah semakin banyak sampai ke jalan. (Data Laporan Pembangunan masjid, 2019 ). Kegiatannya pun terus di gencarkan dari tahun ke tahun meliputi : pengajian minggu barokah, ngaji Al-Qur’an bapak-bapak malam rabu, dan taddarus Al-Qur’an ibu-ibu malam jum’at. Pengajian safari menggelilingi masjid-masjid se-Korpri dengan golongan Tuanya.
Acara besarnya seperti : pengajian Nuzulul Qur’an pemuda tahun 2014, Tabliq Akbar Remaja masjid dalam rangkaian Festival Anak Muslim tahun 2015 melibatkan remaja masjid se-Korpri , dan terbaru Kampung Ramadhan tahun 2022.
Kemajuan inilah yang membawa semangat jama’ah masjid Nurul Huda semakin bertambah dengan meramaikan masjid Nurul Huda dengan kebersamaan.
Dari tulisan saya di atas, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan masjid Nurul Huda dari masa ke masa.
Dari tulisan saya di atas, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan masjid Nurul Huda dari masa ke masa.
Pertama rasa kesadaran jam’ah membangun masjid. Kesadaran ini muncul sebagai obat keresahan. Setelah menikmati ibadah sholat terawih di rumah warga atau masjid luar Korpri Kedua lokasi yang strategis untuk dikunjungi. Sangat mudah dijumpai tanpa menyebrang jalanan yang penuh kendaraan, cukup jalan kaki, ataupun mengunakan kendaraan roda dua untuk mengunjunginya.
Ketiga bangunan mini yang menjadi ciri khas masjid Nurul Huda. Walaupun mirip dengan musholla, masjid ini sangat nyaman, terkesan minimalis untuk seukuran remaja. Keempat semangat jam’ah melakukan kegiatan. Hal ini juga terlepas dari semua dukungan masyarakat yang mayoritas di kuasai golongan tua.