Oleh: Ervia Khalda
Dahulu, jauh sebelum Islam datang, tepatnya saat zaman jahiliah, wanita menjadi makhluk yang direndahkan, tidak dihargai, dibeda-bedakan, di injak-injak kedudukannya.
Bahkan saat zaman jahiliah, orang-orang Arab jahiliah tidak menyukai bayi perempuan, seolah-olah menjadi aib keluarga jika lahir anak perempuan dalam keluarganya. Ada dua hal yang akan dilakukan orang-orang Arab jika mendapat kabar bahwa istrinya akan melahirkan anak perempuan.
Pertama, mereka akan memberikan anak perempuannya kepada orang pedalaman untuk diasuh sampai bisa berjalan, saat anak itu sudah bisa berjalan, mereka akan mengubur anak itu hidup-hidup. Lalu mereka akan menyembunyikan berita itu rapat-rapat dari masyarakan, karna itu memiliki anak perempuan merupakan aib tersendiri.
Kedua, saat mereka mendapat kabar bahwa yang dilahirkan adalah bayi perempuan, mereka akan mengubur bayi tersebut hidup-hidup saat itu juga.
Lain halnya jika yang dilahirkan adalah bayi laki-laki. Dengan bangga mereka akan menyebarkan berita tersebut kepada kaumnya.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. KH. Asep Usman Ismail menjelaskan bahwa orang-orang Arab jahiliyah tidak menyukai anak perempuan karena menurut mereka wanita itu tidak dapat diandalkan, tidak bisa berperang, dan lain-lain. Mereka menganggap bahwa wanita hanya benalu dalam keluarga.
Kedatangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW mengubah peradaban, mengubah kebiasaan juga menghentikan kebiasaan non manusiawi yang terjadi saat masa itu.
Menyetarakan kedudukan wanita, memuliakan dan mengistimewakan wanita-nya. Keistimewaan wanita telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis sejak masih kanak-kanak hingga masa tuanya, wanita memiliki keistimewaan tersendiri.
Saat masih kecil, anak perempuan menjadi penghalang neraka dan pembawa surga bagi kedua orang tuanya, diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, beliau berkata :
صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ -فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ »
“Seorang wanita miskin datang kepadaku dengan membawa dua anak perempuannya, lalu aku memberinya tiga buah kurma. Kemudian dia memberi untuk anaknya masing-masing satu buah kurma dan satu kurma hendak dia masukkan ke mulutnya untuk dimakan sendiri. Namun kedua anaknya meminta kurma tersebut. Maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dia makan untuk diberikan kepada kedua anaknya. Peristiwa itu membuatku takjub sehingga aku ceritakan perbuatan wanita tadi kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka.” (H.R Muslim 2630)
Saat menginjak dewasa, seorang wanita memiliki keistimewaan dapat masuk surga lewat banyak pintu, dari sisi mana saja. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا ، وَصَامَتْ شَهْرَهَا ، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا ، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا ، قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Apabila wanita salat lima waktu, berpuasa Ramadan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepada wanita tersebut, masuklah ke surga dari pintu surga mana saja kamu mau.”
Saat sudah tua, seorang wanita menjadi seorang ibu, yang dimana memiliki kedudukan yang sangat mulia. Bahkan kemuliannya tiga tingkat diatas seorang ayah. Seperti sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, beliau berkata :
“Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali ‘Kemudian siapa lagi’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah beberapa keistimewaan Wanita yang dijelaskan dalam agama Islam.
Editor: Adis Setiawan