Oleh: Alfi Faiqotul Bariroh Huda*
Dalam bahasa Arab adil berasal dari kata ‘adl yang mempunyai arti seimbang atau tegak. Secara istilah berarti memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhan.
Dalam pemenuhan hak berarti tidak memihak ke suatu orang atau golongan tertentu. Prinsip adil berarti equal liberty (kesetaraan sosial) yaitu memperlakukan setiap orang “sama” walaupun berbeda ras, suku, agama maupun kedudukan.
Konsep keadilan sendiri menurut Soekarno disampaikan saat sidang BPUPKI pada 1 Juli 1945. Bahwa keadilan merupakan filosofi utama dari keberadaan Indonesia. Seluruh nilai baik moral, etika, hukum harus berjalan beriringan dalam bingkai keadilan.
Nilai-nilai ini bisa diwujudkan secara khusus dalam sisi kemanusiaan dengan cara mencintai dan menyayangi sesama, saling berbagi kebahagiaan dan kebutuhan masing-masing, dan saling tolong-menolong. Dengan ini bisa tercapai kemerdekaan dari berbagai sisi baik politik, sosial, maupun ekonomi.
Keadilan membutuhkan partisipasi semua aspek masyarakat. Jadi keadilan ini bukan hanya sebagai dasar tetapi juga sebagai tujuan agar negara makmur dan sejahtera.
Dalam Alqur’an memuat beberapa ayat tentang keadilan seperti dalam QS. An Nahl ayat 90 yang berbunyi:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ 90.
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran
Dalam kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah ia menafsikrkan (العدل) disini yaitu berlaku adil kepada semua orang tanpa condong kepada satu orang atau golongan kecuali dengan alasan yang wajib melakukan itu.
Termasuk berbuat adil adalah mengambil sikap tengah antara berlebih-lebihan dan kekurangan.
Bahkan perintah adil ini juga harus tetap dalam diri sorang muslim walaupun berhubungan dengan sesuatu yang dibencinya seperti dijelaskan dalam dalam QS. Al Maidah: 8;
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ 8.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam Tafsir as-Sa’di karya Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 menafsiri ayat ini sebagai berikut;
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perintahKu kepada kalian untuk beriman. Kuatkanlah iman kalian dengan menjadi individu yang selalu berupaya untuk mempertahankan kebenaran demi Allah, menjadi saksi yang jujur. Setiap tindakan yang kalian lakukan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, harus dilakukan dengan semangat dalam menegakkan keadilan. Pelaksanaannya harus semata-mata karena Allah, bukan untuk kepentingan dunia. Sasaran kalian dalam menegakkan keadilan haruslah seimbang dan adil, tanpa berlebihan atau meremehkan, baik dalam ucapan maupun tindakan. Terapkanlah prinsip ini kepada keluarga, orang-orang yang jauh, teman, maupun musuh. Janganlah terpengaruh oleh kebencian terhadap suatu kelompok sehingga kalian tidak bertindak adil, sebagaimana dilakukan oleh orang yang tidak memiliki rasa keadilan. Sebaliknya, seperti kalian bersaksi untuk membela teman, kalian juga harus bersedia bersaksi untuk menentangnya. Demikian pula ketika kalian bersaksi melawan musuh, kalian juga harus bersedia bersaksi untuk membela mereka, meskipun mereka adalah orang kafir atau pelaku bid’ah. Dalam hal ini, penting untuk bersikap adil dan menerima kebenaran yang disampaikan oleh mereka, bukan karena siapa yang mengatakannya. Kebenaran tidak boleh ditolak hanya karena pelakunya, karena itu akan menjadi sebuah ketidakadilan terhadap kebenaran. Bersikaplah adil, karena bertindak adil lebih mendekatkan kalian pada ketakwaan. Semakin kalian berusaha untuk bersikap adil dan melakukannya dengan sungguh-sungguh, maka semakin dekat juga kalian dengan ketakwaan hati. Jika keadilan kalian sempurna, maka takwa kalian pun akan sempurna. Ingatlah, Allah mengetahui segala perbuatan yang kalian lakukan. Dia akan memberikan balasan sesuai dengan amal perbuatan kalian, baik yang baik maupun yang buruk, baik yang kecil maupun yang besar, baik di dunia maupun di akhirat.”
Dengan demikian bisa kita ketahui bahwa Allah sendiri telah menyuruh kita untuk tetap berbuat adil dalam setiap hal yang kita lakukan meskipun itu termasuk kepada orang yang tidak kita sukai sekalipun.
Berbagai keragaman yang ada di Indonesia bukan menjadi penyebab terjadinya perpecahan melainkan sebagai kekuatan untuk terwujudnya kesejahteraan Indonesia. Peran seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan baik dari segi pendidikan sosial, budaya, ekonomi maupun kesehatan.
Pesan tersirat yang diberikan dalam sila kelima adalah untuk mengubah kehidupan bangsa menuju masyarakat yang sejahtera, makmur dan berkeadilan. kesejahteraan antar berbagai sektor dibutuhkan untuk bisa mengangkat sebuah bangsa.
Kerjasama yang diharapkan adalah kerjasama sosial yang sesuai dengan situasi di Indonesia, yaitu prinsip gotong royong, saling tolong-menolong karena keadilan yang diharapkan adalah keadilan bersama yang didasarkan atas kemakmuran dan kebahagiaan.
Keadilan menjadi roh dalam pembentukan nilai-nilai dasar di Indonesia juga menjadi tujuan utama menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan kata lain untuk mencapai kehidupan Indonesia yang sejahtera dan makmur yaitu dengan keadilan sosial.
Untuk mewujudkan sila ini bisa kita mulai dengan menempatkan sesuatu pada tetempatnya. Misalnya jika kamu pelajar maka belajarlah saat waktunya belajar. Jika kamu guru maka beri apresiasi pada murid yang berprestasi dan nasehati murid yang kurang aktif. Jangan disamaratakan karena semuanya punya porsi masing-masing.
Referensi:
- https://tafsirweb.com/1892-surat-al-maidah-ayat-8.html.
- https://tafsirweb.com/4438-surat-an-nahl-ayat-90.html.
- Muhammad Helmi Umam dkk, Pancasila Bhineka Tunggal Ika, (Surabaya, Sunan Ampel press, 2021).
*) Mahasiswa Prodi Ilmu Alqur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan