Penulis: M Iqbal Dhiya Ulhaq*
Hati manusia suka berubah atau terbolak balik kita ambil contoh pagi hari iman naik, kemudian di sore hari bisa menurun, demikian setiap hari. Bila pengetahuan ilmu agama rendah, yang dikhawatirkan adalah iman hilang berganti dengan kemunafikan dan bahkan kekafiran. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri membaca do’a:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu.”
Dalam Hadits – HR. Tirmidzi No. 2066:
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آمَنَّا بِكَ وَبِمَا جِئْتَ بِهِ فَهَلْ تَخَافُ عَلَيْنَا قَالَ نَعَمْ إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ
Telah menceritakan kepada kami [Hannad]; telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al A’masy dari Abu Sufyan dari Anas dia berkata; adalah Rasulullah SAW terbiasa membaca do’a “Wahai Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu.”, Kemudian aku pun bertanya, “Wahai Rasulullah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang Anda bawa. Lalu apakah Anda masih khawatir kepada kami?”, beliau menjawab “Ya, karena sesungguhnya hati manusia berada di antara dua genggaman tangan Allah yang Dia bolak-balikkan menurut yang dikehendaki-Nya.”
Dari Abdullah bin Amru bin Al ash berkata bahwasannya ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah yang Maha Pemurah. Allah SAW akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” setelah itu, Rasulullah SAW berdoa” “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu” (HR. Muslim no. 2654).
Ambil contoh dari Khalifah Rasyidin Umar bin Khattab. Ia memusuhi siapa saja yang mengikuti dakwah Nabi SAW. Adik kandung dan ipar laki-lakinya, dipukuli hingga pingsan. Ia menjadi musuh dakwah Rasul SAW yang amat merepotkan. Kemudian Allah SWT mengaruniakan hidayah kepadanya, jadilah ia singa Rasulullah SAW.
Umar akhirnya membela Rasul SAW dengan jiwa dan raganya. Semua sahabat menghormatinya, semua musuh bergetar kepadanya. Ia memerintah kekhalifahan kedua, dan jasadnya dikebumikan bersebelahan dengan Rasulullah SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq. Bayangkan, betapa Allah SWT benar-benar Maha Membolak-balikkan hati manusia.
Adapun juga mantan panglima perang kaum kafir Quraisy yakni Khalid bin Walid. Dalam perang Uhud, hampir saja umat Islam hancur gara-gara dia. Islam mengalami kekalahan berkat kejeniusan Khalid bin Walid dalam taktik perang, dia adalah panglima pasukan kafir Quraisy pada waktu itu.
Kemudian Allah SWT memberikan hidayah, Khalid akhirnya memeluk Islam, berbaliklah ia menjadi panglima perang Islam paling legendaris yang tidak pernah terkalahkan oleh pasukan manapun, Sehingga dia disebut sebagai pedangnya Allah. Bahkan pasukan Romawi pun tak berkutik. Karena kegigihannya itulah Islam begitu cepat menyebar.
Sedangkan kebalikannya mengenai mudahnya terbolak-balikan hati manusia yaitu pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, beliau dibunuh pemuka Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam Attamimi, yang pernah diramalkan Rasul SAW sebagai, “pembunuhmu adalah seburuk-buruknya manusia.”
Padahal Abdurrahman bin Muljam digambarkan orang yang salat malamnya begitu lama, bila siang berpuasa, hafal Alqur’an, ahli ilmu Alqur’an, dan pernah diutus oleh Khalifah Umar bin Khattab ke Mesir untuk mengajarkan Alqur’an. Bayangkan, bagaimana Allah SWT membolak balikkan hati dengan cara yang tidak bisa dipahami, bahkan kepada ahli ibadah, ahli Alqur’an, sekalipun.
Dari catatan sejarah tersebut menjelaskan dengan serius betapa keimanan dan ibadah kita jelas, sama sekali bukan jaminan bagi Khusnul khatimah di akhir hayat. Sebaliknya, mereka yang kini masih jauh dari tuntunan syariat, dekat dengan kemaksiatan, akan terus tenggelam dalam Su’ul khatimah hingga akhir hayatnya.
Itulah sebabnya kita tidak boleh sombong dan angkuh kepada kualitas keimanan, ketakwaan, dan akhlak karimah dalam diri sepanjang nafas masih berdenyut di dada. Karena terkadang justru sebaliknya di suatu waktu dapat menghempaskan kita. Sesungguhnya sebagai manusia biasa tidak pernah punya kuasa untuk menjamin masa depan diri sendiri. Maka janganlah congkak dan jangan sombong. Ingatlah selalu kepada-Nya “Ya muqollibal qulub” Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati.
Wallahualam…
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prodi Studi Agama-agama.
Editor: Adis Setiawan