Penulis: Erwan Tri Cahyono*
Ketika kita mulai berpikir tentang Kristen yang diketemukan oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin awal, dapat dikatakan bahwa Kristen pada masa itu memang sungguh amat berbeda dengan Kristen yang kita kenal hari ini.
Sekitar tahun 600 Masehi, ada sekelompok khusus umat Kristen yang melambangkan Gereja Besar, yang berlakangan terpisah dan kini terpecah menjadi Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks Timur, dan Gereja Protestan.
Berbagai Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan keagamaan antara ortodoksi dan heresy amat dekat bertalian dengan perbedaan etnik ataupun mungkin lebih bertalian dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan.
Gereja Besar yang secara akrab diasosikan dengan kelompok-kelompok yang berkuasa di Byzantine atau Kekaisaran Roma Timur, dan yang secara esensial di Byzantine atau Kekaisaran Roma Timur, dan yang pada hakekatnya adalah berkebudayaan Yunani.
Golongan heresy Nestorian telah memainkan peranan yang sama bagi orang-orang yang acapkali disebut sebagai bangsa Syaria Timur, dan bertentangan dengan pemikiran Yunani yang menyebabkan mereka keluar dari Kekaisaran Byzantine.
Pada konsili ekumenikal Gereja (misalnya Konsili Nicaea pada tahun 325 masehi dan konsili Chalcedon pada tahun 451 Masehi) kultur uskup-uskup Gereja telah memainkan peranan yang dominan.
Rumusan rumusan Trinitas dan ajaran Kristologi secara resmi diterima oleh konsili tersebut, yang secara luas pada terma-terma khas filsafat Yunani, yang lalu belakangan pada terma-terma khas kekaisaran Byzantine.
Barangkali ada catatan penting yang bermanfaat sehingga terma-terma latin untuk ajaran trinitas (satu substansia, tiga personae) diakui sebagai equivalen dengan bahasa filsafat Yunani (satu ousia, tiga hypostasies) walaupun terma itu tidak identik benar, karena kata substantia secara etimologis berkorespondasi dengan kata hypostasies.
Uskup- uskup mewakili masyarakat Mesir serta masyarakat Syria Timur dan Syria Barat untuk menolak rumusan Yunani dan mengadopsi berbagai alternatif dan akibatnya mereka keluar dari Gereja Besar dan pada kasus golongan Nestorian, mereka keluar dari kekaisaran Kristen ortodoks.
Satu gambaran kebudayaan Yunani adalah kepercayaan kepada ortodoksi. Maka tak pelak lagi kalau kawasan timur Geraja Besar itu dikenal sebagai Gereja Ortodoks, yang karenanya dapat dikatakan disini bahwa persetujuan-persetujuan paripurna kepada kepercayaan tersebut diyakini menjadi landasan bagi persatuan umat Kristen.
Visi Ortodoks dari homoginitas komuitas pada iman dan persatuan dalam peribadatan adalah penting bagi gereja sebagai suatu keseluruhan.
Ortodoksi menjadi menjadi pengakuan rumusan-rumusan Kredal, dan dari pengertian inilah subyek negoisasi antara berbagai macam golongan pada konsili-konsili ekumenikal yang terjadi.
Dalam negoisasi ini, golongan minoritas seperti masyarakat Kristen di Mesir dan di Syria yang tidak mendapat tempat, lalu harus memilih antara meninggalkan sebagian kepercayaan mereka yang paling mendalam dan meninggalkan Gereja besar.
Kebudayaan Yunani sebelum zaman Kristen mempunyai ciri khas yang membentuk konsep dualistik tentang pribadi manusia, dimana ruh dianggap sebagai esensinya dan tubuh sebagai instrumen semata.
Menurut Clement, Ruh (jiwa) rasional adalah person yang esensial, akan tetapi manusia dalam pemikiran dan sikap menjadi irasional. Karenanya dosa itu berada pada tunduknya akal dari tekanan hawa nafsu.
Pengetahuan Kristen di Mekkah
Seorang ahli teologi Hans Kung, membicarakan garis pemikiran yang diikuti oleh para ilmuan Jerman terdahulu dan menyatakan bahwa bentuk Kristiani yang paling baik yang dikenal masyarakat Mekkah di masa itu adalah kelompok-kelompok kecil umat Kristen dari latar belakang Yahudi.
Kelomok kecil ini tidak pernah mau mengakui rumusan kredal Gereja besar, namun teratur untuk mempertahankan keberadaannya pada isolasi yang leratif, kelompok-kelompok kecil itu tetap mengakui Yesus sebagai Sang juru selamat (Messiah) namun bukan sebagai sebagai hypostasis keTuhanan.
Mustahil untuk mengetahui apakah yang diperluas umat Kristen Yahudi tersebut ataukah jumlah yang lebih besar dari golongan monofisit Arab dan Nestorian yang mempengaruhi ide-ide tentang trinitas terakhir di Mekkah.
Kelemahan Kristen
Untuk mengapresiasi dengan benar titik temu pertama antara Islam dan Kristen yang diperlukan bagi umat yang beragama Kristen adalah agar mereka sadar akan kelemahan Kristiani diperiode zaman itu maka ada tiga hal penting yang perlu diketahui tentang kelemahan-kelemahan mereka dizaman itu
Pertama adalah golongan Kristen Ortodoks, yakni Gereja besar pada umumnya, yang terlalu dekat diasosikan dengan kekaisaran Byzantine setelah menjadi agama resmi di negeri kekaisaran ini pada kekuatan konstantine.
Kedua, teologi Yunani resmi sebagai didefinisikan oleh konsili-konsili ekumenikal yang menjadi terlalu menjadi terlalu abstrak dan secara sempurna berada diluar penggaman pemahaman orang Kristen awam.
Ketiga, penolakan golongan Kopti, Yakobit, dan Nestorian, oleh karena Gereja besar hampir pasti merupakan suatu faktor mudahnya bagi perpindahan agama mereka untuk masuk ke agama Islam.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prodi Studi Agama-agama.