KeislamanSejarah

Mengenal Mur’jiah Dalam Sejarah Islam

4 Mins read

Kuliahalislam.Murji’ah merupakan salah satu aliran teologi Islam yang muncul pada abad pertama Hijriyah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti tetapi Imam Syahrastani menyebutkan dalam bukunya Al Milal Wa An Nihal ( buku tentang perbandingan agama serta sekte-sekte keagamaan dan filsafat) bahwa orang pertama yang membawa paham Mur’jiah adalah Gailan ad-Dimasyqi.

Kata Mur’jiah berasal dari kata Arab yaitu “Arja’a” yang artinya menunda. Aliran ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda penyelesaian persoalan konflik antara Imam Ali Bin Abi Thalib Muawiyah bin Abi Sufyan dan Khawarij ke hari perhitungan di akhirat nanti. Karena itu, mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang dianggap kafir diantara ketiga golongan yang bertikai itu.

Menurut pendapat lain, mereka disebut dengan Murji’ah karena mereka menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tetap Mukmin selama masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun dosa besar orang tersebut ditunda penyelesaiannya di akhirat. Maksudnya, kelak di akhirat baru ditentukan hukuman baginya.

Munculnya aliran ini dilatarbelakangi oleh persoalan politik yaitu soal Khilafah ( kekhalifahan) setelah terbunuhnya Utsman bin Affan umat Islam terpecah ke dalam dua kelompok besar yaitu kelompok Imam Ali dan Muawiyah. Kelompok Imam Ali Bin Abi Thalib lalu terpecah pula ke dalam dua golongan yaitu golongan yang setia membela Ali yang disebut dengan kelompok Syiah dan golongan yang keluar dari barisan Ali yang disebut dengan kelompok Khawarij.

Ketika berhasil mengungguli kedua kelompok lainnya yaitu Syiah dan Khawarij dalam merebut kekuasaan, kelompok Muawiyah lalu membentuk Dinasti Bani Umayyah. Syiah dan Khawarij bersama-sama menentang kekuasaannya. Syiah menentang Muawiyah karena menuduh Muawiyah telah merebut kekuasaan yang seharusnya milik Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.

Sedangkan Khawarij tidak mendukung Muawiyah karena dia dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Dalam pertikaian antara ketiga golongan tersebut terjadi saling mengkafirkan. Di tengah-tengah suasana pertikaian ini muncul sekelompok yang menyatakan diri tidak ingin terlibat dalam pertentangan politik yang terjadi. Kelompok inilah yang kemudian berkembang menjadi golongan Murji’ah.

Dalam perkembangannya golongan ini ternyata tidak dapat melepaskan diri pada persoalan teologis yang muncul di zamannya. Waktu itu terjadi perdebatan mengenai hukum orang yang berdosa besar. Kaum Murji’ah menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tidak dapat dikatakan sebagai kafir selama ia tetap mengakui Allah sebagai Tuhannya Dan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai Rasul-Nya. Pendapat ini merupakan lawan dari pendapat kaum Khawarij yang mengatakan bahwa orang Islam yang dosa besar hukumnya adalah kafir.

Golongan Murji’ah berpendapat bahwa orang yang terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman berarti dia tetap Mukmin bukan kafir, kendati pun dia melakukan dosa besar. Adapun hukuman bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak. Pendapat ini menjadi doktrin ajaran Murji’ah.

Ada dua ajaran penting bagi Murji’ah yaitu tentang pelaku dosa besar dan tentang iman. Mengenai pelaku dosa besar, ditegaskan bahwa selama seseorang meyakini tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Rasul-Nya maka dia tetap Mukmin bukan kafir karena amal tidak merusak sampai iman.

Kalaupun ia tidak diampuni Allah dan dimasukkan ke dalam neraka, tetapi dia tidak kekal dalamnya seperti orang kafir. Iman menurut Murji’ah adalah keyakinan dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Rasul-Nya. Dalam perjalanan sejarahnya, aliran ini terpecah menjadi dua kelompok yaitu kelompok moderat dan kelompok ekstrem.

Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah Hasan bin Muhammad bin Ali Bin Abi Thalib, Imam Abu Hanifah, Imam Abu Yusuf dan beberapa ahli hadits. Kelompok moderat tetap teguh berpegang pada doktrin Murji’ah di atas. Kelompok ekstrim terbagi lagi ke dalam beberapa kelompok yaitu al-Jahamiyah, as-Salihiyah, al-Yunusiyah, al-Ubaidiyah, al-Galaniyah, as-Saubaniyah, al-Marisiyah dan al-Karamiyah.

Al-Jahamiyah digagas oleh Jahm bin Safwan. Menurut paham ini, iman adalah mempercayai Allah dan rasul-rasul-Nya dan segala sesuatu yang datang dari Allah. Sebaliknya, kafir yaitu tidak mempunyai hal-hal tersebut di atas. Apabila seseorang sudah mempercayai Allah, rasul-rasul-Nya dan segala sesuatu yang datang dari Allah berarti ya Mukmin meskipun dia menyatakan dalam perbuatannya hal-hal yang bertentangan dengan imannya seperti berbuat dosa besar, misalnya ; menyembah berhala dan minum minuman keras. Golongan ini juga meyakini bahwa surga dan neraka itu tidak abadi karena keabadian hanya bagi Allah Semata.

As-Salihiyah diambil dari nama tokohnya itu Abu Hasan As Salihi. Sama dengan pendapat al-Jahamiyah, golongan ini meyakinan bahwa iman adalah semata-mata Ma’rifat kepada Allah, sedangkan kafir adalah sebaliknya. Iman dan kafir itu tidak bertambah dan tidak berkurang.

Al-Yunusiyah adalah pengikat Yunus bin Namiri. Menurut golongan ini, iman adalah totalitas dari pengetahuan tentang Tuhan kerendahan hati dan tidak takabur. Sedangkan kekafiran adalah kebalikan dari itu. Iblis dikatakan kafir bukan karena tidak percaya kepada Tuhan melainkan karena ketakaburannya. Mereka pun meyakini bahwa perbuatan dan maksiat sama sekali tidak merusak iman.

Al-Ubaidiyah digagas oleh Ubaid al-Muktaib. Pada dasarnya pendapat mereka sama dengan sekte al-Yunusiyah. Pendapatnya yang lain adalah jika seseorang meninggal dalam keadaan beriman, semua dosa dan perbuatan jahatnya tidak akan merugikannya. Perbuatan jahat, banyak atau sedikit tidak dapat merusak iman. Sebaliknya perbuatan baik banyak atau sedikit tidak akan memperbaiki posisi orang kafir.

Al-Galaniyah digagas oleh Gailan ad-Dimasyqi. Menurut mereka, iman adalah makrifat kepada Allah melalui nalar dan menunjukkan sikap mahabbah dan tunduk kepada Allah. As-Saubaniyah yang dipimpin oleh Abu Sauban mempunyai prinsip ajaran yang sama dengan paham al-Gailaniyah. Hanya mereka menambahkan bahwa informasi iman adalah mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib dikerjakan. Berarti, kelompok ini mengakui adanya kewajiban yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syariat.

Al-Marisiyah digagas oleh Bisyar al-Marisi. Menurut paham ini, iman di samping meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam itu Rasul-Nya, juga harus diucapkan secara lisan. Jika tidak meyakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan maka bukan iman namanya. Sedangkan kafir merupakan kebalikan dari iman.

Al-Karamiyah yang digagas oleh Muhammad bin Karram mempunyai pendapat bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kafir adalah pengingkaran secara lisan. Mukmin dan kafirnya seseorang dapat diketahui melalui pengakuan secara lisan. Sebagai aliran yang berdiri sendiri, kelompok Murji’ah ekstrem sudah tidak didapati lagi sekarang. Walaupun demikian, ajaran ajaran yang ekstrem itu masih didapati pada sebagian umat Islam. Adapun ajaran-ajaran dari kelompok Murji’ah moderat, terutama mengenai pelaku dosa besar serta pengertian iman dan kafir menjadi ajaran umum disepakati umat Islam.

207 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
Keislaman

Adat Atau 'Urf Dalam Fiqih Islam

4 Mins read
Kuliahalislam.Adat (‘adah) secara bahasa berarti sesuatu yang dikerjakan atau diucapkan berulang-ulang, sehingga dianggap baik dan diterima oleh jiwa dan akal sehat. Istilah…
Keislaman

Dua Ayat Satu Ruh, Membaca Al-Qur’an Bersama Al Razi

3 Mins read
Ada kata-kata dalam Al-Qur’an yang selalu terasa lebih dalam dari bahasa. Ruh adalah salah satunya. Ia sering disebut, tetapi jarang benar-benar dipahami….
Keislaman

Tafwid atau Takwil? Pendekatan Eklektik Imam Al Qurthubi Terhadap Ayat Antropomorfisme QS. Al Baqarah Ayat 115

3 Mins read
Tafwid secara etimologis bermakna menyerahkan atau mewakilkan suatu urusan. Dalam konteks akidah, khususnya saat menghadapi ayat antropomorfisme (yang menyinggung sifat-sifat Allah), tafwid…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights