KULIAHALISLAM.COM – Ibnu Katsir (700 H/1300 M-774 H/1373 M) merupakan Ulama
besar bidang Tafsir Alqur’an dan sejarah Islam. Nama lengkapnya adalah Abu
Fida’ Imaduddin Ismail ibn Umar ibn Katsir ibn Dhau’ ibn Katsir al-Quraisy
ad-Dimasyqi. Ibnu Katsir sudah hafal Alqur’an pada usia 11 tahun dan
membacanya dengan berbagai macam qira’at.
Beliau berguru dengan banyak
Ulama besar diantaranya Ibnu Taimiyah, Imam Adz-Dzahabi dan Abu al-Hajjaj
al-Mizzi dan menikahi putrinya.Tafsir Ibnu Katsir ditulisnya sebanyak 10 jilid
yang merupakan karya fenomenalnya. Selain itu karyanya adalah Qashash
al-Anbiya (Sejarah Para Nabi).
Dalam kitab Qashash al-Anbiya
(Sejarah Para Nabi), Ibnu Katsir menjelaskan tentang Nabi Shaleh dalam
Alqur’an. Nabi Shaleh hidup ditengah-tengah kaum Tsamud, istilah Tsamud
diambil dari nama kakek mereka yaitu Tsamud, saudara Judais. Keduanya adalah
putra Abir bin Irham ibn Sam ibn Nabi Nuh Alaihisalam.
Mereka merupakan salah satu dari kabilah
bangsa Arab yang menetap di daerah bebatuan yang terletak antara Hijaz dan
Tabuk. Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam pernah melewati
daerah tersebut ketika beliau berangkat ke Tabuk bersama kaum Muslimin. Allah
berfirman dalam Q.S Hud ayat 61 :
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ
ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ
وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى
قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
Arab-Latin: Wa ilā ṡamụda akhāhum
ṣāliḥā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, huwa ansya`akum
minal-arḍi wasta’marakum fīhā fastagfirụhu ṡumma tụbū ilaīh, inna rabbī qarībum
mujīb.
Artinya:
Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan
selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya).”
Kaum Tsamud hidup menyembah berhala,
oleh karena itu Allah mengutus seorang hamba dan Rasul-Nya dari kalangan mereka
sendiri yaitu Nabi Shaleh ibn Ubaid ibn Masih ibn Ubaid ibn Hadr ibn Tsamud ibn
Atsir ibn Irham ibn Nabi Nuh Alaihisallam. Banyak ayat Alqur’an yang menceritakan kaum
Tsamud seperti yang terdapat dalam Alqur’an surah At-Taubah, Surah Ibrahim,
Surah Al-Furqan, Shad, Qaf, an-Najm dan Al-Fajr.
Para ahli Tafsir Alqur’an
menjelaskan bahwa pada suatu hari kaum Tamsud berada di suatu tempat. Selanjutnya,
Nabi Shaleh datang kepada mereka untuk mengajak mereka menyembah Allah. Kaum Tsamud
berkata padanya sambil menunjuk batu besar di dekat mereka; “Jika engkau
dapat mengeluarkan seekor unta yang besar, gemuk maka kami akan memenuhi
seruanmu !.”
Nabi Shaleh menuju tempat salatnya
dan mengerjakan salat, kemudian ia berdoa kepada Allah agar memenuhi
permintaan kaumnya. Maka Allah memerintahkan batu besar itu terbelah dan
keluarlah seekor unta yang persis ciri-cirinya seperti yang mereka minta. Setelah
menyaksikan hal itu maka sebagian kecil kaum Tsamud, beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya tetapi sebagian besar makin bertambah kekafirannya.
Mereka menganiaya unta tersebut,
adapun pemimpin orang-orang yang beriman dari kaum Tsamud adalah Junda’ ibn Amr
ibn Mihlah ibn Labid ibn Jawas. Nabi Shaleh berkata; “Ini adalah unta betina
dari Allah, menjadi bukti bagi kalian atas kebenaran yang aku tawarkan kepada
kalian, oleh sebab itu biarkanlah unta ini dan janganlah kalian mengganggunya
yang dengan gangguan itu kalian akan mendapatkan azab dari Allah.”
Ditetapkanlah kesepakatan bersama
agar unta itu dibiarkan hidup ditengah-tengah mereka, memakan rumput dan minum
sekehendaknya di tanah mereka. Waktu terus berlalu dan para tokoh kafir menyusun
rencana untuk menyembelih unta betina itu. Keputusan ini mereka ambil agar
mereka tidak merasa terusik dengan kehadiran unta itu. Orang yang ditugaskan
untuk membunuh unta itu adalah Qidar ibn Salif ibn Junda’. Ia adalah orang yang
berkulit coklat tua dan bertubuh pendek.
Kaum Tsamud di Azab Allah
Qidar
menghujam pedangnya ke unta itu sehingga kakinya putus dan ia menyembelih unta
itu. Tidak cukup dengan itu, mereka berencana membunuh Nabi Shaleh. Allah
berfirman;
“Dan mereka pun merencakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami
merencanakan makar pula sedangkan mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah
terhadap makar mereka bahwa Kami akan binasakan mereka dan kaum mereka semua.
Itulah rumah-rumah mereka yang runtuh akibat kezaliman mereka. Sesungguhnya,
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi kaum yang mengetahui. Dan telah
Kami selamatkan orang-orang beriman dan mereka itu selalu bertakwa (QS. An-Naml
ayat 50-53).
Demikianlah, Allah menurunkan
batu-batu yang melempari laki-laki yang membunuh unta tersebut, kemudian
keesokannya pada hari kamis pagi, wajah seluruh kaum Tsamud yang kafir berubah
jadi kuning, pada hari jumatnya wajah mereka berubah jadi warna merah dan pada
hari sabtunya wajah mereka berubah jadi hitam.
Mereka bukan bertaubat tetapi makin
menambah kekafirannya dan meminta azab segera tiba. Pada hari ahad, terdengar
suara menggelegar sangat keras dari langit dan terjadi gempa sangat dahsyat dan
mereka semua tewas.
Allah berfirman:
“Maka jadilah mereka mayat-mayat yang
bergelimpangan di tempat mereka tinggal” (QS. Al-A’raf ayat 78)
Tidak ada yang tersisa kecuali
seorang budak perempuan bernama Kalbah binti A-Salqi yang menyaksikan peristiwa
itu. Ia wanita kafir yang sangat
memusuhi Nabi Shaleh, ia berlari ke tempat lain dan memberitahukan daerah lain
apa yang terjadi pada kaumnya. Pada saat ia minum air, seketika ia mati
menyusul kaumnya ke neraka.
Allah berfirman;
“Sesungguhnya, kaum Tsamud
mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaan bagi kaum Tsamud,” (QS. Hud ayat
68).
Kisah Abu Regal
Imam Ahmad berkata, Abdurrazaq
menceritakan kepada kami, Muammar menceritakan kepada kami, Abdullah ibn Utsman
ibn Khaitsam menceritakan kepada kami, dari Abu Zubair dari Jabir ibn Abdullah,
ia berkata ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melewati
Al-Hijr (ibukota kaum Tsamud), beliau bersabda; “Jangan kalian bertanya
tentang bukti-bukti kebenaran (kenabian) karena hal itu pernah ditanyakan oleh
kaum Nabi Shaleh. Unta betina milik Nabi Shaleh muncul
dan kembali ke batu ini. Mereka melanggar perintah Tuhan mereka dan menyembelih
unta betina itu. Sebelumnya unta betina itu meminum air dari sumur milik mereka
satu hari dan mereka meminum airnya satu hari pula. Mereka lalu menyembelihnya
sehingga mereka ditimpa oleh suara guntur yang sangat keras dari langit. Dengar
suara guntur itu, Allah membinasakan semua orang yang berada di bawah langit
ini kecuali satu orang saja yang berada di tanah Haram.”
Para sahabat bertanya, “ Siapa orang
itu wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : Ia adalah Abu Rughal. Akan tetapi
setelah ia keluar dari tanah Haram, ia langsung ditimpa azab yang menimpanya,” (H.R Imam Ahmad).
Abdurrazaq juga berkata, Muammar berkata; ‘Ismail ibn
Umayyah mengabarkan kepada kami bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
pernah melewati kuburan Abu Rughal. Beliau kemudian bertanya; “Taukah
kalian siapa yang berada di kuburan ini ?”. Mereka menjawab; “ Allah dan
Rasull-Nya lebih tahu.”
Nabi bersabda: Ini adalah kuburan Abu Rughal, salah
seorang dari kaum Tsamud. Saat itu ia berada di tanah haram. Akan tetapi ketika
ia keluar dari tanah haram, ia tertimpa azab sehingga ia dimakamkan disini.
Bersamanya pula dimakamkan sebatang emas, lalu ada suatu kaum berduyun-duyun
membawa pedang untuk menemukan emas itu. Pada akhirnya berhasil mengeluarkan
emas itu.”
Mada’in Shaleh
Mada’in Shaleh menjadi sebuah
misteri bagi ilmuwan, di dalam buku “Mada’in Shaleh, Tilka Al-A’jubah
(Mada’in Shaleh, Sebuah Keajaiban) karya Muhammad ‘Abd Al-Hamid Murdad
mengatakan bahwa; “Jika anda berada di rumah-rumah ini, anda akan merasakan
seakan-akan berada di antara ribuan gunung yang terpisah dan bagian lainnya
berbentuk arsitektur yang memukau. Setiap gunung dipahat dengan ukiran yang
sangat indah dan setiap gunung merupakan tempat tinggal setiap keluarga. Anda
akan melihat pintu-pintu dan jendela-jendela besar yang dipahat di gunung itu
dan ada lukisan kuno yang mengisahkan nama-nama pemilik gunung, tahun
pengukirannya dan nama-nama setiap anggota keluarga, terdapat juga dua gunung
besar bernama lembah Al-Mu’zham dan gunung Al-Hiwar tempat keluarnya
unta Nabi Shaleh.”
Terdapat gunung bernama Al-Muruj
yang dipahat dengan pahatan sederhana, pada setiap pahatan terdapat patung
menyerupai kepala burung Nasar. Di Mada’in Shalih, anda akan melihat
jalan-jalan yang seluruhnya teratur dan luas.
Tempat masuk negeri ini bernama
jalan Al-Ala, dan jalan untuk menuju peristirahatan Raja, terpahat
dengan pahatan sangat indah. Lembah yang terkenal dari Mada’in Shalih
adalah Lembah As-Sabkhah yaitu lembah putih yang tanahnya asin. Ketika
berjalan di atas tanahnya maka kaki terperosok ke dalam tanah dan dapat
tenggelam ke dalam tanah.