Artikel

Memaknai Definisi dan Fungsi Ulama

3 Mins read
Pada dasarnya ajaran Islam tidak membatasi umatnya untuk meraih pengetahuan (ilm) sebanyak mungkin, termasuk pengetahuan keagamaan (ulum al-diniyyah). Tidak ada ketentuan bahwa pengetahuan itu menjadi privilese bagi golongan tertentu, melainkan pengetahuan itu boleh dimiliki oleh siapa saja, inklusif, dan tidak eksklusif.

Meskipun penguasaan ilmu agama menjadi syarat bagi sebutan ulama, namun tidak semua orang yang berilmu otomatis mendapat julukan tersebut. Atribut ulama tidaklah didasarkan atas pengakuan diri orang yang bersangkutan, pemberian lembaga eklesiastik tertentu, dan juga bukan berasal dari pengakuan pemerintah.

Otoritas dan atribut keulamaan bersumber dari pengakuan masyarakat. Karena pengakuan itu berasal dari masyarakat, maka otoritas ulama itu tidak termanifestasi secara riil jika tidak dibarengi dengan penampakan sifat-sifat pribadi yang pantas mereka miliki. Dengan kata lain, ulama adalah atribut bagi orang yang memiliki kedalaman ilmu agama dan kesalehan sekaligus.

Jika ditelisik, ulama bentuk jamak dari alim yang berarti terpelajar atau cendekiawan, yaitu orang-orang yang diakui sebagai cendekiawan atau sebagai pemegang otoritas pengetahuan agama Islam. 

Mereka adalah para imam masjid-masjid besar (agung), para hakim, guru-guru agama pada universitas (perguruan tinggi Islam), dan yang secara umum, ia merupakan lembaga kelompok terpelajar atau kalangan cendekiawan keislaman yang memiliki hak penentu atas permasalahan keagamaan.

Prof. Dawam Rahardjo juga berpendapat, bahwa istilah “ulama” sebenarnya berasal dari kata alim dan merupakan bentuk jamak dari kata itu. Tapi dalam pengertian umum sekarang, “ulama” sudah menjadi bentuk tunggal. 

Seorang alim adalah seorang yang berilmu, tapi kata “ulama” menunjuk kepada orang yang memiliki pengetahuan agama, terutama di bidang fikih atau hukum agama, padahal ahli fikih itu lebih tepat disebut sebagai faqih atau jamaknya fuqaha.

Para ulama, menurut suatu hadis Nabi Muhammad SAW adalah pewaris para nabi. Dengan demikian maka tugas para ulama adalah meneruskan misi dan perjuangan para nabi dalam menyampaikan agama Allah kepada umat manusia. 

Para ulama adalah mereka yang menekuni keseluruhan ajaran ajaran Islam, melakukan interpretasi dan mensistematisasikannya, kemudian menyampaikannya kepada mayarakat.

Jadi tak keliru jika dikatakan bahwa, ke-Ulama-an pada umumnya bukanlah merupakan sebuah profesi (pekerjaan). Seorang ulama dalam kehidupan sehari-hari mungkin bekerja sebagai pedagang, petani, guru, birokrat, pengrajin, dan sebagainya.

Lalu apa sebenarnya fungsi Ulama?


Syahdan. Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, tidak seluruh sahabat beliau terjun dalam kemiliteran, tetapi sebagian di antara mereka ada yang menyibukkan diri dalam bidang keilmuan keagamaan (tafaqquh fi al-din). Kelompok terakhir ini, pada nantinya akan menjadi cikal bakal tumbuhnya kelompok ulama dalam Islam di kemudian hari.

Pada saat itu mereka disebut ahl al-suffah. Mereka biasa berkumpul di samping masjid Madinah untuk memperbincangkan pengetahuan keagamaan. Dan selanjutnya mereka inilah yang tampil sebagai otoritas paling awal dan penafsiran Alqur’an, Sunnah Nabi, dan hukum Islam.

Sejalan dengan pesatnya ekspansi dan meluasnya kontak-kontak dengan dunia keilmuan di luar jazirah Arabia, maka terjadilah diferensiasi (percabangan) dalam ilmu-ilmu Islam. Oleh sebab itu, pemberian gelar atau sebutan khusus bagi pakar masing-masing ilmu, secara alamiah terjadi.

Ulama yang concern terhadap hadis-hadis Nabi dan menguasai serta menghafalkannya dengan baik disebut muhaddits; mereka yang memiliki kompetensi tinggi dalam bidang kalam disebut mutakalim, sebutan faqih diperuntukkan bagi mereka yang sangat menguasai bidang hukum, sedangkan mereka yang otoritatif dalam bidang tasawuf disebut shufi.

Dengan menguatnya kedudukan ilmu fikih, maka kedudukan dan peran ulama fikih (fuqaha) dalam masyarakat ikut dominan. Karena dominasi itu, maka sebutan ulama mengalami penyempitan pemakaiannya menjadi sebutan bagi orang yang ahli ilmu agama, lebih spesifik lagi ahli fikih.

Untuk mengejawantahkan ajaran Islam, yang secara intrinsik bercorak kemasyarakatan, kaum Muslimin sejak generasi awal telah mementingkan sekaligus membentuk berbagai pranata institusional untuk mendukung pelaksanaan ajaran tersebut. 

Dengan kata lain, meskipun ulama bukanlah kategori profesi, tetapi pada bidang-bidang dalam masyarakat Muslim yang secara tradisional diisi oleh mereka. Institusi masjid, misalnya menempatkan fungsionaris-fungsionarisnya, seperti imam dan khatib, sebagai ulama. 

Dalam bidang peradilan, jabatan qadi, qadhi al-qudhat, mufti, dan syaikh al-Islam juga dipercayakan kepada ulama. Begitu pula kepemimpinan tarekat, yang banyak tersebar di dunia Islam, dipegang oleh ulama shufi.

Bagian yang paling menonjol kiprah ulamanya adalah dalam bidang pendidikan (agama). Karena sebagai pemilik keahlian dalam bidang agama, khususnya fikih, merekapun dilahirkan dari institusi-institusi pendidikan, seperti masjid, halaqah, majelis, sampai madrasah.

Di samping itu secara konsepsional, ulama bukanlah kelas kependetaan, yaitu kelas yang memiliki otoritas keagamaan dan bisa menciptakan ritus-ritus baru dan mereka yang memiliki hak eksklusif untuk memimpin acara-acara keagamaan. 

Ulama memang bias menjadi kelas sosial tersendiri dalam suatu masyarakat Islam, tetapi status kelas itu tidak ada dasar-dasarnya yang bersifat keagamaan doktriner. Wallahu a’lam bisshawaab.

*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.
2363 posts

About author
http://kuliahalislam.com
Articles
Related posts
Artikel

Jawaban Jika Anak Bertanya Bolehkah Bermain dengan Orang Yang Beragama Kristen?

2 Mins read
Jawaban jika anak bertanya bolehkah bermain dengan orang yang beragama Kristen? Ibu saya berpesan jangan bermain dengan teman-temanmu yang beragama Kristen? Apakah…
Artikel

Anak Bertanya, Berperang Demi ISIS Apakah Perintah Tuhan?

3 Mins read
Anak bertanya, berperang demi ISIS apakah perintah Tuhan? Suatu ketika, Irma bertanya kepada Ibunya, “Ibu kenapa ya di Televisi itu banyak berita…
Artikel

Jawaban Jika Anak Bertanya Apakah Kita Mendapat Pahala Jika Membantu Non-Muslim?

2 Mins read
Jawaban jika anak bertanya apakah kita mendapat pahala jika membantu non-muslim? Hakikatnya hubungan antara seorang Muslim dan non-Muslim tidak didasarkan pada kebencian…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights