KeislamanSejarah

Kekuasaan Islam di Sicilia, Italia

6 Mins read

Kuliahalislam.Sicilia merupakan pulau terbesar di laut tengah yang dipisahkan oleh Selat Messina dari daratan Italia. Pulau ini mempunyai peranan besar dalam penyiaran agama Islam ke Eropa dari abad ke-7 sampai abad ke-12. Pulau itu kini termasuk wilayah Italia dengan hak otonomi.

Sebelum dimasuki Islam, Sicilia dikuasai secara silih berganti oleh berbagai dinasti dan imperium. Mulai dari tahun 734 SM- 241 SM, pulau ini dikuasai oleh orang-orang Yunani dan Carthagia, kemudian oleh kekaisaran Romawi (241 SM-436 M), lalu oleh Vandal dan Ostrogoth (436-533) dan akhirnya Bizantium (533-827).

Ketika orang-orang Islam memasuki Sicilia tahun 662, Bizantium masih berkuasa di sana. Islam merebut wilayah ini dan menguasainya selama lebih kurang 2,5 abad (827-1091). Sesudah lepas dari Islam, pulau itu diduduki oleh bangsa Norman, kemudian Jerman, Perancis, Spanyol dan akhirnya Italia sejak tahun 1860.

Sebenarnya kaum Muslimin sudah berniat untuk menaklukan pulau ini sejak masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab pada tahun (634-644). Ketika itu para Panglima mendesak Khalifah Umar agar mengislamkan mereka, meneruskan penaklukan dengan menyeberangi Laut Tengah. Akan tetapi Umar Bin Khattab menolak karena pulau itu sangat jauh dari pusat pemerintahan Islam, medan untuk sampai ke sana sangat sulit ditempuh dan daerah-daerah yang baru dikuasai harus dibenahi.

Niat kaum Muslimin untuk memasuki pulau itu baru terlaksana pada tahun 662, di masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan ( khalifah pertama Bani Umayyah). Atas perintah Mu’awiyah dikirimlah pasukan tentara di bawah pimpinan Mu’awiyah bin Khudaij, dan selanjutnya dibawah Abdullah bin Qais.

Pada waktu Musa bin Nusair menjadi gubernur Afrika Utara, tentara Islam di bawah pimpinan Abdullah bin Musa digerakan dari Afrika untuk menyerang pulau-pulau di laut tengah seperti Balearis, Sardinia, dan Sicilia pada tahun 704 dan tahun 710.

Pada tahun 724-740 penyerangan serupa terjadi di bawah pimpinan panglima perang seperti Bisr bin Safwan, Ubaidah bin Abdurrahman, Mustabir bin Haris, Abdul Malik bin Qattan, Abu Bakar bin Suwaed, dan Habib bin Ubaidah. Bahkan antara tahun 753-800, serangan tentara Islam terus berlanjut. Tetapi penyerangan itu tidak berhasil menahlukkan Sicilia.

Kendati demikian, usaha menaklukkan Sicilia tetap dilakukan. Penaklukan pertama berhasil dilakukan oleh Dinasti Aglabid ( sejak tahun 831), kemudian oleh Dinasti Fatimiyah ( sejak tahun 909) dan oleh Dinasti Kalbi ( oleh sejak tahun 947).

Ibrahim I bin Aglab al-Aglab (wafat 812), gubernur pertama ( Pemerintah tahun 800-812) dari Dinasti Aglabid yang berpusat di Qairawan ( Afrika Utara), sebenarnya sudah memikirkan upaya untuk menguasai Sicilia. Akan tetapi niat itu tidak segera terwujudkan karena kesibukannya dalam membenahi urusan dalam negeri.Untuk urusan luar negeri, dia hanya sempat mengadakan perjanjian damai dengan Bizantium yang ketika itu juga menguasai Sicilia.

Niat Ibrahim baru terwujud pada tahun 827 ketika Ziyadatullah I ( wafat 838), Gubernur ketiga Dinasti Aglabid, menerima tawaran Euphemius ( seorang pangeran dan komandan Angkatan Laut Bizantium di Sicilia) untuk menyerang dan melawan kaisarnya yaitu Michael II, karena sang Kaisar mencuri dan mengawini secara paksa Homoniza, biarawati yang sebelumnya menjadi kekasih Euphemius.

Untuk memenuhi tawaran itu, Ziyadatullah I mengirim Asad bin al-Furat, seorang panglima perang Dinasti Aglabid, lengkap dengan Armada yang berkekuatan 70 kapal, Rp10.000 tentara dan 700 ekor kuda yang kemudian bergabung dengan pasukan Euphemius.

Mereka berhasil mendarat di Mazara ( sebuah kota di Sicilia) dan menghancurkan pasukan Balata ( panglima perang Byzantium). Kemudian mereka mengepung Siracusa selama setahun tetapi pengepungan itu tidak berhasil.

Asad kemudian digantikan oleh Muhammad bin Abu al-Khudaij sebagai panglima perang. Bersama pasukan Euphemius ( ketika itu Euphemius telah meninggal), Muhammad bin Abu Al-Khudaij berusaha keras untuk melanjutkan peperangan tetapi usaha ini tidak membawa hasil.

Penyerangan berikutnya di bawah pimpinan Zuhair al-Gaus juga tidak berhasil menjatuhkan Siracusa, benteng dan ibukota Bizantium di Sicilia. Pemerintahan di Sicilia bawah Kaisar Theophilus, pengganti Kaisar Michael II ( wafat tahun 829), semakin merosot, Ziyadatullah I mengirim satu pasukan dipimpin oleh panglima Asbag bin Waklil dengan kekuatan 23.000 tentara.

Mereka berhasil menaklukkan Mineo dan Ghalwaliya (Collonium), kota di bagian selatan Sicilia, sebelum Asbag meninggal. Setelah dikepung selama hampir setahun, Palermo dapat dikuasai dan ditaklukan pada 12 September 831, lalu dijadikan sebagai ibukota dan menjadi pusat penyerangan Ke kawasan lain yang belum ditahlukan.

Lima bulan kemudian, Ziyadatullah menunjuk misannya, Abu Fihr Muhammad bin Abdullah sebagai wali di Sicilia dan sejak saat itu dinasti ini membangun koloni baru di pulau itu. Kota-kota lain yang kemudian berhasil ditaklukan adalah Castrogiavanni (859), Noto (864). Jatuhnya kota Siracusa menyebabkan pertahanan Bizantium semakin terdesak dan akhirnya Islam berhasil menaklukkan seluruh Sicilia pada tahun 902, setelah melakukan penyerangan selama 75 tahun.

Gubernur Dinasti Aglabid yang pernah memerintah Sicilia antara lain Abu Fihr Muhammad bin Abdullah, Abu Aglab Ibrahim bin Abdullah, Abbas bin Fadl, Khafaja bin Sufyan, Ja’far bin Muhammad dan Abdullah bin Ibrahim ( wafat tahun 903). Pada tahun 909, kekuasaan Dinasti Aglabid berakhir ketika Ubaidillah Al Mahdi, pendiri Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara berhasil mengalahkannya.

Gubernur Fatimiyah yang pertama berkuasa di Sicilia adalah Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris, yang Kemudian pada tahun 910 digantikan oleh Hasan bin Ahmad, seorang panglima yang terpercaya dan terkenal. Pada masa pemerintahan Hasan, kekuasaan Dinasti Fatimiyah mulai mapan dan ajaran Syiah mulai disebarkan di tengah-tengah kaum muslimin Sicilia yang terdiri atas orang-orang Arab dan Barbar yang mayoritas Suni.

Karena tidak senang dengan keadaan demikian, orang-orang Arab yang anti Syiah di Palermo dan orang Barbar di Girgenti ( kota di pesisir selatan Sicilia) bersatu untuk membangun pemerintahan Suni di bawah pimpinan Ibnu Qurhub dan mendapat dukungan besar dari al-Muqtadir ( khalifah Dinasti Abbasiyah ke-18 yang memerintah tahun 908-932). Karena itu, al-Muqtadir memberikan legitimasi dan mengukuhkan Ibnu Qurhub sebagai Amir.

Melihat keadaan demikian, Dinasti Faitimiyah dengan dukungan orang Barbar yang tidak senang dengan pemerintahan Ibnu Qurhub, menyerang dan menangkap serta mengeksekusi Ibnu Qurhub. Tetapi pasukan yang menyerang Ibnu Qurhub itu juga akhirnya berbalik dan memberontak terhadap Dinasti Fatimiyah.

Untuk memadamkan pemberontakan Barbar, dikirimkan Abu Sa’id Musa ad-Daif dari Afrika. Ia berhasil. Ketika ia kembali ke Afrika, pemerintahan diserahkan kepada Salim bin Rasyid sebagai gubernur. Salim pemerintah selama 20 tahun sejak tahun 917 sampai kemudian tumbang pada tahun 937 setelah orang Barbar dan etniknya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang bercorak otoriter.

Dia lalu digantikan oleh Khalil bin Ishaq yang kemudian berhasil melumpuhkan pemberontakan itu. Empat tahun kemudian Khalil kembali ke Afrika dan pemerintahan serahkan kepada perwiranya yaitu Ibnu al-Kufi dan Ibnu Attaf. Pemerintahan Dinasti Fatimiyah di Sicilia di bawah kekuasaan kedua perwira tersebut menjadi semakin lemah karena dia mendapat dukungan dari Muslim Sicilia yang Suni.

Dalam keadaan lemah inilah Dinasti Kalbi yang memerintah di Sicilia adalah Hasan bin Ali bin Abu Al Husain Al-Kalbi ( wafat tahun 965). Dia pada mulanya adalah perwira yang dikirim ke Sicilia untuk melumpuhkan pemberontakan yang dilakukan oleh Banu at-Tabari tahun 947.

Setelah berhasil menumpas pemberontakan itu dia membangun, Dinasti Kalbi yang bercorak semi independen dan pemerintah di pulau itu selama 6 tahun. Ketika Hasan al-Kalbi ditarik kembali ke Afrika pada tahun tahun 953, dia digantikan oleh anaknya itu Ahmad bin Hasan Al-Kalbi, yang memerintah selama 16 tahun.

Selama pemerintahan Ahmad mencatat banyak kemajuan yang dicapai baik di bidang militer maupun sosial. Dia beberapa kali menjarah Italia dan bahkan pada tahun 962-963 dapat menaklukkan daerah pegunungan di sebelah selatan Messina.

Kota-kota di Italia yang pernah diduduki Dinasti Kalbi ialah Matera (994), Cosenza (1009), Bignano (1020) dan Cassano (1031). Usaha untuk menaklukkan kota-kota lainnya seperti Salerno di pesisir Selatan Italia dan Bari di pesisir utara Italia mengalami kegagalan karena Bizantium mendapatkan bantuan tentara Normandia, Venesia dan Pisa.

Persatuan tiga kekuatan ini bahkan mengadakan serangan balik terhadap Islam. Karenanya, kedudukan Islam menjadi terdesak sehingga pada tahun 1032 sebuah Armada Dinasti Kalbi dapat dihancurkan pasukan Bizantium di bawah Nicephorus.

Kemajuan Dinasti Kalbi berlangsung selama kurang lebih setengah abad itu mulai masa pemerintahan Ahmad bin Hasan (953-969) sampai dengan pemerintahan Abu al-Futuh Yusuf bin Abdullah (989-998). Dinasti ini mengalami kejayaan di Sicila pada masa al-Futuh yang penuh kedamaian, keadilan dan budi pekerti luhur sehingga rakyatnya tentram.

Kekuasaan mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Ja’far bin Yusuf yang tidak dapat mengendalikan pemerintahan dengan baik. Pada tahun 1044 kekuasaan Bani Kalbi berakhir ketika Hasan asy-Syamsan dipecat oleh pihak yang memenangkan peperangan dengan Dinasti Kalbi di Sicilia yaitu Ali bin Nikmah, Abdullah bin Mankut, dan Ibnu Maklati.

Kekuasaan Islam di Sicilia mulai melemah ketika terjadi perang saudara dan campur tangan Bizantium yang membuka jalan bagi masuknya kekuasaan Norman ke pulau ini. Penahlukan Norman terhadap wilayah ini ditandai dengan jatuhnya beberapa kota ke tangan Roger I (wafat 1101), seperti Messina pada tahun 1060, Palermo pada tahun 1071, dan Siracusa pada tahun 1085. Penaklukan berakhir pada tahun 1091. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di wilayah itu selama kurang lebih dua setengah abad.

Penduduk Sicilia pada masa pendudukan Islam merupakan campuran berbagai suku, ras dan agama yaitu orang Sicilia, Yunani, Lombard, Arab, Persia, dan Negro. Mereka menganut agama yang berbeda pula itu Islam dan Kristen. Orang-orang Muslim tampil sebagai pejabat pemerintah, penguasa, Ulama tetapi tidak memaksa non muslim untuk memeluk agama Islam.

Selama pemerintahan ke-3 Dinasti Islam tersebut di atas, Sicilia menunjukkan kemajuan yang menonjol di berbagai bidang seperti pembangunan gedung-gedung, istana dan masjid. Palermo merupakan pusat perdagangan. Pengembangan ilmu pengetahuan selama pemerintahan Islam di pulau itu juga sangat menonjol.

Ulama yang terkenal dari pulau itu antara lain yaitu Muhammad bin Khurasan dan Isma’il bin Khalaf ( keduanya ahli di bidang Qiraah), Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim At-Tamimi ( ulama ahli hadits), Asad bin al-Furat ( ulama Fiqih) dan Atiq bin Ali as-Samantari ( ulama hukum, teolog dan Sufi).

Ilmu umum yang dikembangkan ialah kedokteran, astronomi,filsafat dan lainnya. Ilmuwan yang terkenal adalah Abu Abdullah bin al-Qarani (astronom, matematikus, dan penyair) dan Abu Bakar as -Siqqili ( ahli kedokteran).

Setelah berada di Sicilia, orang Norman di bawah kekuasaan Roger I juga ikut mengembangkan ilmu dan kebudayaan yang telah dikembangkan oleh Islam. Usaha itu dilanjutkan oleh putranya yaitu Roger II (1130-1154) dan cucunya Wililiam II (1166-1189). Orang Norman adalah perantara kebudayaan dan ilmu pengetahuan ke Eropa.

Mereka tidak hanya toleran terhadap kaum muslimin melainkan juga menyenangi kebudayaan Islam. Pada masa mereka kegiatan ilmiah berkembang pesat. Mereka juga melakukan penerjemahan buku-buku Bahasa Arab ke dalam bahasa Latin.

214 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
Keislaman

Hukum Rahn (Jaminan Utang) dalam Islam

5 Mins read
Kuliahalislam.Rahn ( tetap, kekal, sinambung dan tertahan/ jaminan). Sarana tolong-menolong bagi umat Islam tanpa adanya imbalan jasa. Orang yang berutang (rahin) tidak…
Keislaman

Rekonstruksi Makna Wahyu: Paradigma Baru dalam Ulumul Quran

2 Mins read
Konsep wahyu dalam kajian Ulumul Quran merupakan fondasi yang menjelaskan bagaimana Al-Quran dipahami sebagai kalam Ilahi yang turun kepada Nabi Muhammad SAW…
KeislamanSejarah

Imam as-Sakhawi Sejarawan Islam

4 Mins read
Kuliahalislam.Imam As-Sakhawi (as-Sakha, Cairo, 1427-Madinah, 1497). Ia merupakan ahli hadits, ulama produktif dan sejarawan Islam besar pada zamannya. Nama lengkapnya adalah Abu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights