Penulis: Irma Safinadia Nugraheni*
KULIAHALISLAM.COM – Berangkat dari narasi tentang “apakah hidup itu membosankan?” Seolah menjadi perhatian utama bagi orang-orang yang merasa hidupnya hanya berputar pada itu-itu saja. Kegiatan yang berulang, kondisi yang berulang, atau bahkan merasa dirinya tak memiliki gairah untuk melanjutkan pekerjaan yang sedang di lakukan.
Kenapa bisa terjadi? Ada yang salah dari pola hidup? Atau justru itu karena diriku yang terlalu berkembang di awal berakhir merasa jenuh diakhir? Nah, mari kita coba telaah lebih lanjut dengan menggunakan teori psikologi humanistik yang membahas bagaimana manusia dapat pencapai puncak aktualisasi diri.
Menurut Abraham Maslow yakni seorang tokoh psikologi humanistik, makna adalah hal yang akan mendorong kita untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Sekarang ini anak muda seringkali menjadikan uang sebagai motivasi dasar untuk beraktifitas. Terlihat dari banyaknya jawaban ketika ditanya apa tujuan sekolah tinggi-tinggi, apa tujuan dari bekerja tanpa henti? Semua itu terjawab dengan satu kata, yaitu uang.
Mengorientasikan uang sebagai motivasi dalam hidup sebenarnya sah-sah saja. Mengingat saat ini, hampir semuanya memerlukan uang, mulai dari pendidikan, makan, hingga jaminan kesehatan. Bahkan dalam beberapa kasus uang bisa menjadikan manusia berbuat jahat. Hal ini dibuktikan dengan kasus pembunuhan, perebutan harta warisan, perampokan, juga penipuan yang motif dasarnya adalah uang.
Sobat, kita pasti pernah mendengar narasi “uang tidak akan bisa membeli kebahagiaan.” Lalu bagaimana dengan narasi “punya uang saja aku tak bahagia, apalagi kalau tak punya uang? Tambah tak bahagia” dari kedua narasi diatas apakah bisa diartikan jika uang merupakan hal yang dapat dijadikan motivasi untuk hidup bahagia atau justru tidak.
Hidup perlu uang, tapi uang saja cukup?
Jawabannya adalah tidak. Walaupun didalam realita uang diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi menjadikan uang sebagai tujuan hidup bukanlah jawaban yang tepat. Kita memerlukan pertemanan yang tulus, juga keluarga yang bahagia untuk kenyamanan dan keamanan. Kita perlu merasa aman dan merasakan kasih sayang yang cukup untuk memenuhi makna hidup kita.
Setelah kita merasa kita sudah cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, oksigen, kesehatan bahkan uang, tahap selanjutnya adalah tahap untuk “hidup seutuhnya.”
Kita juga perlu memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti kebutuhan cinta dan penerimaan. Kebutuhan ini akan tercukupi jika kita tumbuh dalam lingkungan yang sehat, seperti lingkungan keluarga ataupun pertemanan. Lalu bagaimana kalau kita sudah bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan tapi masih merasa hidup itu hampa?
Pentingnya motivasi pada hidup kita
Untuk mencapai tahap hidup sempurna dan tidak lagi merasa hampa, kita perlu memiliki motivasi dalam setiap langkah yang kita ambil. “Untuk apa kita bekerja, serta untuk apa kita bersekolah,” atau “aku bertujuan untuk mendapatkan kasih sayang” dan “Aku bertujuan untuk menjadi juara.” Hal-hal kecil dalam hidup kita terkadang membutuhkan alasan untuk dilakukan, dan alasan yang dapat mendorong kita untuk melakukan pemenuhan atas keinginan kita.
Sebagai manusia, kita perlu untuk terus berkembang dan tahu apa potensi yang kita miliki. Kita terlahir bukan tanpa sebab, kita memiliki eksistensi dalam dunia, manusia memiliki akal apalagi jika kita terlahir secara sehat jasmani dan rohani.
Keinginan untuk melakukan suatu hal hingga membuat kita terus berusaha mencapai tujuan kita adalah salah satu bentuk motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam konteks ini, motivasi dapat diartikan sebagai keinginan yang mendorong kita untuk melakukan suatu hal.
Bagaimana cara untuk mengembangkan potensi yang kita miliki adalah permasalahan yang cukup pelik dan seringkali dialami oleh individu. Kita sudah tau apa potensi kita dengan memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan yang lain, tapi kita belum mampu untuk menggunakan semua kemampuan kita untuk mencapai keinginan atau impian kita.
Hal itu bisa terjadi karena faktor kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang baik akan membantu kita untuk mencoba hal-hal baru dan berani untuk mengambil pengalaman beresiko, sedangkan rasa tidak percaya diri akan membuat kita cenderung diam di tempat.
Kepercayaan diri yang baik akan membantu kita untuk mengembangkan potensi atau kelebihan-kelebihan yang kita miliki, serta mencoba mengambil pengalaman beresiko yang akan membuat kita terus berkembang dan tidak akan hidup dalam rasa hambar.
Motivasi menuju hidup berarti
Diakhir, kita tahu bahwa keinginan merupakan bentuk dari motivasi-motivasi yang mendorong kita untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang kita perlukan. Dengan adanya motivasi kita akan memiliki tujuan dan dapat mencapai hidup sebenarnya. Kita akan terhindar dari rasa jenuh dan bosan ataupun hidup yang tidak berkembang.
Mencari motivasi bisa dimulai dengan mencoba terbuka dengan banyak hal disekitar. Contohnya adalah dengan mengikuti berbagai kegiatan sosial dan terbuka dengan segala hal baru. Hal baru tersebut bisa meliputi pengalaman baru atau pengetahuan baru.
Kita juga bisa mulai dengan mencoba untuk berpikir lebih ringan mengenai apa saja kita inginkan dan coba untuk meraihnya. Lawan rasa takut dan terus mencoba meraih kemenangan. Jangan pernah menyerah ataupun merasa berkecil hati.
Setelah mengetahui bagaimana keinginan kita dan berusaha meraihnya sekuat tenaga, tanpa sadar kita sudah berada pada tahap keinginan hidup. Kehampaan akan hidup akan mulai berkurang karena pengalihan fokus yang dilakukan.
Dengan berhasilnya kita pada tahap menggunakan semua kemampuan atau potensi kita untuk meraih impian yang kita punya. Kita tidak lagi mulai untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita juga akan menjadi individu yang lebih kreatif serta mampu menyelesaikan semua permasalahan yang ada disekitar kita dengan baik.
Motivasi akan membantu kita menuju hidup seutuhnya. Dimana kita tidak akan bertemu rasa bosan akan hidup, ataupun menemui penyesalan dalam hidup selanjutnya. Sebagai manusia, motivasi memang menjadi hal krusial sebagai pendorong keinginan untuk hidup sepenuhnya.
*) Mahasiswa semester 1 yang sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dengan mengambil Program Pendidikan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.
Editor: Adis Setiawan