Kuliahalislam.Orientalisme adalah pemahaman tentang masalah-masalah ketimuran. Istilah ini berasal dari bahasa Perancis yaitu “Orient” yang berarti Timur atau bersifat Timur dan “Isme” yang berarti paham, ajaran, cita-cita atau sikap. Secara analitis, orientalisme dibedakan atas : Pertama, keahlian mengenai wilayah timur. Kedua, metodologi dalam mempelajari masalah ketimuran. Ketiga, sikap ideologis terhadap masalah ketimuran khususnya terhadap Dunia Islam.
Orang yang mempelajari masalah-masalah ketimuran ( keislaman) disebut Orientalis. Para orientalis adalah ilmuwan barat yang mendalami bahasa-bahasa, kesusastraan, agama, sejarah, adat istiadat dan ilmu-ilmu dunia Timur. Dunia Timur yang dimaksud di sini adalah wilayah yang terbentang dari Timur Dekat sampai ke Timur Jauh ke negara-negara yang berada di Afrika Utara.
Minat orang barat terhadap masalah-masalah ketimuran sudah berlangsung sejak abad pertengahan. Mereka telah melahirkan sejumlah karya yang menyangkut masalah Dunia Timur. Dalam rentang waktu antara abad pertengahan sampai abad ini, secara garis besar orientalisme dapat dibagi atas tiga periode yaitu pertama, masalah sebelum meletusnya Perang Salib di saat umat Islam berada dalam zaman keemasannya sekitar tahun 650-1250 M. Kedua, masa Perang Salib sampai Masa Pencerahan di Eropa. Ketiga, munculnya Masa Pencerahan di Eropa sampai saat ini.
Masa Sebelum Meletusnya Perang Salib
Disaat umat Islam berada di zaman keemasannya, khususnya Baghdad dan Andalusia menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan. Bangsa Eropa yang menjadi penduduk asli Andalusia memakai bahasa Arab dan adat istiadat Arab dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bersekolah di perguruan-perguruan Arab.
Di antara raja-raja Spanyol yang non muslim, misalnya, Peter I (wafat 1104 M), raja Aragon, dan ada yang hanya mengenal huruf Arab. Alfonso IV mencetak uang dengan memakai tulisan Arab. Di Sicilia keadaannya juga sama. Raja Normandia, Roger I menjadikan istananya sebagai tempat pertemuan para ahli filsafat, dokter-dokter dan ahli Islam lainnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Ketika Roger II bahkan lebih banyak dipengaruhi kebudayaan Islam. Pakaian kebesaran yang dipilihnya adalah pakaian Arab. Gereja dihiasi dengan ukiran dan tulisan-tulisan Arab. Wanita Kristen Sicilia meniru wanita Islam dalam soal model pakaian.
Peradaban Islam itu bukan hanya berpengaruh bagi bangsa Eropa yang berada di bawah atau bekas kekuasaan Islam tetapi juga bagi orang Eropa di luar daerah itu. Penuntut ilmu dari Perancis, Inggris, Jerman dan Italia datang belajar ke universitas yang ada di Andalusia dan Sicilia.
Diantaranya terdapat pemuka-pemuka agama Kristen, misalnya Gerbert d’ Aurillac yang belajar di Andalusia dan Sicilia. Gerbert d’Aurillac kemudian menjadi Paus di Roma dari tahun 999-1003 M dengan nama Sylverster II. Adapaun Adellard setelah kembali ke Inggris diangkat menjadi guru Pangeran Henry yang kelak menjadi raja. Dia menjadi salah satu penerjemah buku-buku Arab ke dalam bahasa Latin.
Dalam suasana inilah muncul orientalisme di kalangan Barat. Bahasa Arab mulai dipandang sebagai bahasa yang harus dipelajari dalam bidang ilmiah dan filsafat. Pelajaran bahasa Arab dimasukkan ke dalam kurikulum berbagai perguruan tinggi Eropa seperti di Bologna (Italia) pada tahun 1076 M, Chartres (Prancis) tahun 1117 M, Oxford (Inggris) tahun 1167 M dan Paris tahun 1170 M. Muncullah penerjemah generasi pertama yakni Constantinus Africanus (wafat 1087 M) dan Gerard Cremonia (wafat 1187 M).
Dalam fase pertama ini, tujuan orientalisme ialah memindahkan ilmu pengetahuan dan filsafat dari dunia islam ke Eropa. Ilmu pengetahuan tersebut diambil sebagaimana adanya. Pada perkembangan berikutnya perhatian orang Eropa terlihat kian meningkat. Pelajaran bahasa Arab semakin digiatkan di universitas-universitas. Di Italia pengajaran bahasa Arab diadakan di Roma (tahun 1303 M), Florencia (1321), Gregoria (1553 M), Cambridge (tahun 1209 M). Di bagian Eropa lainnya pelajaran bahasa Arab dimulai sesudah abad ke-15 M.
Dari Perang Salib Sampai Masa Pencerahan di Eropa
Perang Salib antara Keristen Barat dan Islam Timur yang berlangsung dari tahun 1096 sampai tahun 1291 M membawa kekalahan bagi golongan Kristen. Tidak lama setelah perang agama ini selesai, kerajaan Ottoman mengadakan serangan-serangan ke Eropa.
Adrianopel jatuh pada tahun 1366 M,Consantinopel (Istanbul) jatuh pada tahun 1453 M, bahkan Yerusalem berhasil dikuasai umat Islam dan kemudian disusul wilayah Balkan. Kekalahan dalam perang salib dan jatuhnya Konstantinopel merupakan pengalaman pahit Kristen Eropa, sehingga raja-raja Eropa bersumpah untuk mengusir kaum “Kafir”.
Maka muncullah semangat orang-orang Eropa untuk mengkritik, mengecam dan menyerang Islam dari berbagai kepentingan. Sebagai bias dari kebencian ini, penulis-penulis orientalis mulai menulis buku-buku dengan gambar yang salah terhadap Islam. Hal-hal yang sebenarnya tidak terdapat dalam Islam bahkan yang bertentangan mulai disiarkan di Eropa.
Dalam periode ini orientalis menggambarkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai orang yang terserang penyakit epilepsi, gila perempuan, penjahat, pendusta, dan lain sebagainya. Oleh karena itu agama yang dibawanya bukanlah agama yang benar. Yang benar adalah agama Kristen yang dibawa Yesus Kristus. Agama Islam dikatakan juga mengajarkan Trinitas.
Dari unsur Trinitas itu adalah Muhammad dan Apollo. Disebutkan pula bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam disembah dalam bentuk patung yang terbuat dari emas dan perak. Dikatakan juga Islam membolehkan Poliandri. Selanjutnya disebut pula bahwa orang Islam diwajibkan membunuh orang Kristen sebanyak mungkin sebagai suatu jalan masuk surga. Islam menurut mereka disiarkan dengan pedang dalam arti pedang diletakkan di leher orang agar dia masuk Islam. Jadi kesalahpahaman tentang Islam yang ditimbulkan oleh orientalis ketika itu lebih parah daripada kesalahpahaman tentang Kristen yang ditimbulkan tulisan-tulisan orang Islam.
Dari Masa Pencerahan Hingga Sekarang
Permusuhan antara Kristen dan Islam yang timbul akibat adanya tulisan-tulisan negatif mulai mereda setelah memasuki Masa Pencerahan (Enlightenment) di Eropa yang diwarnai oleh keinginan mencari kebenaran. Pada masa ini kekuatan rasional mulai meningkat.
Dalam sebuah tulisan yang diperlukan adalah sifat objektif bukan mengada-ngada. Mulailah muncul tulisan-tulisan mengenai Islam yang mencoba bersifat positif misalnya tulisan-tulisan Voltaire (1684-1778 M), dan Thomas Carlyle (1896-1947 M). Tidak semua tulisan mengenai Islam mengandung hal-hal yang menjelek-jelekkan akan tetapi mulai berisikan penghargaan terhadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan Al-Qur’an serta ajaran-ajaranya. Jadi mereka mengadakan studi mengenai Islam untuk mengetahui Islam yang sebenarnya.
Setelah masa pencerahan datanglah masa kolonialisme.Orang barat datang ke dunia Islam untuk berdagang dan kemudian untuk menundukkan bangsa-bangsa Timur. Untuk itu bangsa-bangsa Timur mulai ketahui lebih dekat termasuk agama dan budaya mereka karena dengan itu hubungan dagang menjadi lancar dan mereka lebih mudah ditundukkan.
Muncullah tulisan-tulisan yang mencoba memberikan gambaran yang sebenarnya tentang Islam. Misalnya, tentang agama dan adat istiadat Indonesia, muncullah tulisan-tulisan Marsden, Raflles, Wilken, Keyser, Snouck Hurgronje, Vollenhoven dan sebagainya.
Bahkan sewaktu Kaisar Napoleon I mengadakan ekspedisi ke Mesir pada tahun 1798, dia membawa sejumlah orientalis untuk mempelajari adat istiadat ekonomi dan pertanian Mesir. Diantara orientalis itu adalah Langles (ahli bahasa Arab), Villoteau ( mempelajari musik Arab) dan Mercel ( mempelajari sejarah Mesir).
Pada periode tulisan-tulisan para orientalis ditunjukkan untuk mempelajari Islam soal objektif mungkin agama dunia islam diketahui dan dipahami lebih mendalam. Hal ini perlu karena orientalis tidak begitu saja terlepas dari kolonialisme bahkan juga upaya kristenisasi.
Namun begitu, awal abad ke-20 juga ditandai dengan munculnya orientalis yang menulis tulisan ilmiah yang objektif. Orientalisme dijadikan sebagai usaha pemahaman terhadap dunia timur secara mendalam. Dalam tradisi ilmiah yang baru ini, bahasa Arab dan pengenalan teks-teks klasik mendapat kedudukan utama. Diantaranya adalah Sir Hamilton A.R Gibb, Louis Massignon, W.C Smith, dan Fritjjof Scuon.
Sir Hamilton A.R Gibb sangat menguasai bahasa Arab dan dapat berceramah dengan bahasa ini sehingga dia diangkat menjadi anggota al Majma’ al-‘Ilm al-Arabi (Lembaga Ilmu Pengetahuan Arab) di Damascus dan al-Majma’ al-Lugah al-‘Arabiyyah (Lembaga Bahasa Arab) di Cairo, Mesir. Dia memandang Islam sebagai agama yang dinamis dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mempunyai akhlak yang baik dan benar. Gibb telah menulis banyak buku tentang Islam.
Tidak semua pendapat yang dimajukan para orientalis modern tentang Islam dapat diterima oleh rasa keagamaan umat Islam, meskipun secara rasional pendapat tersebut mungkin benar. Beberapa diantara mereka tidak luput dari kesalahan dalam memberikan interpretasi terhadap ajaran Islam di samping pula banyak pendapat mereka yang benar.