Warga Muhammadiyah Jawa Tengah Bershalawat (Sumber gambar: Suaramuhammadiyah.id) |
KULIAHALISLAM.COM – Shalawat yang saya baca memang tidak mengandung Sayidina, tapi tidak menghalangi untuk membaca shalawat minimal 100 kali sehari. Sayang sekali bila ikhtilaf satu kata menghalangi semua amal.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim) [No. 408 Syarh Shahih Muslim] Shahih.
Allah SWT memuji. Para malaikat mendoakan, semua orang mukmin diwajibkan bershalawat kepada Nabi SAW — demikianlah makna pada surah Al Ahzhab 33: bahwa Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi SAW tulis Ibnu katsir dalam karya tafsirnya yang fenomenal.
Cinta memang soal hati dan setiap kita berhak mengekspresikan cinta sesuai luapan hati. Sebab itu spiritualitas tak bisa dipatok dalam definisi yang rigid.
‘Jika kalian bershalawat indahkanlah bait-baitnya sabda Nabi SAW dalam hadis sahih riwayat Thurmudzi dan Nasai. Bukan hanya shalawat Ibrahimiyah, Sayidina Ali RA, Sayidina Abbas RA, Ibnu Mas’ud RA menggubah shalawat Nabi SAW dengan bait-bait yang indah. Para sahabat memuji kekasihnya itu dengan pujian yang indah. Jadi jangan keburu bilang bid’ah pada selain shalawat Ibrahimiyah.
Penduduk Madinah hening ketika Bilal RA muadzin Nabi SAW yang lama tak mengumandangkan adzan usai kewafatan Nabi SAW melantun bait-bait adzan — penduduk Madinah terdiam, hening bercampur haru mengenang kerinduan yang sangat pada Nabi SAW.
Inilah spiritualitas yang tak terjangkau oleh hukum-hukum fikih — jadi apa ada yang salah dengan membaca shalawat ? Mendoakan itu bukan menyembah — memuji itu bukan kultus. Ini hanya soal selera dan cita rasa beragama. Mungkin kita salat dengan bacaan dan gerakan yang sama tapi kita punya rasa yang berbeda dan itu niscaya.
Apakah karena ada penyimpangan lantas kita tidak melakukan sama sekali ? Ini cara berpikir yang kurang elok. Apakah karena ada yang berlebih-lebihan dalam memperingati maulid Nabi SAW lantas kita tidak merayakan ? Apakah karena ada yang menyimpang saat ziarah kubur lantas kita tidak ziarah sama sekali ? Bahkan apakah karena ada penyimpangan dalam salat lantas kita tidak salat ?
Saya memuji Nabi SAW dengan pujian yang indah, saya juga mendoakan dengan bait-bait yang indah dan itu bukan kultus apalagi disangka menyembah — Nabi SAW memang tidak butuh shalawat dan doa dari kita, sebab telah dijamin surga. Tapi kita yang butuh— sebagai washilah dan media untuk mendapat syafaat dan menjadi bagian dari umatnya yang di doakan —
Oleh: Ustaz Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar.