ArtikelKeislaman

Menelisik Masuknya Agama Islam di Kalimantan

3 Mins read

Penulis: Mochamad Irsyad Kusyairi, Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta


KULIAHALISLAM.COM – Masuknya Islam di Nusantara terjadi dalam berbagai waktu, demikian pula di Kalimantan yang sebelumnya dipengaruhi oleh kepercayaan leluhur, Hindu, dan Buddha. Islam diperkirakan mulai menyebar ke Kalimantan pada pertengahan akhir abad XIV M. 

Penyebaran Islam di Kalimantan semakin berkembang ketika Sultan Demak mengirim utusannya, Khatib Dayyan, untuk membantu Pangeran Samudera dalam menguasai kerajaan Banjar dan mengislamkannya. 

Pangeran ini kemudian dikenal sebagai Sultan Suriansyah. Sejak saat itu, Islam menyebar hampir merata dan menjadi agama mayoritas di Kalimantan Selatan, hingga menyentuh rakyat di Kalimantan Tengah dan Timur (Anwar, Khairil, 2006).

Dakwah Islam ke Kalimantan pada akhir abad ke-15 terjadi melalui dua jalur. Pertama, melalui Malaka, yang dianggap sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis, dakwah Islam menyebar ke seluruh Kalimantan melalui mubalig dan komunitas Islam di pesisir barat Kalimantan. 

Jalur kedua adalah melalui mubalig yang dikirim langsung dari Jawa, dengan puncaknya pada berdirinya Kerajaan Islam Banjar. Penyebaran Islam di Kalimantan tak lepas dari peran mubalig dan pedagang yang selain berdagang juga aktif mensyiarkan agama Islam. Hal ini didukung oleh potensi perairan Kalimantan yang sesuai dengan jalur penyebaran Islam, yaitu jalur laut dan sungai (Diah & Suryanti, 2019).

Pendidikan Islam pada Masa Awal 

Pada awalnya, pendidikan Islam di Indonesia bersifat informal, berlangsung melalui interaksi interpersonal dalam berbagai situasi, seperti berdagang dan dakwah bil hal. Konteks ini memberikan pengaruh signifikan terhadap dorongan seseorang untuk menyelidiki atau memeluk Islam. 

Seiring perkembangan Islam, sistem pendidikan mulai berkembang, termasuk pendidikan di langgar atau masjid yang dibangun untuk shalat dan belajar Alqur’an serta ilmu agama dasar lainnya. Kemudian, pesantren pun didirikan.

Sejarah Pondok Pesantren di Kalimantan 

Di Kalimantan, pertumbuhan pondok pesantren dimulai dengan munculnya sekolah Arab, pengajian langgar, dan madrasah diniyyah yang kemudian berubah bentuk dan fungsi menjadi pesantren. Salah satu pesantren tertua di Kalimantan Selatan, Pondok Pesantren Darussalam di Martapura, awalnya bernama madrasah. 

Pada pertengahan abad ke-20, setelah beberapa kali mengganti nama, akhirnya berubah menjadi pondok pesantren. Ini menjadi pesantren pertama di Kalimantan Selatan, yang membentuk karakter masyarakat Islam dengan ciri Ahlussunnah wal-Jamaah dan tradisi ke-NU-an (Noor & Sayyidati, 2018).

Martapura menjadi pusat studi agama di Kalimantan. Pesantren Dalam Pagar dan majelis ta’lim di masjid, langgar, dan rumah ulama Martapura menjadi sumber ilmu dan berkah. Pada awal abad ke-19, ide-ide pembaharuan Islam mempersatukan bangsa Indonesia, termasuk pembentukan Syarikat Dagang Islam (SDI). 

Pendidikan dan pengajaran Islam masih tradisional, namun ide pembaharuan sudah dirasakan. Ulama di Martapura menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Ketika Belanda mendirikan sekolah-sekolah umum untuk kepentingan kolonial, dorongan memperbarui pendidikan meningkat. Madrasah Darussalam sebelumnya bernama al-Imad fi Ta’lim al-Aulad (Noor & Sayyidati, 2018).

Pada 14 Juli 1914, lembaga pendidikan Islam “Madrasah Darussalam” didirikan di Pasayangan Martapura oleh KH. Djamaluddin, yang menjadi pemimpin pertama pesantren Darussalam. Pesantren ini berperan penting dalam perkembangan Islam di Kalimantan Selatan. Pondok Pesantren Darussalam menjadi acuan bagi pesantren lain yang berdiri kemudian di provinsi tersebut. 

Ulama terkemuka Indonesia berasal dari daerah ini. Pada periode kepemimpinan KH. Badruddin (1976-1992), pesantren ini diresmikan sebagai “Pondok Pesantren Darussalam Martapura”. Modernisasi pesantren berlangsung sejalan dengan perkembangan masyarakat sekitar. 

Kebutuhan pendidikan masyarakat yang semakin beragam direspon dengan mendirikan lembaga pendidikan umum. Pondok Pesantren Darussalam kini memiliki santri terbesar di Kalimantan Selatan (Noor & Sayyidati, 2018).

Pesantren Darussalam juga mendirikan SMP, SPP-SPMA (Sekolah Pertanian dengan kurikulum Departemen Pertanian), dan STM/SMK yang mengacu pada Depdiknas, serta memperbaharui Fakultas Syariah Darussalam menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) dengan kurikulum DEPAG/IAIN. 

Sebelum itu, hampir tidak ada lembaga pendidikan Islam yang menamakan diri sebagai pesantren meskipun aktivitasnya menyerupai pesantren. Setelah itu, lembaga pendidikan Islam yang menyebut dirinya pondok pesantren bermunculan di berbagai wilayah Kalimantan. Perkembangan pesantren di Kalimantan terus berlangsung meskipun dalam skala lebih kecil dibandingkan dengan pulau lain. 

Berdirinya pesantren didorong oleh keinginan pemuka agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar untuk mencetak kader pemimpin agama yang akan meneruskan dakwah. Pesantren kini telah berkembang dengan jaringan yang sangat luas.

Referensi

Anwar, Khairil, D. (2006). Kedatangan Islam di Bumi Tambun Bungai (Masdari & Z. Jamalie (eds.)). STAIN Palangka Raya bekerjasama dengan MUI.

Diah, S. A., & Suryanti. (2019). Masjid Jami Al-Ikhlas Sebagai Pusat Penyebaran dan Pembinaan Islam (Studi pada Kelurahan Mandomai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah). Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat, 15(2), 166–175. https://doi.org/10.23971/jsam.v15i2.1621

Noor, Y., & Sayyidati, R. (2018). Peranan Tuan Guru Haji Muhammad Kasyful Anwar dan Tuan Haji Setta dalam Mendirikan Pesantren Darussalam Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, 1924. Juspi: Jurnal Sejarah Peradaban Islam, 2(2), 210–224. https://doi.org/10.30829/j.v2i2.3037

2363 posts

About author
http://kuliahalislam.com
Articles
Related posts
Keislaman

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Asy’ariyah Dalam Memahami Sifat Kalam

2 Mins read
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Asy’ariyah dalam memahami sifat kalam. Ulama Asy’ariyah mengatakan bahwa sifat-sifat Tuhan itu qadim sebagaimana Dzat-Nya Tuhan…
Artikel

Jawaban Jika Anak Bertanya Bolehkah Bermain dengan Orang Yang Beragama Kristen?

2 Mins read
Jawaban jika anak bertanya bolehkah bermain dengan orang yang beragama Kristen? Ibu saya berpesan jangan bermain dengan teman-temanmu yang beragama Kristen? Apakah…
Keislaman

Makna Takziyah Dalam Perspektif Islam

6 Mins read
Makna takziyah dalam perspektif Islam. Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang tidak di ketahui waktunya. Sebagai makhluk…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights