Ketika berjumpa
orang lain, tak terasa kadang kita menatap matanya, tersenyum, atau enggak
sengaja membuat gestur yang aneh, nada suara dll. Lantas mengapa kita punya
gaya bahasa tubuh seperti itu?. Apakah itu semua karena kita terprogram secara
alami untuk melakukannya? Ternyata, menurut Paman Weber, seorang ahli yang
cukup populer di dunia sosiologi, jawabannya lebih ke arah karena kita memilih
untuk melakukannya, bukan hanya mengikuti insting. Ini enggak jauh beda seperti
memilih antara nonton di rumah atau hang out bareng teman-teman. Yuk, kita coba
pahami lebih jauh dengan beberapa contoh kekinian.
1. Semuanya Kita yang
Memutuskan
Kita bukan
boneka yang cuma bergerak karena tali-tali insting. Contohnya, saat kita
memutuskan untuk join ke komunitas gaming bukan karena kita terdorong
insting, tapi karena kita tau di sana kita bisa dapet teman baru dan skill
gaming yang makin jago. Contoh Kekinian: Pilih follow akun Instagram
yang mana? Akun fashion atau akun meme? Itu tergantung kita mau dapet update
gaya terbaru atau sekedar hiburan harian.
2. Hitung-Hitungan Manfaat
Bukan hanya
ikut-ikutan, tapi kita sering kali memilih bergaul berdasarkan apa yang bisa
kita dapatkan dari interaksi tersebut, baik itu pengalaman, informasi, atau
bahkan keuntungan lainnya. Contoh Kekinian: Pilih magang di startup
favorit bukan cuma karena gengsi, tapi karena kita tau kalau pengalaman di sana
bisa buka banyak pintu di masa depan.
3. Gaya Hidup dan Pilihan
Ekonomi
Perilaku sosial
kita juga seringkali dipengaruhi oleh pertimbangan manfaat pribadi, mirip
dengan cara kita memilih barang di online shop berdasarkan review dan harga. Contoh
Kekinian: Memilih produk ramah lingkungan bukan hanya karena tren, tapi karena
kita hitung-hitung bisa lebih hemat dan sehat dalam jangka panjang. Lagi pula
ini demi alam anak cucu kita juga.
4. Banyak Alasan di Balik
Tindakan
Ada banyak
alasan kenapa kita bersosialisasi, dan seringkali itu terkait dengan apa yang
kita nilai penting, baik itu keuntungan pribadi, pengakuan dari orang lain,
atau sekedar ingin merasa nyaman. Contoh Kekinian: Berdonasi ke crowdfunding
bukan hanya untuk bantu orang lain, tapi juga biar dilihat sebagai orang yang
peduli dan berkontribusi oleh followers kita.
5. Kerjasama Bukan Cuma
Insting Baik begitu aja
Bahkan saat kita
berbuat baik atau bekerja sama dengan orang lain, sering kali ada pertimbangan
manfaat di baliknya, seperti membangun reputasi baik atau mendapatkan bantuan
balik di kemudian hari. Gak usah munafik. Semua ada Azas manfaatnya. Contoh
Kekinian: Ikut proyek relawan lingkungan bukan hanya biar bantu orang, tapi
juga untuk ekspos nama kita di scene feed instagram relawan Rumahzakat.com.
6. Beradaptasi dengan Zaman
Cara kita
bersosialisasi terus berubah sesuai dengan informasi baru, tren, atau perubahan
di masyarakat. Kita selalu mencari cara terbaik untuk fit in dan mendapatkan
manfaat maksimal dari situasi yang ada. Contoh Kekinian: Saat pandemi, kita
semua beralih ke virtual hangouts, bukan karena kita suka, tapi karena
itu cara paling aman dan efisien untuk tetap terhubung dengan teman-teman. Semua
harus rasional, jangan mementingkan emosional ego sendiri.
Pilih Kesimpulanmu!
Jadi, menurut Paman
Weber, setiap tindakan sosial kita itu lebih banyak berdasarkan pilihan kita
sendiri, bukan hanya insting atau kebiasaan. Baik itu memilih bergabung dengan
komunitas tertentu, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, atau bahkan cara kita
berinteraksi di media sosial, semuanya adalah hasil dari pertimbangan dan
pilihan kita. Jadi, selanjutnya kalau ada yang tanya kenapa kita melakukan
sesuatu, kita bisa bilang, “Itu pilihan gue, bukan insting.”
Sekilas
pemikiran Paman Weber ini serasa ada benarnya. Tapi apakah pemikiran seperti
ini tidak sesat? Simak tulisanku yang
lainnya ^^
Oleh: Julhelmi Erlanda (Mahasiswa Doktoral Pendidikan
Kader Ulama & Universitas PTIQ Jakarta)