KULIAHALISLAM.COM – Saat ini, kita hidup di era globalisasi modern yang perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat lagi canggih, juga perkembangan temuan mutakhir suatu ilmu pengetahuan alam dan sosial budaya ditengah masyarakat membuat aktivitas umat manusia semakin mudah, cepat, tepat, terjangkau, dan lengkap dalam mendapat menggunakannya.
Namun, kerapkali memicu oro dan kontra, sisi positif dan negatif, memicu tindakan kebajikan dan kejahatan, membawa suatu manfaat atau mudharat. Maka semua perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan alam dan sosial, juga teknologi informasi dan komunikasi tersebut kembali bergantung kepada pengetahuan dan moralitas seluruh umat manusia yang akan menggunakannya. Sebab, umat manusia yang memiliki kendali utama, kehendak penting dan kekuasaan dalam mengarahkan semua ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang ada disekitarnya untuk kemaslahatan semua umat beragama dan masyarakat dalam kehidupan.
Kita semua meng-klaim sebagai manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, ragam keahlian, kompetensi dan wawasan kebangsaan meluas.
Padahal, kita hidup didunia ini hanya sekedar memiliki pengetahuan saja tetapi belum sampai pada tahap ilmu pengetahuan, Ilmu pengetahuan yang menambah wawasan dalam aktivitas kehidupan negara dan kebangsaan.
Kita semua percaya dan sepakat bersama bahwa kita hidup bersosial masyarakat, hidup saling butuh membutuhkan, bantu membantu, dan kerjasama gotong-royong antar sesama dilingkungan beragama dan warga sekitarnya.
Padahal, kita larut dalam interaksi sosial hanya untuk memenuhi hasrat ambisius pribadi dan kepentingan kelompoknya kroni sendiri.
Maka, saat ini yang terutama dilakukan oleh kita semua adalah untuk selalu berada dalam kondisi yang baik, berakhlak moral mulia dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama, lebih-lebih terhindar dari tindakan kejahatan, aksi kriminalitas dan sadisme brutalitas. Selalu berada dalam keadaan yang sehat, merawat kewarasan akal budi, kejernihan hati nurani, dan moralitas tinggi, lebih-lebih agar supaya terhindar dari tindakan keterbelakangan dan kerusakan ditengah warga masyarakat.
Orang-orang sibuk tenggelam dalam aktivitas kegiatan rutinitas yang monoton sehari-hari. Orang-orang terbuai dalam aktivitas seremonial yang mandek-mandek saja sehari-harinya. Orang-orang terbelenggu oleh pengaruh interaksi dalam lingkaran komunitas tertentu. Orang-orang membentuk suatu organisasi, komunitas, dan aliansi tertentu hanya untuk kepentingan pribadi, dan kelompok sendiri. Orang-orang hidup dalam komunitas tetapi hidup mereka untuk kepentingan individual. Interaksi bersama-sama tetapi hati tidak terikat sinkron dalam aktivitas kehidupan kelompok.
Semakin di kasih tau malah semakin ngeyel, semakin di larang malah semakin bantah. Semakin di lindungi malah balik menyakiti. Semakin di bantuin malah tidak bersyukur.
Justru orang-orang yang tidak pernah dalam beribadah kepada Tuhan-nya dan menjalin hubungan baik kepada manusia yang gemar menceramahi orang-orang taat beribadah. Justru orang-orang yang seringkali korupsi, kolusi, nepotisme lingkaran dinastik oligarkis yang berpidato tentang pentingnya meritokrasi dan prestasi kepada setiap warga masyarakat. Justru orang-orang yang berbuat kejahatan kriminalitas yang menasehati orang-orang menganjurkan kepada perbuatan kebajikan.
Makna Hidup
Dengan demikian, kita senantiasa menjaga kemurnian akal fikiran dan hati nurani untuk selalu bermunajat kepada-nya Allah SWT Tuhan yang maha pengasih, maha penyayang, maha pengampun, maha bijaksana dan maha pemberi rezeki dan pelindung makhluknya.
Kita senantiasa merawat ibadah kepada-nya, ibadah utama yang berhadapan dengan eksistensi mengagungkannya, dan ibadah muamalah yang berhubungan dengan sesama umat manusia, warga masyarakat, umat beragama dan lingkungan hidup sekitarnya.
Saat ini, dalam aktivitas kehidupan setiap umat beragama dan warga masyarakat muncul terkait kedudukan status sosial seseorang. Kamu siapa? kamu aliran golongan siap? Apa jabatanmu? apa kepentinganmu? Apa otoritasmu?. Dan ucapan tanya sebagainya.
Karena itu, saat ini seseorang untuk melakukan perbuatan kebajikan bukan karena perbuatan kebajikan itu sendiri tetapi terhalang oleh status sosial dan golongan orang lainnya.
Padahal, jika manusia berbuat kebajikan maka akan dibalas dengan kebajikan setimpal pula, jika manusia berbuat suatu kebajikan maka perbuatan kebajikan itu akan kembali kepada manusia sendiri. Jika manusia berbuat moral kebajikan sekecil biji zarrah maka akan di balas dengan moral kebajikan yang setimpal juga.
Dengan demikian, bahwa umat manusia dalam berbuat kebajikan kepada sesama manusia lainnya hanya sebab akan mendapatkan suatu manfaat kebajikan, kebahagiaan, kedamaian, kegembiraan dan kesejahteraan yang setimpal.
Berkata-kata yang benar, berkata-kata yang baik, berkata-kata bijak dan sopan santun akan merasakan kebaikan kehangatan dampaknya. Berbagai senyum, canda tawa dan interaksi positif dalam aktivitas sosial masyarakat akan mendatangkan kebahagiaan dan kepuasannya. Berbuat kebajikan, tindakan yang sederhana, berinteraksi sahaja dan menjaga martabat sesama manusia akan menciptakan kerukunan dan harmonis dalam interaksi umat beragama.