Oleh: Uswatun Khasanah*
Menurut Al-Qur’an, hawa yang diidentifikasi sebagai perempuan pertama, tidaklah diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam yang paling bengkok sebagaimana pandangan mufasir terdahulu yang bersumber dari riwayat matan ahlul kitab.
Penciptaan perempuan juga tidak berasal dari tulang rusuk laki-laki, melainkan diciptakan dari asal yang sama dengan laki-laki. Oleh karena itu, tidak bijak jika penciptaan perempuan dijadikan alasan pensubuordinasian terhadap perempuan.
Sebab, perempuan dan laki-laki, menurut Al-Qur’an diciptakan dari asal yang sama. Perbedaan jenis kelamin tidak berarti perbedaan kelas dan prioritas, melainkan agar terjadi mutualis dan mitra (Azwaj) yang paling melengkapi.
Pada hal-hal yang berkaitan dengan asal-usul penciptaan, proses reproduksi, dan tujuan penciptaan semua manusia, Al Qur’an tidak menarik kategorisasi antara laki-laki dan perempuan.
Perbedaan keduanya yang meliputi struktur anatomi tubuh, organ reproduksi, merupakan wujud komitmen tuhan yang menciptakan segala Kosmos secara berpasang-pasangan, dengan tujuan agar proses reproduksi dapat berjalan lancar.
Perbedaan ini sama sekali tidak dapat dijadikan dasar untuk membedakan perempuan, namun harus dipandang sebagai sebuah keniscayaan agar tercipta hubungan mutualis dan interdependensi diantara dua jenis manusia tersebut.
Mengenal asal-usul kejadian manusia, sebagaimana disebutkan pada hampir semua kitab tafsir, dijelaskan bahwa manusia pertama adalah Adam AS Ia merupakan manusia yang selama ini diyakini sebagai nenek moyang semua manusia.
Al-Qur’an mendeskripsikan bahwa ketika Allah menyatakan keinginannya akan menjadikan Khalifah dibumi, malaikat mengajukan “keberatan” dan “protes”. Mereka bertanya: “apakah engkau akan menjadikan makhluk yang akan melakukan pengrusakan pertumpahan darah didalamnya?”
Sebagian ulama mengakui bahwa ayat ini menjelaskan mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah (manusia pertama) didunia ini. Pandangan ini, didasarkan pada penjelasan ayat selanjutnya, yaitu ayat 31 surat Al Baqarah.
Sebagian ulama memahami, ayat ini menjelaskan kelebihan Adam dibanding makhluk lainnya (malaikat dan iblis) karena diberikan ilmu untuk mengetahui segala sesuatu, mulai dari yang kecil sampai kepada yang besar, yang tidak diketahui oleh malaikat.
Jika sekiranya hawa adalah mahkluk pertama, maka manusia diciptakan dari dua diri bukannya dari satu diri kemungkinan hal ini dapat diselesaikan dengan menganggap kata “min” berfungsi sebagai “bentuk pertama” (ibtida’ al-gayah).
Maka ketika permulaan ciptaan dan wujud terjadi pada diri Adam AS, benarlah pernyataan bahwa: “kamu sekalian diciptakan dari diri yang satu.” Demikian pula jika dikatakan bahwa: “sesungguhnya Allah SWT, berkuasa untuk menciptakan Adam dari tanah, maka ia pun akan berkuasa untuk menciptakan hawa dari tanah,” maka apa gunanya pernyataan: “Ia diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam.”
Lima Cara Penciptaan Manusia
Didalam Al-Qur’an, istilah penciptaan manusia direpresentasikan lewat kosa kata yang beragam, sebagai berikut :
1. Al-Ma’, jika diterjemahkan didalam bahasa Indonesia bermakna air. Nazwar Syamsu dalam bukunya yang berjudul Al-Qur’an tentang Al-Insan, Al-Ma’ diterjemahkan sebagai hydrogen seperti yang terdapat pada surat Al-furqan [25]:54 ;
وهوالذى خلق من الماءبشرافجعله نسباوصهرا، وكان ربك قدير ٥٤ ,
Dan QS. Al-Anbiya’ [21]:30 ;
أولم سر الذين كفرو أن السموت والأرض كانتا رتقا ففتقنهما، تجعلنا من الماء كل شيءحى، أفلايؤمنون ٣٠
2. Al-Nafs (tunggal) atau Al-anfus (jamak) seperti terdapat dalam surat Al-Nisa [4]:1 ;
ياايها الناس اتقواربكم الذى خلقكم من نفس وحدة وخلق منهازوجها وبث منهمارجالاكثيرا ونساء، وتقواللهالذى تساءلون به والارحام، إن اللهكان عليكم رقيبا ١,
Dan QS. Al-A’raf [7]:189 ;
هوالذى خلقكم من نفس وحداةوجعل منهازوجهاليسكن إليها، فلما تغشها حملت حملاخفيفافمرت به، فلماأثقلت دعوااللهربهمالئنءاتيتنا صلحالنكونن من الشكرين ١٨٩
3. Al-Tin yang bermakna tanah, namun demikian, nazwar mengartikannya dengan meteor, disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun [23]:12 ;
وايدخلقنا الانسن من سللت من طين ١٢,
QS. Al-Sajdah [32]:7 ;
الذى أحسن كل شيء خلقه، وبدأخلق الانس من طين ٧،
QS. Sad [38]:76 ;
قال أنا خير منه، خلقتنى من ناروخلقته من طين ٧٦
4. Al-Turab, artinya tanah, sedangkan menurut Nazwar Syamsu berarti sari tanah. Seperti terdapat pada surat Ali Imran [3]:59 ;
كن فيكن إن مثل عيسى عندالله كمثلءادم، خلقه من ترب ثم قال له
Dan QS. Al-Waqiah [56]:47 ;
وكانوا يقولون أئذامتنا وكنا ترابا وعظما أءنا لمبعوثو
5. Nutfah, yang memiliki arti yaitu sperma, seperti terdapat dalam surat Al-Kahfi [18]:37;
قال له صاحبه وهويحاوره أكفرت بالذى خلقكم من ارغب ثم من نطفة ثم سوك رجلا,
Dan QS. Fatir [35]:11 ;
والله خلقكم من تراب ثم من نطفة ثم جعلكم أزوجا، وما تحمل من أنثى ولاتضع إلا بعلمه
Empat Konsep Penciptaan Perempuan
Sementara itu, menurut Ibnu Katsir penciptaan perempuan dibagi menjadi empat konsep, sebagai berikut ini:
1. Penciptaan Adam dari tanah, yang dihasilkan dari laki-laki maupun perempuan.
2. Penciptaan hawa melalui laki-laki tanpa perempuan.
3. Penciptaan Isa melalui perempuan dengan proses kehamilan tanpa adanya campur tangan laki-laki baik secara hukum maupun biologis.
4. Penciptaan manusia selain Adam, hawa, dan Isa yaitu melalui proses kehamilan dengan adanya ayah secara biologis dan hukum atau minimal secara biologis (dari pria dan wanita).
Dari 5 macam cara penciptaan manusia dan 4 konsep Penciptaan Perempuan menurut Ibnu Katsir, hanya hawa yang menjelaskan asal-usulnya masih tidak jelas bagaimana mekanisme penciptaannya.
Penciptaan hawa lebih mengacu pada kata nafs yang terdapat pada 3 ayat yaitu QS. An-Nisa’ [4]:1, QS. Al-A’raf [7]:189, dan Qs. Az-Zumar [39]:6. Dari ketiga ayat tersebut yang dijadikan sebagai landasan, yaitu kata nafsin wahidah, minha, dan zaujaha. Begitulah konsep Penciptaan Perempuan dalam Al-Qur’an.
*) Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan