Fenomena
Lemahnya Iman Masyarakat Muslim Masa Kini [Foto ;Unsplash]
Oleh
: Rabiul Rahman Purba, S.H
I.
Khutbah Pertama;
السلام عليكم ورحمة
الله وبركاته
1. Hamdalah;
2. Syahadatain;
3. Salawat
4. Ammaba’du
5.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ
حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Yaa Ayuhaldaziyna amanutaqullaha haqatuqatih wa
la tamutunna illa wa antummuslimun”
6.
Qalalahu Ta’ala Fil Qur’anil Adzim;
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟
إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ
تَعْلَمُونَ
Arab-Latin:
Yā ayyuhallażīna āmanū iżā nụdiya liṣ-ṣalāti miy yaumil-jumu’ati fas’au ilā
żikrillāhi wa żarul baī’, żālikum khairul lakum ing kuntum ta’lamụn.Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui (Q.S Al-Jumat ayat 9).
7.
Tema :
Fenomena Lemahnya Iman Masyarakat Muslim Masa Kini
8.
*****Jamaah Jumat yang Berbahagia******
Syekh Abu Hasan Ali Hasani Nadwi
(wafat tahun 1999 Masehi), seorang Ulama besar terkemuka dari India mengatakan
bahwa “ Pada saat ini kita mengalami ujian keimanan yang belum pernah
dialami oleh umat Muslim sebelum kita”. Ujian keimanan yang dialami kaum
Muslimin dewasa ini yaitu setelah terjadinya Perang Dunia II, Dunia mengalami
Revolusi Industri ke-1 di Prancis hingga Revolusi Industeri ke-5 yang akibatnya
adalah perkembangan Industri dan teknologi yang kian pesat mengakibatkan umat
manusia menganggap Tuhan Telah Mati karena agama semakin disingkirkan hal ini
berimbas pada umat Muslim yang pada
akhirnya mengalami fenomena lemahnya iman bahkan tidak beriman.
Di antara fenomena lemahnya iman
yang banyak dialami kaum Muslimin saat ini menurut para pakar diantaranya Mohammad
Nasem dalam bukunya The Muslim Jilid 8 sebagaimana dikutip Prof. Dr. Ziauddin Sardar dari Inggris dalam karyanya “ Rekayasa
Masa Depan Peradaban Islam” menyebutkan “ Banyak umat Islam tidak
mencintai Islam bahkan mereka tidak mengenalnya, mereka lebih sadar akan
kebutuhan hidup mereka dibandingkan akan kesadaran kebutuhan akan Tuhan”.
Kemudian Syekh Muhammad Shaleh Al-Munajjid dalam bukunya
“Kuatkah Iman di Hatimu ?” menyatakan “ Fenomena lemahnya iman telah
merata dan tersebar di kalangan kaum Muslimin. Sejumlah orang mengeluhkan
hatinya yang keras hingga berulang kali muncul ungkapan seperti “Aku merasakan
kegerasangan dihatiku, aku tidak merasakan kelezatan beribadah, aku tidak
terpengaruh ketika membaca Al-Qur’an dan aku mudah terjerumus pada kemaksiatan”.
Hal tersebut di atas mengakibatkan umat Muslim terbagi atas tiga bagian ;
v Agama Islam Tetapi Tidak Bertuhan
Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 8 ;
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ
ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
Arab-Latin: Wa minan-nāsi may yaqụlu
āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu`minīn. Artinya: “
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman”. Maksudnya, agama Islam tapi tidak mengenal Islam dan tidak mencintai
Islam. Dengan kata lain Islam hanya dianggap sebagai “identitas” semata.
Padahal Allah telah membentangkan
tanda-tanda kekuasan-Nya, keagungan-Nya tetapi ia tetap memalingkan jiwanya ke
dalam kebatilan sampai maut menjemputnya. Golongan seperti ini telah berhasil
terkena perangkap Iblis dan ketika di akhirat kelak ia akan menyesal dan Iblis
berkata kepadanya : “ Inni Bari’um Min’ka Akhafullaha Rabbal
Alamin (Aku
melepaskan diri darimu karena sesungguhnya aku juga takut kepada Allah)”.
v
Ber-Tuhan Tetapi Tidak Beragama
Yaitu orang yang ibadah sahalatnya bagus, shalat sunnah
dan Qiyamul Lail dikerjakan, bahkan telah menunaikan Haji dan Umrah, namun
ahlak dan wataknya buruk, pemarah, suka menghina orang lain, merasa
kedudukannya paling tinggi, takabur, tidak memanusiakan manusia. Padahal Nabi
Muhammad bersabda : Sesungguhnya di antara yang paling kucintai dan paling
dekat duduknya pada hari kiamat dengan-ku yaitu yang paling baik ahlaknya (H.R
Imam Tirmidzi).
v Tidak Ber-Tuhan dan Tidak Beragama
Yaitu tidak mau sujud kepada Allah, tidak perduli
dengan Islam, ahlaknya tidak sesuai dengan Islam,bahkan suka berbuat teror,
menganggu kedamaian masyarakat. Untuk golongan seperti ini maka Allah telah
memberikan ancaman sebagaimana firman Allah dalam Surat Qur’an Surah
Al-Insyiqaq Ayat 24 ;
فَبَشِّرْهُم
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Arab-Latin: Fa basysyir-hum bi’ażābin alīm. Artinya: Maka beri
kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih.
**** Jamaah Shalat Jumat
yang Berbahagia****
Untuk itu kita sebagai hamba Allah yang beriman harus
mewaspadai fenomena lemahnya iman dengan cara :
1.
Mempergauli
Al-Qur’an dalam kehidupan.
Bagaimana mempergauli Al-Qur’an ? Ketika membaca
Al-Qur’an bukan sekedar baca dengan melafazkan dengan fasih dan merdu. Mengutip
pendapat Karen Amstrong dalam bukunya “ Muhammad Sang Nabi” menyatakan
membaca Al-Qur’an itu berbeda dengan
membaca buku-buku dan kitab fiksi dan non-fiksi, untuk membaca Al-Qur’an harus
disertai penjiwaan dalam akal dan hati, ketika mmebaca Al-Qur’an harus
merasakan keagungan Allah dengan kalam-kalam-Nya. Atau dengan kata lain
perlunya kita “Mentadaburinya”.
Lebih lanjut, Dr. Muhammad Iqbal (Penyair, Filsuf dan
Bapak pendiri negara Pakistan) berkata “ Bacalah Al-Qur’an seakan-akan
engkau berada di hadapan Tuhan”. Dengan membaca Al-Qur’an disertai
merenungi dan menjiwainya maka akan ada gairah untuk mengamalkannya.
2.
Mempelajari
ilmu umum dan Islam
Salah satu penyebab kemunduran umat Islam pada saat ini
adalah mengalami dikotomis Sains yaitu pemisahan antara ilmu Islam dan ilmu
umum. Dalam Islam semua ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk kebaikan dan
bermanfaat bagi masyarakat merupakan ilmu Islam.
Namun belakangan
terjadi dikotomis (pemisahan). Ada
sebagian umat Muslim hanya mendalami ilmu keislaman namun tidak mau mempelajari
ilmu umum dan ada yang hanya mendalami ilmu umum seperti kedokteran, fisika,
hukum, teknik tetapi merasa ilmu agama Islam tidak penting sehingga banyak para
generasi Muslim kita bergelar akademik namun tidak bisa baca Al-Qur’an.
Pada masa kejayaan Islam yang sempat memimpin peradaban
dunia selama 700 tahun, umat Muslim saat itu memiliki gairah yang tinggi dalam
mempelajari ilmu pengetahuan Islam dan Umum. Sebagai contoh, kita kenal nama
besar Imam Al-Ghazali sebelum ia mengusai ilmu Filsafat dan Psikologi, ia sudah
didasari keilmuan Islam yang kuat, kemudian Ibnu Sina sebelum menguasi ilmu
kedokteran,ia terlebih dahulu menguasai ilmu syariah.
Untuk itu agar kita harus memiliki gairah yang tinggi
untuk belajar, untuk membaca buku/kitab, untuk bertanya pada para ahli ilmu dan
duduk di majelis mereka. Kita tidak bisa banyak berharap dengan sistem
pendidikan negera kita yang hanya mengutamakan peringkat nilai hasil kertas
ujian, kita harus menumbuh kembangkan semangat mendalami ilmu dan pengetahuan
berdasarkan kesadaran kita agar dapat bersaing di tingkat nasional maupun
global. Sesungguhnya Allah telah
memberikan jaminan akan mengangkat derajat orang beriaman dan berilmu dalam Q.S
Al-Mujadilah ayat 11.
***** Jamaah Jumat yang
Berbahagia*****
3.
Memperkuat
Ibadah Sosial
Prof. Dr. Abudin Natta (Guru Besar UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta) dalam bukunya “Metodeologi Studi Islam” menyebutkan
bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Jalaludin Rahmat, Islam
ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan
ibadah, Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada
kehidupan ritual.
Namun kaum Muslimin banyak mengabaikan masalah sosial
dalam hal ini menyantuni anak yatim dan memberikan bantuan materi pada kaum
Mustadafin (lemah).Akibatnya kaum fakir-miskin pergi kepada kaum lain yang
membuka kasihnya lebar-lebar. Allah menegur orang yang mengabaikan fakir-miskin
sebagai pendusta agama dalam Q.S Al-Ma’un.
Jadi, kita sebagai Muslim yang diikat dengan
persaudaraan (Ukuwah Islamiyah) ketika ada terkena musibah kita bahu membahu
membantunya. Hanya mengumpulkan Rp. 5000 per/keluarga dalam satu desa/distrik
jika dikumpulkan bisa membantu orang yang terkena musibah seperti sakit parah,
meninggal, membantu membeli tanah waqaf untuk kuburan, bahkan bisa membantu
orang untuk menyelenggarakan pesta walimahaan sehingga tidak terlilit utang
pada rentenir. Untuk melaksanakan itu perlu menumbuh kembangkan kesadaran
beragama dan bertuhan.
Kesimpulan : Fenomena lemahnya iman ditengah kaum Muslimin
banyak terjadi saat ini sehingga ada orang beragama namun tidak bertuhan,
bertuhan tapi beragama untuk itu perlu mempergauli Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari, meningkatkan kesadaran untuk giat mempelajari ilmu pengetahuan,
dan memperkuar rasa sosial disamping ibadah ritual. Saran : Jadikan Islam
sebagai Mahkota kehidupan artinya setiap kegiatan kita harus dilandasi dengan
iman, ihsan dan taqwa.
Barakalahufil
Qur’anil Adzim Innahu Huwal Ghafururrahim
II. Khutbah Kedua :
1.
Hamdalah
2.
Syahadatin
3.
Salawat
4.
Ammaba’du
5. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا
اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ
“Yaa Ayuhaldaziyna amanutaqullaha
haqatuqatih wa la tamutunna illa wa antummuslimun”
6.
Qallallahu
ta’ala fil Qur’anil adzim :
إِنَّ
ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
“Arab-Latin: Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna
‘alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ ‘alaihi wa sallimụ taslīmā”
7.
ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD,
KAMAA SHOLLAITA ‘ALAA AALI IBROOHIIM, WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD,WA ‘ALAA AALI
MUHAMMAD, KAMAA BAAROKTA ‘ALAA AALI IBROOHIIM, FIL ‘AALAAMIINA
INNAKAHAMIIDUMAJIID.
8.
Doa
Allahmmaghfir
lilmuslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al ahyaa i minhum
wal amwaat, innaka samii’un qoriibun mujiibud da’waat. Rabbana atina fidunya
hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzabanar (2x)
9.
Ibadalah
10.
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ
وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ
وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Arab-Latin:
Innallāha ya`muru bil-‘adli wal-iḥsāni wa ītā`i żil-qurbā wa yan-hā ‘anil-faḥsyā`i
wal-mungkari wal-bagyi ya’iẓukum la’allakum tażakkarụn
11. Wadzikrillahu
Akbar