Kabupaten Trenggalek terkenal dengan kaya sumber daya alam. Salah satunya di desa gador juga terkenal tak di sangka di desa kecil tersebut terkenal akan usaha kuliner berbahan dasar dari singkong.
Di desa ini sangat banyak ladang-ladang yang di tanami tumbuhan singkong, oleh karena itu beberapa warga didesa gador memanfaatkan singkong menjadi sumber pencaharian untuk di jadikan olahan makanan seperti tape singkong, getuk, dan lain-lainnya.
Pagi hari Ibu Silaturrahmi mengolah singkong menjadi tape singkong milik Ibu Silaturrahmi, kita ketahui singkong merupakan salah satu bahan pangan yang bisa di gunakan untuk menganti makanan pokok seperti nasi.
Di desa ini singkong di rubah menjadi kuliner yang banyak variasinya. Kalau umumnya singkong itu cuma di rebus ataupun di goreng, Tapi hal beda saya temui di sana.
Awal mula Ibu Silaturrahmi merintis usaha tape singkong tersebut, Awal mula pada saat virus corona itu muncul mencari kerja itu sulit kemana-mana tidak ada dan kebutuhan tetap selalu ada, setelah itu munculah sebuah ide yang di pikirkan oleh Ibu Silaturrahmi.
Pada awal nya singkong itu tidak laku untuk dijual, lalu Ibu Silaturrahmi tersebut coba-coba membuat olahan tape dari singkong, siapa sangka dari olahan tersebut Ibu Silaturrahmi menghasilkan uang dari penjualan tape singkong tersebut, Ibu Silaturrahmi terus dengan sabar dan gigih menekuni usaha tersebut hingga saat ini.
Dari sabar dan kegigihan beliau sekarang bisa menjadikan olahan singkong dari desa yang awalnya tidak punya harga jual menjadi mempunyai harga jual.
Dari usaha tersebut Ibu Silaturrahmi bisa membiayai untuk kedua anaknya yang sekolah, proses pengelolaan dari singkong menjadi tape singkong, pengelolaannya begitu sangat rumit sampai melewati beberapa tahap yaitu :
- Singkong yang telah di beli dari petani tersebut dikupas kulitnya sampai bersih, dan tidak lupa lapisan luar singkong yang berwarna kuning-kuning tersebut dihilangkan.
- Setelah itu singkong yang telah di bersihkan kulinya tersebut di potong menjadi kecil-kecil di potong menjadi tiga bagian agar tape singkong yang di buat itu tidak kekecilan tidak kebesaran.
- Setelah di potong tersebut, lalu singkong di cuci sebanyak dua kali sampai singkong bersih dan siap untuk direbus.
- Setelah itu singkong harus melewati dua tahapan perebusan agar tape yang di hasilkan memilki rasa lembut dan manis.
- Setelah itu singkong di rendam satu malam, kemudian paginya di cuci bersih dan di rebus kembali.
- Singkong di diamkan sampai dingin lalu kemudian di beri ragi(fermentasi) dan didiamkan satu malam.
- Tape dari olahan singkong siap di jual ke pasar.
Proses pembuatan tape singkong itu membutuhkan waktu lama sampai dengan empat hari, olahan singkong tersebut bisa menjadikan kuliner tradisional yang terus di lestarikan.
Harga jual dari tape singkong tersebut masih di bilang relafit murah dengan harga Rp.1.000 kita bisa menikmati makanan dari bahan dasar dari singkong, harga Rp.4.500 sudah mendapatkan setengah kilo tape singkong dan untuk harga perkilonya di kisaran harga Rp 9.000.
Usaha tape singkong tersebut sangat cocok untuk pemula yang ingin mempunyai usaha dengan modal kecil, dengan modal hanya Rp.234.000, dengan rician Rp.185.000 untuk membeli singkong dan Rp.58.000 untuk membeli empat bungkus ragi dalam sekali pembuatan.
Dengan modal kecil Ibu Silaturrahmi mendapat keuntungan sekitar Rp.495.000 selama satu hari. Kalau dikalikan satu bulan bisa menjadikan nilai keuntungan yang fantastis.
Tapi Ibu Silaturrahmi tersebut membuat tape singkong dalam dua hari sekali di karenakan waktu dan tenaga yang tersedia. Tape singkong tersebut bisa di gunakan untuk membuat kolak, es tape dan kuliner lainya.
Dari ide yang tidak disangka sampai sekarang usaha tape singkong ini tetap berjalan dan terus meningkat untuk pesanan-pesanan.
Pesan yang bisa kita ambil dari Ibu Silaturrahmi bahwa kita harus semangat belajar jangan sampai putus asa, dan jangan sampai kita tidak memanfaatkan sumber daya alam dengan kita menjaga dan merawat alam kita bisa memanfaatkan alam yang kita punya.
Usaha Qtela Ayu yang sudah terkenal di desa tersebut maupun luar desa tersebut, dengan memanfaatkan singkong dari desa tersebut usaha Qtela Ayu bisa membuat kuliner tradisional yang cocok untuk di nikmati.
Ibu fatimah beliau yang mempunyai usaha Qtela Ayu, beliau menjelaskan awal mula berdirinya Qtela Ayu terinspirasi dari jajan ubi yang di goreng yang terletak di salatiga dijawa tengah. Beliau tersebut dulunta seorang TKI ( Tenaga kerja indonesia ) yang memilih keluar dan pulang ke kampung halamanya.
Ibu Fatimah kepikiran bahwa di kampung halamnya itu kaya dengan hasil alamnya yaitu singkong, dari singkong tersebut Ibu Fatimah mempunya ide untuk mengolah nya menjadi makanan tradisional yang memiliki variasa rasa dan bentuk.
Produksi Qtela Ayu di mulai dari sekitar 00.00-05.00 WIB, bisa maju bisa mundur sesuai dengan pemesanannya. Hal ini yang menjadi salah satu tantangan Ibu Fatimah, di saat orang lain tertidur lelap beliau sudah bangun dan menyiapkan pesanan dari pelanggannya tersebut.
Mengupas singkong sekitar 50 kg sampai 2 kuintal singkong. Jenis produk dari Qtela Ayu berjumlah 9 varian antaranya :saran burung, lapis, talam pisan, talam nangka, talam strawberry, getik lindungi , getuk gulung, sawut.dan klepon.
Dibalik keuntungan yang menggiurkan Bu Siti juga merasakan hambatan produksi saat musim hujan, musim petani libur sehingga bahan utama: singkong tidak ada. Hambatan tersebut mengharuskan bu siti untuk turun ke pasar mencari bahan.
Karena bahan dasar, singkong yang digunakan diambil langsung dari petani atau pengepul singkong. Karyawan dari Qtello Ayu berjumlah dua orang yang merupakan tetangga sekitar dan dibantu keluarga. Hal ini menjadi prinsip Ibu Fatimah untuk memulai usaha yaitu memberikan sumber daya kepada tetangga yang memerlukan pekerjaan.