Artikel

Risiko-risiko Merevolusi Paradigma Dunia

3 Mins read

 

Aku sadar bahwa  mengubah paradigma bukanlah perjalanan yang
mulus. Ini seperti mengarungi samudra tak dikenal tanpa peta; penuh dengan
misteri, tantangan, dan ya, tentu saja, risiko besar.

  1. Siap Mati demi Kebenaran

Pertama
aku membayangkan, jika aku berada di posisi; di mana Aku harus melawan seluruh
dunia hanya karena Aku percaya pada kebenaran. Ini bukan tentang menjadi
pahlawan, tetapi tentang keberanian ikhlas. Sebab, paradigma dalam kaitannya
dengan ilmu pengetahuan dan filsafat, adalah kerangka pemikiran atau set
postulat yang dianggap baku dan diterima secara luas oleh mayoritas komunitas
akademis. Jika Aku ingin mengubah paradigma, Aku perlu keberanian untuk
menantang norma yang telah mapan dan diterima luas. Mari kita mulai dengan
cerita yang sudah kita kenal: Galileo Galilei. Bayangkan hidup di zaman ketika
semua orang yakin dengan satu paradigma bahwa Bumi adalah pusat semesta.
Galileo datang dengan teori heliosentris yang revolusioner, yang menempatkan
Matahari, bukan Bumi, sebagai pusat. Walaupun teleskop yang dia kembangkan
memberi bukti yang mendukung teorinya, ia tetap menghadapi penolakan keras,
yang berujung pada penjara dan hukuman mati. Kisahnya menekankan bahwa mengubah
paradigma bisa berarti menghadapi perlawanan keras, yang kadang-kadang bisa
berakibat fatal.

  1. Menghadapi Error yang Lebih Besar

Perubahan
paradigma dalam sains sering kali diiringi dengan peningkatan kesalahan atau
‘error’. Ketika paradigma bergeser, seperti dari paradigma Copernicus ke Newton,
dan kemudian dari Newton ke Einstein, skala dan kompleksitas hipotesis juga
meningkat. Perpindahan dari fisika Newton ke fisika Einstein, misalnya,
melibatkan revisi mendalam terhadap konsep ruang dan waktu yang sebelumnya
dianggap absolut. Aku membayangkan tantangan dan keraguan yang harus dihadapi oleh
Einstein ketika dia mengatakan bahwa waktu itu sebenarnya relatif! Ini adalah
langkah besar, bukan hanya dalam fisika, tetapi juga dalam cara kita memahami
realitas. Ini tidak hanya terbatas pada perubahan konsep, tetapi juga pada cara
kita memahami dunia. Perubahan ini tidak hanya menantang untuk dipahami bagi
banyak orang pada saat itu tetapi juga membuka kemungkinan kesalahan
interpretasi yang lebih besar. Lebih jauh, transisi dari fisika Einstein ke
teori-teori Stephen Hawking membawa tantangan tambahan. Hawking, dengan teori
tentang lubang hitam dan kosmologi, memperkenalkan konsep-konsep seperti
multiple universes dan quantum entanglement, yang bahkan lebih sulit untuk
dikonseptualisasikan dan sering kali dianggap kontroversial atau spekulatif.

  1. Dianggap Melawan Etika
Baca...  Sejarah Perkembangan Ulum Alquran

Ketika
paradigma baru muncul dalam sains, seringkali kita mencapai titik di mana sains
bertemu dengan etika, muncul di dalamnya pertanyaan-pertanyaan etis yang rumit.
Salah satu contoh paling menonjol dalam hal ini adalah riset pada stem cells.
Meskipun potensinya untuk penyembuhan dan pemahaman biologis manusia adalah
eksponensial, pertanyaan etis yang dihadirkan oleh penelitian semacam ini tidak
dapat diabaikan. Sehingga tidak heran, di Amerika, misalnya, telah ada upaya
untuk mengatur penelitian stem cell dalam kerangka etika yang ketat. Namun,
batasan etis ini seringkali dianggap sebagai penghalang oleh sebagian peneliti,
yang kemudian memilih untuk melanjutkan penelitiannya di negara-negara dengan
regulasi yang lebih longgar, seperti Singapura atau Tiongkok. Situasi ini
menciptakan dilema etis global: bagaimana kita bisa menyeimbangkan antara
kemajuan ilmiah dan integritas moral? Lebih jauh, ini menimbulkan pertanyaan
tentang bagaimana metodologi ilmiah dapat mengakomodasi asumsi-asumsi etis
untuk mencegah skenario buruk seperti yang diilustrasikan oleh konsep eugenika
yang dikaitkan dengan Hitler. Pendekatan ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan
mendesak untuk kerangka etis yang kuat dan universal dalam ilmu pengetahuan
untuk menghindari penyalahgunaan penelitian yang bisa membawa dampak buruk pada
masyarakat.

  1. Ancaman Katastrofi

Terakhir,
kita menghadapi risiko terbesar dari semuanya: yaitu potensi adanya bencana.
Percepatan teknologi membawa potensi yang luar biasa untuk perubahan positif,
tetapi juga membawa risiko kesalahan yang bisa berakibat fatal. Ketika
teknologi berkembang dengan kecepatan yang luar biasa, kita berada di ambang
kemungkinan yang membuat kita bersemangat dan ketakutan dalam waktu yang sama.
Contoh yang paling gelap dari ini adalah percobaan dengan eugenika, yang
menunjukkan bagaimana ide-ide ilmiah dapat disalahgunakan dengan konsekuensi
yang mengerikan. Dalam menghadapi potensi ini, ada kecenderungan untuk
menghindari dialog global dan konsensus intelektual. Beberapa orang percaya
bahwa dengan kemajuan teknologi, mereka bisa bertindak secara independen tanpa perlu
koordinasi atau persetujuan internasional. Pendekatan soliter ini, yang sering
didorong oleh keinginan untuk memajukan penemuan atau keuntungan pribadi,
meningkatkan risiko kesalahan yang dapat mengarah pada bencana. Paradoksnya,
seiring dengan meningkatnya jarak antara masyarakat umum dan dunia ilmiah,
terjadi peningkatan ketidakpuasan dan ketakutan. Daripada menghadapi tantangan
ini dengan metodologi ilmiah yang lebih ketat atau keterlibatan publik yang
lebih luas, ada kecenderungan untuk beralih ke keyakinan agama atau solusi
supernatural. Ini menunjukkan ketidakmampuan atau keengganan untuk menghadapi
tantangan ilmiah secara rasional, yang pada gilirannya dapat memperburuk
pemisahan antara sains dan masyarakat.

Baca...  Iluminasi Alquran: Ragam Hias Yang Tidak Mengubah Makna Asli Alqur’an

Tantangannya
bukan hanya dalam membuktikan teori baru, tetapi juga dalam menghadapi
skeptisisme dan ketidakpercayaan dari komunitas ilmiah dan masyarakat luas.
Para ilmuwan yang berani menghadapi “error” ini sering kali dianggap
sebagai pemikir yang radikal atau bahkan gila, karena mereka menantang
pemahaman yang telah lama diterima.

Oleh: Julhelmi Erlanda (Mahasiswa Doktoral Pendidikan Kader Ulama & Universitas PTIQ Jakarta)

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Tidak Bisa Mengetik di Word karena "Selection is Locked", Ini Solusinya!

2 Mins read
Kompak – Salah satu masalah yang sering ditemui pengguna Microsoft Word adalah pesan “Selection is Locked” yang muncul saat mencoba mengetik atau…
Artikel

Ingin Rumah Lebih Sejuk? Coba Roster Jogja dari AM Roster

4 Mins read
Mendapatkan rumah yang sejuk merupakan impian bagi setiap orang, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Salah satu cara untuk menciptakan suhu udara…
Artikel

Sekolah Bisnis Online dan Konsultan Feasibility Study: Meningkatkan Kualitas Bisnis di Era Digital

4 Mins read
Pendahuluan Di era digital yang terus berkembang, memulai dan mengelola bisnis bukan lagi hal yang sulit. Teknologi internet memberikan akses ke berbagai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights