Baru-baru ini, sosok Gus Miftah menjadi sorotan tajam akibat tindakannya yang dianggap kurang pantas saat sebuah pengajian. Dalam sebuah video yang viral, ia terlihat bercanda dengan seorang penjual es teh keliling yang mendatangi lokasi pengajian.
Namun, candaan tersebut menggunakan kata-kata kasar seperti “Ya sana jual, goblok.” Banyak yang menilai ucapan itu tidak hanya melukai martabat sang penjual, tetapi juga mencerminkan kurangnya adab, terutama dari seorang tokoh agama yang seharusnya memberikan teladan.
Pandangan Islam tentang Menjaga Lisan
Islam menempatkan adab dan akhlak sebagai landasan utama dalam berinteraksi dengan sesama. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 11, Allah SWT dengan jelas melarang tindakan yang merendahkan orang lain:
اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diperolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok…”
Ayat ini menekankan bahwa tidak ada alasan yang membenarkan seseorang untuk mempermalukan atau merendahkan pihak lain, apalagi jika hal itu dilakukan di depan khalayak umum. Nabi Muhammad SAW juga bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis ini, Nabi menegaskan pentingnya menjaga lisan agar tidak menyakiti hati orang lain. Bahkan bercanda pun memiliki batasan, terutama jika melibatkan penghinaan atau kata-kata yang dapat merendahkan martabat seseorang.
Kritik dan Respon Masyarakat
Perilaku Gus Miftah menuai berbagai reaksi, baik dari masyarakat umum maupun tokoh agama. Banyak warganet mengkritik bahwa candaan seperti itu tidak sepantasnya dilontarkan oleh seorang ulama, apalagi di depan khalayak.
Beberapa tokoh menyatakan bahwa tindakan tersebut menunjukkan pentingnya mendahulukan adab di atas ilmu. Ungkapan ini mengacu pada konsep bahwa seseorang yang berilmu harus mencerminkan ilmunya melalui sikap dan akhlak.
Lebih lanjut, kasus ini juga menjadi pengingat bahwa setiap tindakan, terutama dari seorang tokoh publik, memiliki dampak besar di era digital. Rekaman dan penyebaran informasi yang cepat membuat tindakan kurang terpuji mudah diketahui banyak orang, sehingga lebih sulit untuk meluruskannya.
Pelajaran untuk Kita Semua
Kejadian ini memberikan beberapa hikmah penting, di antaranya:
1. Menjaga Adab di Atas Segalanya: Dalam Islam, akhlak lebih diutamakan daripada sekadar status atau jabatan. Ucapan yang baik tidak hanya menunjukkan kebijaksanaan seseorang, tetapi juga mempererat hubungan sosial.
2. Kepekaan Sosial: Bercanda memang diperbolehkan dalam Islam, tetapi harus dipertimbangkan dampaknya. Nabi Muhammad SAW juga bercanda, namun beliau tidak pernah melukai perasaan orang lain.
3. Kekuatan Kata-Kata: Kata-kata dapat menjadi doa atau luka. Kita harus selalu berhati-hati dalam berkomunikasi, karena ucapan kita dapat menjadi cermin kepribadian di mata orang lain.
4. Pertanggungjawaban Publik: Sebagai seorang tokoh publik, setiap tindakan dapat menjadi panutan atau sebaliknya. Oleh karena itu, penting untuk selalu menjaga perilaku, baik dalam kondisi formal maupun santai.
Pentingnya Permohonan Maaf
Gus Miftah telah mengeluarkan permohonan maaf setelah video tersebut menuai kontroversi. Dalam Islam, meminta maaf adalah bentuk tanggung jawab dan kerendahan hati yang sangat dihargai. Jika dilakukan dengan tulus, hal ini bisa menjadi langkah penting untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dan memperbaiki hubungan yang sempat terganggu.
Kesimpulan
Kisah ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak, terutama tokoh agama, untuk selalu menjaga sikap dan ucapan. Adab adalah fondasi utama yang mencerminkan keindahan Islam. Dalam setiap interaksi, baik di depan publik maupun pribadi, menjaga kehormatan dan martabat orang lain adalah wujud nyata dari pengamalan ajaran agama.
Semoga kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi Gus Miftah dan kita semua untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara, demi mencerminkan nilai-nilai Islam yang sejati. Pun kita tidak usah ikut mencemooh Gus Miftah, karena bisa jadi kita pernah melakukan hal yang serupa dengannya bahkan lebih parah tetapi tidak viral saja. Jadi cukup ambil pelajarannya untuk kita semua!